Jumat, Maret 29, 2024

Khalifah Yazid Bin al-Walid: Fitnah Ketiga dalam Sejarah Islam

Nadirsyah Hosen
Nadirsyah Hosenhttp://nadirhosen.net/
Rais Syuriah PCI Nahdlatul Ulama Australia – New Zealand dan Dosen Senior Monash Law School, Australia; salah satunya mengampu kajian sistem pemilu dan konstitusi Australia.

[ilustrasi]
Yazid bin al-Walid bin Abdul Malik berhasil membunuh sepupunya Khalifah al-Walid II. Bani Umayyah guncang. Mereka telah sukses berkuasa lebih dari 80 tahun. Peperangan demi peperangan telah mereka menangkan. Pemberontakan berdarah telah mereka padamkan.

Telah banyak sahabat Nabi, ulama, dan orang saleh yang mereka bunuh dengan kejam. Bahkan tidak segan-segan mereka meracuni Khalifah Umar bin Abdul Azis yang hendak menegakkan keadilan, tapi suksesi tetap berjalan tanpa keributan. Namun, kali ini Bani Umayyah ditimpa peperangan sesama mereka yang berujung pada perebutan kekuasaan. Inilah yang dikenal sebagai fitnah ketiga dalam sejarah Islam.

Dipenggalnya kepala Khalifah Al-Walid II, Fir’aunnya Umat Islam, telah menimbulkan luka teramat dalam di dalam keluarga Bani Umayyah sendiri. Penduduk Hims, Yordan, dan Palestina memberontak kepada Yazid III (disebut dengan angka III untuk membedakannya dengan Khalifah Yazid bin Mu’awiyah–Yazid I–dan Khalifah Yazid bin Abdul Malik–Yazid II). Gubernur Armenia Marwan bin Muhammad bin Marwan juga tidak terima atas pembunuhan Khalifah al-Walid II oleh Yazid III.

Tidak ada jalan lain bagi Yazid III selain berusaha mengambil hati rakyat. Yazid III naik mimbar dan berkhutbah yang intinya mengatakan bahwa tindakan yang dia lakukan, yaitu mengambil alih kekuasaan dari kezaliman al-Walid II, semata berlandaskan kepada Qur’an dan Sunnah. Dia menjanjikan hendak menegakkan keadilan bahkan bersedia mundur bila ada orang lain yang lebih tepat menjadi khalifah.

Kata-kata manis dari Yazid III berhasil membuat sebagian terpesona. Imam Thabari mengutip riwayat yang menceritakan bahwa Qays bin Hani langsung menyambar dengan memuji-muji Khalifah Yazid III, bahkan membandingkannya dengan Khalifah Umar bin Abdul Azis yang harum akan keteladanannya. Namun, Qays bertindak lebih jauh dengan menganggap Khalifah Yazid III mengambil alih posisi khalifah dengan jalan orang saleh, sementara Umar tidak demikian.

Marwan bin Muhammad, Gubernur Armenia, yang dilaporkan akan ucapan Qays tersebut naik pitam, “Ada apa dengan Qays, sampai dia menghina kita semua, bahkan Khalifah Umar pun ikut dia rendahkan juga?”

Apa boleh buat, dalam setiap masa akan ada pemimpin yang bermanis kata, dan akan ada pula tokoh yang tidak segan menjilat pemimpin. Kelak saat Marwan berhasil merebut kekuasaan, dia perintahkan anak buahnya mencari Qays di masjid dan membunuhnya saat dia tengah salat. Begitulah Imam Thabari menuturkan kisah ini.

Khalifah Yazid III juga mengurangi gaji tentara yang semula dinaikkan al-Walid III untuk membeli loyalitas tentara padanya. Akibat mengurangi gaji tentara inilah Yazid III diberi gelar an-Naqish (yang mengurangi). Imam Suyuthi mengutip riwayat dari Utsman bin Abi Atikah bahwa Yazid III adalah orang pertama yang membawa senjata saat salat hari raya. Dia keluar menuju shaf salat dengan pedang terhunus.

Ini sedikit menggambarkan suasana ketegangan di antara Bani Umayyah. Segala sesuatu, termasuk upaya pembunuhan atau pemberontakan, bisa terjadi di tengah salat hari raya dan karenanya Khalifah Yazid III tidak merasa aman kecuali dengan membawa senjatanya.

