Jumat, Maret 29, 2024

Akrobat Agus Yudhoyono

Iding Rosyidin
Iding Rosyidin
Wakil Dekan Bidang Akademik FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ahy-akrobat
Agus Yudhoyono saat berkampanye di kawasan Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Sabtu (24/12/2016). [Foto: tribunnews.com]
Memang asyik saat menonton seseorang yang melompat dari panggung (stage dive) ke arah kerumunan massa di bawah lalu ditangkap dan diangkat beramai-ramai. Sorak sorai dan teriakan yang mengelu-elukannya sontak membahana. Persis seperti seorang penyanyi (biasanya rocker) yang melemparkan dirinya ke arah para penggemarnya di bawah. Jelas ada daya aktraktif di situ. Penonton seolah-olah disuguhi sajian akrobatik yang memesona.

 

Itulah yang dilakukan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di awal-awal memasuki panggung politik Pilkada DKI Jakarta 2017. Dalam sebuah acara ia melompat dari panggung ke arah para pendukungnya di bawah, lalu ditangkap, dibopong beramai-ramai dan dielu-elukan sebagai calon Gubernur Jakarta yang paling layak. AHY pun berhasil mencuri perhatian, bukan hanya para pendukungnya, melainkan juga publik ibu kota secara keseluruhan.

Dalam perspektif komunikasi politik, lompatan yang dilakukan AHY bisa digolongkan ke dalam publisitas politik, tepatnya tipe free ride publicity. Tipe ini menjelaskan bahwa seorang kandidat biasanya menggunakan atau memanfaatkan momentum tertentu demi kepentingan publisitas dirinya. Dalam hal ini, AHY menggunakan acara tersebut untuk semakin mempopulerkan dirinya melalui aksi melompat tersebut.

Sebelumnya AHY juga banyak melakukan free ride publicity. Misalnya, ia ikut membuka kompetisi lari di Senayan beberapa waktu yang lalu. Kemudian AHY juga sempat ikut acara lari pagi di kawasan Ragunan dan mengajak masyarakat turut serta. Kehadiran AHY pada kedua acara tersebut jelas telah memberinya momentum untuk mempopulerkan dirinya.

Perlu Kreativitas Baru
Sebagai gebrakan awal, lompatan AHY memang sangat bagus. AHY berhasil mencitrakan dirinya sebagai anak muda yang energik, tegas, berani, dan percaya pada para pendukungnya, yang ditafsirkan oleh mereka bahwa ia tidak akan mungkin berani melompat kalau tidak memiliki kepercayaan kepada orang-orangnya bahwa ia akan ditangkap.

AHY pun kemudian menuai popularitas yang pesat. Dalam sejumlah survei posisinya lebih unggul dibandingkan dua rivalnya, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Anies Baswedan.

Namun demikian, kalau aksi yang sama dilakukan dengan berulang-ulang hasilnya mungkin akan berbeda. Dalam pandangan komunikasi, tidak ada sesuatu yang benar-benar sama jika berulang. Air sungai yang kita lewati hari ini bukanlah air sungai sama yang kita lewati kemarin, karena sudah mengalir entah ke mana.

Film sama yang kita tonton hari ini maknanya tidaklah sama dengan yang kita tonton kemarin. Saat kita menonton film yanh sama untuk kedua kalinya, kita sudah memiliki persepsi terhadap film tersebut sehingga maknanya akan berbeda, lain ketika kita menontonnya untuk pertama kali.

Oleh karena itulah, ketika AHY melakukan lompatan yang sama untuk yang kedua kalinya, makna dan efeknya sudah jauh berbeda. Tidak ada lagi sesuatu yang mengejutkan bagi publik. Bahkan bukan tidak mungkin publik justru melihatnya sebagai sesuatu yang membosankan atau tidak mengasyikkan. Atau dengan ungkapan lain, AHY dan tim suksesnya sudah kehilangan ide atau kreativitas sehingga melakukan hal yang sama secara berulang-ulang.

Tidak heran kalau perolehan suara AHY dalam sejumlah survei, meski hal ini bukan faktor utama, cenderung stagnan atau jalan di tempat, sementara dua rivalnya mengalami kenaikan signifikan. Bahkan dalam survei Indikator Politik Indonesia baru-baru ini, perolehan suara AHY anjlok atau menempati paling bawah, yakni 23,6 persen. Adapun Ahok mengalami kenaikan signifikan dengan 38,2 persen yang disusul Anies Baswedan sebesar 23,8 persen.

Melompat Lebih Tinggi?
Entah karena adanya kritikan atas aksi lompatan yang sama dua kali atau tidak, AHY melakukan aksi baru beberapa saat setelah debat kandidat kedua digelar. Kali ini ia melakukan aksi berbeda. Ia tidak lagi melompat ke kerumunan massa pendukung seperti sebelumnya, melainkan naik ke kap mobilnya, All New Navara Nissan, dan berorasi di hadapan mereka.

Pilihan aksi AHY memang berbeda. Tetapi sayangnya aksi tersebut justru menuai kontroversi. Ia naik kap mobil yang terparkir tepat di depan Hotel Bidakara yang notabene merupakan jalur utama. Sontak saja jalanan menjadi macet parah karena banyak pendukungnya yang berkerumun menutupi jalan. AHY bahkan harus dibentak keras oleh Kapolres Jakarta Selatan untuk membubarkan aksinya setelah beberapa kali ditegur tetap bergeming dengan aksinya.

Selain aksi tersebut bisa memperburuk citra AHY yang sangat mungkin dianggap calon pemimpin yang tidak mempedulikan kepentingan umum demi tujuan pribadi, aksi-aksi teatrikal semacam itu juga sudah tidak relevan lagi sekarang. Momen Pilkada DKI kini telah bergeser ke arah penilaian program kerja seperti yang terepresentasikan melalui debat kandidat. Maka, publik Jakarta tidak akan memperhatikan hal-hal yang sama sekali tak ada kaitannya dengan program kerja.

Oleh karena itu, ketimbang mencari aksi-aksi yang dianggap akan mencuri perhatian seperti itu, tim sukses AHY, dan tentu saja AHY sendiri, lebih baik fokus pada penjelasan program kerja. Ia harus banyak menggunakan berbagai forum untuk melakukan hal tersebut sehingga publik Jakarta semakin yakin atas kesiapannya menjadi calon Gubernur Jakarta. Apalagi dalam dua kali debat yang telah disaksikan oleh banyak mata, AHY tampak masih sangat kurang dalam menjelaskan bagaimana pelaksanaan program kerjanya secara konkret.

Mengandalkan aksi-aksi lompatan semacam itu akan kesulitan untuk bersaing memperebutkan posisi nomor satu di Jakarta. Alih-alih bisa melompat lebih tinggi dari calon gubernur menjadi gubernur terpilih, justru AHY malah bisa-bisa turun ke tempat yang lebih di bawah. Jika hasil survei Politik Indikator Indonesia menjadi acuan, setidaknya untuk saat ini, kecenderungan tersebut bisa terjadi dalam kenyataan.

Iding Rosyidin
Iding Rosyidin
Wakil Dekan Bidang Akademik FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.