Sabtu, April 20, 2024

Prestasi-Prestasi Jokowi dan Wanprestasinya

M. Kholid Syeirazi
M. Kholid Syeirazi
Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PP ISNU)

Jokowi akan mengakhiri jabatannya pada Oktober 2024. Siapa penggantinya sudah ramai di bursa. Kita berharap, Jokowi akan mengakhiri kekuasaannya dengan khusnul khatimah.

Jokowi pernah diremehkan karena asal-usulnya. Dia bukan GAM (Geng Anak Menteng) yang ortunya adalah para pembesar Republik. Jokowi keturunan orang biasa, anak Solo pengusaha mebel, lalu jadi Walikota. Karena prestasinya, dia menembus Jakarta, jadi gubernur lalu presiden. Elit-elit oligarki diam-diam meremehkannya. Tapi karena dipercaya rakyat, mereka terpaksa menungangginya dan memanfaatkannya.

Jokowi bukan manusia ide (man of idea), tetapi manusia kerja. Jokowi tidak tertarik dengan ide-ide abstrak pembangunan. Sebab itu, jangan ajak dia bicara soal teori pembangunan yang muluk-muluk. Tapi, karena ini, Jokowi justru berhasil. Orang Indonesia konon terkenal banyak bicara sedikit kerja. Ada juga yang bilang, yang dibicarakan berbeda dengan yang dikerjakan. Jokowi tidak banyak bicara dan memang tidak pintar bicara. Pedomannya adalah kerja, kerja, kerja. Dia melihat fakta, mendengar pendapat ahli, lalu mengerjakannya.

Dengan cara ini, Jokowi menorehkan prestasinya. Tentu saja, kinerjanya tidak bisa memuaskan semua orang. Oposisi tentu melihat sisi-sisi kurangnya. Tetapi, ini tidak menafikan prestasi Jokowi yang diakui banyak orang. Mahathir Mohamad, bekas pemimpin Malaysia, mengakui baru kali ini Indonesia berhasil menyalip Malaysia. Kishore Mahbubani, intelektual kenamaan Singapore, mengakui kejeniusan Jokowi. Marwah Indonesia di panggung dunia berkibar. Indonesia masuk presidensi G-20, gengsi yang baru dicapai di periode kekuasaannya.

Jokowi menorehkan sejumlah prestasi yang menonjol. Saya akan mencatatnya sebagian saja. Yang pertama tentu saja infrastruktur. Selama tujuh tahun kepemimpinannya, pembangunan jalan tol mencapai 1.900 Km. Ini jauh melampaui 40 tahun periode kekuasaan sebelumnya, yang hanya menambah jalan tol sepanjang 780 Km. Jika di proyek infrastruktur ini mungkin banyak tikusnya, itu urusan KPK. Tetapi rakyat merasakan, termasuk saya, tersambungnya tol Trans-Jawa sangat-sangat membantu mobilitas. Giliran berikutnya Trans-Jawa, Trans-Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Rakyat pasti akan mengenangnya sebagai karya Jokowi. Pembangunan jalur kereta api juga semakin gencar. Bandara semakin banyak dan kinclong. Jakarta kini punya MRT dan LRT, seperti kota-kota maju di dunia.

Jokowi juga berhasil memangkas subsidi BBM hingga turun drastis. Dananya direalokasi untuk belanja infrastrukur, pendidikan, dan kesehatan melalui program Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan Kartu Indonesia Sehat (KIS).

Jokowi juga berhasil menahkodai kapal besar Indonesia di tengah hantaman badai pandemi Covid-19. Indonesia tidak ambruk. Program vaksinisasi relatif berhasil. Ekonomi kembali menggeliat. Rakyat kembali optimis, seperti meriahnya arus mudik-balik di lebaran tahun ini.

Jokowi juga berhasil membuat radikalisme tiarap. Ini momok yang membuat sejumlah negara di Timur Tengah porak poranda. Pembubaran HTI dan FPI, terlepas kita tidak setuju caranya, adalah terapi kejut bahwa radikalisme tidak punya tempat bertumbuh subur di bumi pertiwi. Sel-sel teroris yang dipotong Densus 88 adalah jaminan bahwa NKRI berdasarkan Pancasila akan tetap jaya. Islam akan bergandengan dengan demokrasi dan pembangunan ekonomi.

