Selasa, April 16, 2024

Aina Gamzatova dan Pembelajaran Politik

Iding Rosyidin
Iding Rosyidin
Wakil Dekan Bidang Akademik FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pemilu Presiden Rusia kali ini berbeda. Tidak seperti pemilihan presiden sebelum-sebelumnya yang menjadi arena pertempuran para politisi laki-laki, tahun ini pilpres Rusia juga diramaikan oleh kehadiran seorang politisi perempuan yang membawa suasana yang berbeda. Dialah Aina Gamzatova, aktivis Muslimah, pemimpin media, yang juga seorang ibu rumah tangga.

Keberanian Aina Gamzatova untuk maju di Pilpres Rusia langsung mendapatkan tanggapan, bukan hanya di kalangan domestik Rusia, melainkan juga kalangan dunia. Aina dianggap berani berhadapan dengan Vladimir Putin yang sudah tiga kali menjabat sebagai orang nomor satu di negeri beruang tersebut, yaitu pada 2000, 2004, dan 2012.

Pada 2008 Putin tidak mencalonkan diri karena sesuai dengan konstitusi ia tidak boleh mengikuti kontestasi politik lantaran sudah menjabat dua periode berturut-turut. Tetapi ia menjadi Perdana Menteri Rusia pada tahun itu. Baru di tahun 2012 ia mencalonkan diri kembali dan terpilih untuk ketiga kalinya sebagai Presiden Rusia. Di tahun 2018 ini, berhadapan dengan Aina Gamzatova, merupakan pencalonan Putin yang keempat kali.

Pembelajaran bagi Politisi Indonesia

Apa yang telah dilakukan Aina Gamzatova tampaknya bisa dijadikan pembelajaran politik yang sangat berharga bagi para politisi di mana pun, khususnya politisi di Indonesia. Pembelajaran politik tersebut setidaknya dapat diambil pada tiga hal.

Pertama, Aina Gamzatova berani maju menantang calon presiden terkuat melalui jalur independen. Hal ini menunjukkan bahwa Aina memiliki kepercayaan diri yang tinggi untuk maju dalam kontestasi politik tanpa melalui kendaraan politik. Padahal, tidaklah mudah bagi seorang politisi, apalagi relatif baru di arena itu, maju tanpa sokongan partai politik.

Hal ini sangat berbeda dengan realitas politik di Indonesia yang justru menampilkan potrem buram politisi di jalur independen. Hanya sedikit di negeri ini yang maju dalam kontestasi politik melalui jalur yang kadang disebut juga jalur perseorangan ini. Kalaupun ada kerap kali mendapatkan penentangan yang ironisnya datang dari partai politik itu sendiri.

Kasus pencalonan mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), misalnya, yang maju dari jalur independen pada Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu, sempat menjadi perdebatan panas antara pihak Ahok dan partai politik. Ahok pun pada akhirnya urung maju melalui jalur independen, melainkan diusung oleh partai politik. Ini menunjukkan bahwa pilihan jalur independen dalam politik Indonesia masih banyak menyimpan kerumitan.

Aina Gamzatova, dalam konteks ini, memberikan pelajaran kepada calon-calon kontestan politik untuk tidak ragu dan takut dengan jalur independen. Betapapun rintangan menghadang, seharusnya seorang calon pemimpin tidak boleh gentar menghadapinya. Kemenangan bukanlah hal utama, tetapi berjuang melalui jalur politik yang dipilihnya itulah sejatinya kemenangan.

Kedua, kenyataan bahwa Aina Gamzatova sebagai seorang perempuan muslimah sekaligus juga seorang ibu rumah tangga berani bertempur di medan laga politik tentu patut dijadikan pelajaran bagi politisi-politisi perempuan di Indonesia. Ia berani tampil di tengah dominasi kaum pria di negaranya.

Sebagai perempuan muslimah, Aina tampaknya berani mendobrak tradisi yang berkembang di Rusia, khususnya Dagestan yang banyak penduduk muslimnya, bahwa perempuan tidak boleh keluar rumah tanpa seizin suaminya. Dengan kata lain, perempuan di sana masih belum leluasa untuk tampil di ruang-ruang publik seperti politik. Dalam konteks ini, keberanian Aina untuk keluar dari kungkungan tersebut terbilang sangat luar biasa.

Aina juga pasti menyadari bahwa kaum Muslim di Rusia termasuk etnis minoritas. Meski saat ini ia di dikenal sebagai pemimpin media muslim terbesar, yakni Islam.ru yang meliputi televisi, radio, dan media cetak sehingga membuatnya cukup populer, untuk mengalahkan Putin tentu bukan perkara mudah. Banyak pengamat yang mengatakan bahwa kecil kemungkinan Aina bisa memenangkan pilpres Rusia.

Namun, Aina tidak mau mundur karena itu, sebab perjuangannya itu justru akan menginspirasi semakin banyak perempuan muslimah yang berani tampil di ruang publik. Sekalipun Aina kalah dalam kompetisinya melawan Putin, hal itu tetap akan dicatat sebagai sebuah prestasi besar. Apalagi jika ia menang, tentu tinta emas akan mencatatnya.

Ketiga, majunya Aina Gamzatova ke gelanggang politik Rusia juga dapat dibaca sebagai pembelajaran politik bagi partai-partai politik di Indonesia. Partai politik semestinya menjadi kawah candradimuka untuk melahirkan kader-kader politik potensial untuk menjadi pemimpin-pemimpin di masa depan. Kalau tidak partai politik akan kehilangan kader-kadernya.

Potret minimnya kader partai politik yang berkualitas seperti yang terlihat di sejumlah pilkada serentak di Indonesia pada tahun ini menunjukkan ironi partai politik. Partai-partai politik dianggap gagal melakukan kaderisasi secara serius sehingga mereka akhirnya tidak memiliki kader-kader berkualitas. Sebagai jalan pintas, partai-partai politik melakukan out sourching dengan menggandeng tokoh-tokoh di luar partai untuk menjadikan kadernya secara dadakan.

Munculnya calon-calon pemimpin politik yang potensial di luar partai politik semacam Aina Gamzatova semestinya dijadikan cermin atau bahkan tamparan bagi partai-partai politik untuk bekerja lebih keras lagi guna melakukan kaderisasi. Dengan begitu, mereka tidak kehilangan sumber daya-sumber daya manusia yang unggul untuk mampu berkontestasi politik. Kalau tidak, mereka mungkin akan ditinggalkan massanya.

Dari catatan di atas, sekali lagi, betapa pentingnya kita mengambil pelajaran politik dari majunya Aina Gamzatova dalam pilpres Rusia yang akan diselenggarakan pada Maret 2018. Meski peristiwa itu terjadi nun jauh di sana, tetapi kita tetap bisa belajar darinya.

Kolom terkait:

Jokowi dan Kaderisasi Partai

McDonaldisasi Politik Kita

Menguji Independensi Ahok

Stok Pemimpin di Pilkada 

Keadilan Memilih Pemimpin

Iding Rosyidin
Iding Rosyidin
Wakil Dekan Bidang Akademik FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.