Imam Suyuthi dan Imam Thabari mengabarkan bahwa Khalifah Yazid III ini mendukung aliran Qadariyah (free will). Tokoh utama Qadariyah, yaitu Ghaylan ad-Dimasqi, mendapat posisi penting di masa Yazid III. Informasi yang kabarnya berasal dari Imam Syafi’i ini perlu ditelusuri ulang mengingat Imam Thabari mengabarkan bahwa Ghaylan dihukum potong tangan dan kaki sebelumnya oleh Khalifah Hisyam (dua periode sebelum Yazid III).

Rasul Ja’fariyan bahkan mengabarkan Ghaylan ini dihukum mati oleh Hisyam. Imam Syafi’i juga belum lahir pada masa ini. Mungkin yang dimaksud itu adalah pengikut Ghaylan naik ke pusat kekuasaan di masa Yazid III, bukan Ghaylan sendiri. Wa Allahu a’lam.

Ada tiga fitnah besar dalam sejarah Islam. Fitnah di sini maksudnya adalah ujian berupa perang saudara. Fitnah pertama tercatat pada saat pemberontakan yang mengakibatkan terbunuhnya Khalifah Utsman bin Affan, berlanjut dengan perang saudara antara Sayyidina Ali dengan Siti Aisyah (Perang Jamal) dan dengan Mu’awiyah (Perang Shiffin). Periode fitnah pertama berakhir dengan perdamaian antara Sayyidina Hasan dan Mu’awiyah. Kisah periode ini sudah saya ceritakan dalam berbagai tulisan saya.

Fitnah kedua berada pada periode pembantaian Sayyidina Husain di Karbala dan berlanjut dengan perlawanan Abdullah bin Zubair. Kisah pergolakan pada periode fitnah kedua juga sudah pernah saya bahas dalam sejumlah tulisan saya.

Periode peperangan antara al-Walid II dan Yazid III dikenal dalam sejarah Islam sebagai fitnah ketiga, yang berakhir dengan naiknya Marwan sebagai khalifah terakhir Umayyah.

Periode yang kita bahas inilah masa fitnah ketiga. Dinasti Umayyah menjelang masa kehancurannya akibat perang saudara. Yazid III hanya berkuasa sekitar 6 bulan. Dia gagal mengembalikan stabilitas politik. Yazid III wafat pada 23 September tahun 744 Masehi. Ada yang bilang dia wafat saat berusia 37 tahun; ada juga yang bilang 42 tahun. Perawakannya tinggi, dengan kulit cokelat, kepala kecil, dan ada tompel di wajahnya.

Yazid III digantikan oleh saudaranya, Ibrahim bin al-Walid. Imam Suyuthi menceritakan bagaimana Yazid III menolak memberi wasiat untuk mengangkat Ibrahim sebagai penggantinya. Kabarnya saat Yazid III pingsan menjelang wafatnya, Qathn menulis surat wasiat atas nama Yazid III yang berisikan pengangkatan Ibrahim sebagai khalifah. Jadi, ini semacam fait accompli.

Khalifah Ibrahim menurut Imam Suyuthi hanya berkuasa 70 hari dan kemudian ditumbangkan oleh Marwan bin Muhammad. Ibrahim melarikan diri lalu datang sukarela untuk membai’at Marwan. Marwan kemudian membiarkannya hidup.

Imam Thabari meriwayatkan bahwa kekhilafahan Ibrahim tidak diakui secara bulat, sehingga banyak yang mencoretnya dalam daftar khalifah dinasti Umayyah.

Tulisan selanjutnya kita akan bahas periode Khalifah Marwan bin Muhammad, sang khalifah terakhir Dinasti Umayyah. Insya Allah.

Baca juga:

Perseteruan Khalifah: Abdullah bin Zubair Versus Muawiyah II

Kebengisan Khalifah Yazid Menghadapi Oposisi

Khalifah Yazid bin Abdul Malik: Instabilitas dan Pertumpahan Darah

Khalifah Marwan bin Hakam dan Pohon Terkutuk dalam Qur’an

Nadirsyah Hosen
Nadirsyah Hosenhttp://nadirhosen.net/
Rais Syuriah PCI Nahdlatul Ulama Australia – New Zealand dan Dosen Senior Monash Law School, Australia; salah satunya mengampu kajian sistem pemilu dan konstitusi Australia.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.