Setelah hanya mengitari benua Eropa dan Amerika, FIFA membuat gebrakan menjelang Piala Dunia 2002. Mereka memutuskan ajang empat tahunan saat itu digelar di Asia. Yang menarik, mereka menjadikan dua negara Asia Timur sebagai tuan rumah yaitu Korea Selatan dan Jepang.
Turnamen kali ini juga menjadi Piala Dunia dengan stadion terbanyak. Tercatat, FIFA memilih masing-masing 10 stadion dari dua negara sehingga ada 20 stadion di 20 kota berbeda. Terkait peserta, ada dua negara debutan yang saat itu baru merasakan Piala Dunia untuk kali pertama yaitu Senegal dan Cina. Sementara Belanda, untuk pertama kali sejak 1986 gagal lolos ke putaran final.
Penuh Kejutan
Bukan Piala Dunia namanya jika tanpa kejutan. Pada tahun 2002, banyak sekali kejutan yang muncul baik di Korea maupun Jepang. Juara bertahan Prancis kalah 0-1 dari Senegal yang baru pertama kali main di Piala Dunia. Prancis yang kesulitan memaksimalkan Zidane karena cedera pasca bermain di final Liga Champions bahkan harus mengakhiri perjalanan mereka sebagai juru kunci di Grup A. Sebaliknya, Senegal keluar dari fase grup sebagai runner up di bawah Denmark.
Spanyol dan Paraguay melewati hadangan Slovenia dan Afrika Selatan di Grup B. Begitu juga dengan Brasil dan Turki di Grup C. Kejutan baru muncul kembali di Grup D ketika tuan rumah Korea Selatan menjadi juara grup mengalahkan Portugal. Di Grup E Jerman menang telak 8-0 atas Arab Saudi.
Argentina kembali bertemu dengan Inggris di Grup F. Jika empat tahun sebelumnya Inggris kalah dari tim Tango maka kali ini Inggris membuat Argentina tersingkir di babak grup. Hal serupa nyaris menimpa Italia yang puas hanya berada di bawah juara Grup G Meksiko. Sementara Jepang dan Belgia lolos dari Grup H.
Negara-negara besar tidak menemui halangan berarti pada babak 16 besar. Meski begitu, kejutan muncul ketika Senegal mengalahkan Swedia melalui golden goal. Apesnya, golden goal pula yang menghentikan langkah Senegal ketika bertemu Turki. Gol Emas juga membantu tuan Rumah Korea Selatan menyingkirkan Italia yang dipenuhi bintang seperti Christian Vieri, Francesco Totti, dan Alessandro Del Piero.
Spanyol menjadi korban Korea Selatan berikutnya di delapan besar. La Roja takluk melalui babak adu penalti. Langkah Korsel baru terhenti oleh Jerman pada semifinal. Brasil mengalahkan Inggris melalui gol spektakuler Ronaldinho di perempat final sebelum menyingkirkan Turki pada babak setengah final.
Pada perebutan tempat ketiga, Hakan Sukur mencetak gol cepat sepanjang sejarah Piala Dunia saat Turki mengalahkan Korea Selatan 3-2. Brasil akhirnya keluar sebagai pemenang setelah mengalahkan Jerman 2-0 melalui dua gol Ronaldo Nazario De Lima.
Wasit yang Menjadi Sorotan
Selain munculnya beberapa kejutan, Piala Dunia 2002 juga penuh dengan kontroversi terutama mengenai kepemimpinan wasit. Banyak sekali keputusan-keputusan janggal yang begitu kontroversial sehingga memengaruhi hasil akhir laga.
Ketika Brasil bertemu Turki di Grup C, penggawa Turki Hakan Unsal menendang bola yang mengenai paha Rivaldo saat bersiap mengambil sepak pojok. Rivaldo tiba-tiba terjatuh seperti orang yang merasa kesakitan. Yang menarik, Rivaldo justru memegangi wajahnya. Wasit Kim Young Joo terpancing aksi teatrikal Rivaldo tersebut dan memberi Unsal kartu merah. Bahkan, wasit sekelas Pierluigi Collina pun termakan aksi diving Michael Owen saat Inggris mengalahkan Argentina.
Italia dirugikan ketika berhadapan dengan Kroasia pada laga kedua fase grup. Dua gol sah mereka dirusak kepemimpinan buruk wasit Graham Poll dan asisten wasit, Jens Larsen. Gol Christian Vieri dianggap offside meski dalam tayangan lambat, ia datang dari belakang penjagaan pemain belakang Kroasia. Pada menit terakhir, Filippo Inzaghi dianggap melakukan pelanggaran sebelum mengelabui penjaga gawang Stipe Pletikosa. Dalam replay terlihat Inzaghi lah yang sebenarnya dilanggar pemain Kroasia.
Kepemimpinan wasit semakin memburuk di fase gugur. Aktornya adalah Byron Moreno dan Gamal Ghandour. Keduanya disebut sebagai pelican jalan Korea Selatan yang saat itu satu-satunya tuan rumah yang tersisa.