Tetapi, Jokowi juga punya celah yang menonjol. Para pengamat dan akademisi, seperti Thomas Power, menyebut Jokowi semakin otoriter. Suara-suara kritis bungkam. Sebagian takut bui. Sebagian takut diintimidasi para buzzers. Aib dan kehidupan pribadi mereka rawan diumbar para pendengung istana. Ada guyon di kalangan elit media. Di era SBY, untuk menjaga pencitraannya, dia mengandalkan Forum Pimred. Di era Jokowi, dia ditopang oleh Forum Kampret. Polarisasi rakyat sangat tajam. Kadrun menjadi stigma untuk setiap penentang Jokowi. Ini adalah bablasan polarisasi cebong-kampret di era pilpres. Pembelahan ini tidak berhenti bahkan setelah Prabowo-Sandi menjadi pembantu Jokowi di kabinet. Tentu saja, ini tidak lepas dari ulah dari para pendengung istana dan kubu sebelahnya.

Oposisi kian melempem. Parlemen adem ayem di ketiak istana. Regulasi yang dikehendaki istana, seperti revisi UU KPK, UU Cipta Kerja, dan revisi UU Minerba bisa lolos senyap tanpa partisipasi publik. Jokowi diam-diam merintis dan membangun politik dinasti. Anak dan menantunya dipersiapkan untuk kapan-kapan bisa meneruskan trah kekuasaannya. Jokowi juga terlihat semakin ‘tenteram’ dengan kekuasaannya. Gosip yang beredar di kalangan elit politik, ide perpanjangan jabatan presiden atau penundaan pemilu datang dari Jokowi sendiri. Di hadapan publik dia menolak penundaan pemilu dan tegas menolak gagasan jabatan presiden tiga periode. Tetapi, dia menyuruh pimpinan parpol untuk cek ombak ke rakyat. Jika negatif, mereka yang diperintahkan untuk pasang badan.

Jokowi juga belum berhasil membereskan reforma agraria. Redistribusi lahan untuk rakyat macet. Yang terjadi hanya sertifikasi tanah. Ini idenya Fernando de Soto, ekonom asal Peru. Menurutnya, kapitalisme gagal karena rakyat tidak punya sistem kepemilikan formal sebagai modal. Banyak tanah nganggur dan tidak bankable karena tidak bersertifikat. Solusinya, tanah harus jadi aset produktif yang bisa diagunkan untuk mendapatkan kredit modal kerja. Syaratnya harus bersetifikat. Inilah yang ditempuh Jokowi. Di mana-mana, dalam dialog penyerahan sertifikat, address Jokowi selalu itu. Hakikat pembaruan agraria justru jalan di tempat. Lahan tetap dikuasai segelintir oligarki.

Banyak orang mengingatkan Jokowi terkait kedekatannya dengan China. Wajar-wajar saja. Duit paling banyak saat ini ada di China. Jokowi sedang butuh banyak investasi. China paling jor-joran investasi. Tetapi, China ini warganya banyak. Dia tidak ingin rakyatnya menganggur. Mereka yang tidak terserap di dalam negeri, dititipkan untuk ikut bekerja bersama investasi mereka di luar negeri. Karena itu, tidak heran, banyak TKA China yang bekerja di sini bersama investasi mereka di industri smelter dan lain-lain. Jokowi harus pintar-pintar mengayuh di antara karang Amerika dan China. Platform-nya tetap harus bebas aktif.

Terlepas dari kekurangannya, kita berharap Jokowi mengakhiri kekuasaannya dengan khusnul khatimah. Prestasinya akan dikenang sepanjang zaman. Kekurangannya akan ditambal oleh penerusnya. Eloknya, Jokowi ikut mengantarkan penggantinya ke pintu istana, agar programnya, termasuk IKN, bisa diteruskan presiden setelahnya.

M. Kholid Syeirazi
M. Kholid Syeirazi
Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PP ISNU)
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.