Nama pertama bahkan membuat Italia kembali menjadi korban. Ia memimpin laga 16 besar antara Italia melawan tuan rumah Korea Selatan. Ketika itu Moreno memberi kartu merah kepada Totti yang dianggapnya diving meski secara jelas ia dilanggar. Gol Damiano Tomassi juga tidak disahkan meski ia berada dalam posisi onside. Kepemimpinan Moreno bahkan membuat kesal pelatih Italia saat itu, Giovanni Trapattoni.
Selepas Piala Dunia, Moreno tidak lepas dari kontroversi. Ia pernah memberi tambahan waktu 13 menit yang membuat ia dihukum 20 bulan tidak boleh memimpin laga. Pada 2010, ia ditangkap karena kedapatan membawa enam kilogram heroin. Sebuah kabar yang disambut oleh mantan penggawa Italia yang menjadi korban Moreno.
“Saya pikir heroin sudah dibawa Moreno di badannya sejak 2002,” tutur Gianluigi Buffon. Sementara Christian Panucci mengatakan, “Sepanjang 90 menit pertandingan, saya selalu protes. Namun di matanya ia tidak mengeluarkan ekspresi apa-apa. Ia terlalu kagum oleh penonton Korea.”
Sementara itu, Spanyol menjadi korban kekejaman Ghandour ketika bertemu Korsel di perempat final. Sundulan Fernando Morientes tidak disahkan karena menganggap bola silang yang dilepas Joaquin sudah keluar. Dari replay bola sebenarnya masih berada di lapangan. La Roja pun kalah adu penalti.
“Apa yang terjadi di laga ini adalah perampokan. Jika kami tidak menang di laga ini, itu karena mereka (wasit) tidak ingin kami menang hari ini. Saya benar-benar kecewa,” tutur bek Spanyol Ivan Helguera.
Presiden FIFA Sepp Blatter menolak adanya konspirasi yang menguntungkan Korea. Akan tetapi, ketika skandal FIFA terungkap 2015 lalu, Jack Warner yang saat itu sebagai administrator yang memilih perangkat pertandingan disebut-sebut menyuap Ghandour dengan sebuah mobil mewah untuk memuluskan langkah Korea ke semifinal.
Gaya Rambut dan Kostum Aneh
Meski penuh dengan kontroversi, namun ada beberapa hal unik yang terjadi sepanjang pegelaran. Salah satunya adalah gaya rambut yang beraneka ragam. Ada gaya rambut Mohawk yang digunakan Umit Davala dan Christian Ziege. Ada juga kuncir dua ala Taribo West. Yang fenomenal tentu kepunyaan Ronaldo yang memilih menyisakan sedikit rambut di bagian depan kepalanya.
Hal unik lainnya adalah kostum milik kesebelasan Kamerun. Mereka datang dengan konsep revolusioner mereka yaitu jersey tanpa lengan. Kostum ini sebenarnya diizinkan CAF (federasi sepakbola Afrika) dan sudah menjadi saksi ketika mereka menjuarai Piala Afrika 2002. Akan tetapi, FIFA menolak konsep Kamerun tersebut dan menyuruh mereka mengenakan kaus dalam tambahan.
Baca juga:
Piala Dunia 1930: Rumit, Perjalanan Jauh, serta Final Dua Bola
Piala Dunia 1934: Mussolini, Oriundi, Hingga Hukuman Mati
Piala Dunia 1938: Diundi Cucu, Debut Indonesia, dan Sensasi Leonidas
Piala Dunia 1950: Aksi WO, Tumbangnya Raja Sepakbola, dan Kesombongan Brasil
Piala Dunia 1954: Banyak Gol, Pertarungan Bern, dan Sepatu Adidas
Piala Dunia 1958: Anti Israel, Berkah Sepatu Pinjaman, dan Sinar Pele
Piala Dunia 1962: Pertempuran Santiago, Kemunculan Garrincha, Takhayul Cile
Piala Dunia 1966: Milik Pickles, Korea Utara, dan Geoff Hurst
Piala Dunia 1970: Perang, Skandal, dan Sejarah Brasil
Piala Dunia 1974: Aksi Mwepu, Sejarah Dua Jerman, dan Menguapnya Total Football
Piala Dunia 1978: Konspirasi, Salah Kostum, Hilangnya Johan Cruyff
Piala Dunia 1982: Kontroversi, Kalahnya Jogo Bonito, dan Gelar Ketiga Italia
Piala Dunia 1986: Kejutan Denmark dan Maroko, Rekor Batista, Piala Dunia Maradona
Piala Dunia 1990: Dongeng Kamerun, Insiden Ludah, dan Air Mata Gazza
Piala Dunia 1994: Duka Escobar, Piala Dunia Terakhir Maradona, dan Final Dua Tim Pragmatis
Piala Dunia 1998: Sepakbola Kalahkan Politik, Sensasi Kroasia, dan Misteri Ronaldo
Artikel ini pertama kali terbit di: Ligalaga.ID