Jumat, Oktober 11, 2024

Piala AFF 2016 dan Mimpi Sepakbola Indonesia

Ribut Lupiyanto
Ribut Lupiyanto
Deputi Direktur C-PubliCA (Center for Public Capacity Acceleration); Penggemar Sepakbola
Dua suporter Indonesia menggambar wajah mereka dengan bendera merah putih ketika menyaksikan pertandingan Timnas Indonesia melawan Thailand pada laga perdana putaran final Grup A AFF 2016 di Philippinne Sport Stadium, Boceue, Filipina, Sabtu (19/11). Ratusan suporter mendukung Timnas Indonesia untuk berlaga di kejuaraan AFF Suzuki Cup 2016. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/pd/16
Dua suporter Indonesia menggambar wajah mereka dengan bendera merah putih ketika menyaksikan pertandingan Timnas Indonesia melawan Thailand pada laga perdana putaran final Grup A AFF 2016 di Philippinne Sport Stadium, Boceue, Filipina, Sabtu (19/11). Ratusan suporter mendukung Timnas Indonesia untuk berlaga di kejuaraan AFF Suzuki Cup 2016. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/pd/16

Piala AFF 2016 berlangsung di Myanmar dan Filipina pada 19 November sampai 17 Desember 2016. Kejuaraan Sepak Bola ASEAN yang ke-11 ini diikuti oleh 8 kesebelasan. Tim Nasional Indonesia berada di Grup A bersama tuan rumah Myanmar, Thailand, dan Singapura.

Partisipasi Piala AFF 2016 bagi Timnas Indonesia tergolong istimewa karena menjadi perdana di bawah nahkoda baru Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI). Hasil Kongres PSSI pada 10 November 2016 lalu telah menetapkan Edy Rahmayadi sebagai Ketua Umum PSSI baru.

Selanjutnya terpilih Waketum PSSI  Joko Driyono dan Iwan Budianto. Anggota Exco yang terpilih antara lain Hidayat, Yunus Nusi, Condro Kirono, Gusti Randa, Pieter Tanuri, Juni,  Ardianto Rachman, AS. Sukawjaya, Johar Lin Eng, Refrizal, Dirk Soplanit, Verry Mulyadi, dan Papat Yunisal.

Ketua Umum dan segenap pengurus baru PSSI memiliki tantangan berat dalam mengembang anamah ke depan. Salah satunya adalah mewujudkan jalan menuju pentas internasional. Piala AFF 2016 dapat menjadi pembelajaran sekaligus tangga menuju mimpi sepakbola nasional.

Peta Sumberdaya

Mimpi insan penggemar sepakbola tanah air adalah agar sepakbola kita berprestasi secara internasional. Tantangan sebagai jalan yang harus dilalui adalah upaya internasionalisasi. Internasionalisasi dapat menyentuh seluruh komponen dan sektor sepakbola. Seperti pemain, pelatih, wasit, industri sepakbola, dan lainnya.

Prioritas perbaikan yang mesti dipilih salah satunya tertuju kepada pemain. Indonesia dengan 250 juta lebih penduduk dan adanya fenomena bonus demografi tentu memiliki talenta muda yang potensial. Bahkan beberapa kompetisi sepakbola remaja level dunia sempat dimenangi.

Bakat talenta Garuda Muda mesti dijaga dan ditingkatkan demi kesuksesan hingga senior. Konsekuensinya, ini membutuhkan pembinaan dan iklim kompetisi yang memadai. Problem klasik persepakbolaan bangsa ini adalah usia remaja banyak berbakat level dunia, tetapi semakin surut ketika menginjak dewasa.

Beberapa faktor disinyalir menjadi penyebab fenomena di atas, mulai dari aspek pribadi, manajemen, hingga kondisi sepakbola nasional. Godaan pesepakbola tidak sedikit, misalnya dari dunia entertainment. Dilema juga muncul terkait masa depan, sehingga tidak sedikit yang hengkang memilih jalur pendidikan atau masuk profesi lain.

Manajemen tim di dalam negeri masih terbatas kualitasnya. Hal ini disebabkan minimnya sponsor dan kompetisi. Daya ikat kontrak hanya mampu setahunan. Nutrisi dan latihan masih jauh dari standar internasional.

Kondisi sepakbola nasional masih berstatus papan bawah secara internasional, salah satunya akibat sanksi FIFA beberapa waktu lalu yang baru saja dicabut. Konstelasinya tertinggal bahkan dari negera-negara ASEAN. Meskipun naik 10 peringkat, peringkat Indonesia masih pada posisi 181 dalam ranking terbaru FIFA per 16 September 2016. Secara AFC atau Asia peringkat 37, sedangkan di ASEAN peringkat tujuh dari sembilan negara.

Pasca-sanksi FIFA mulai bertambah pemain nasional yang melakukan internasionalisasi. Sebut saja, misalnya, Victor Igbonefo di Osotspa Saraburi Thailand, Evan Dimas yang menjalani trial di UE Llagostrea Spanyol, Ryuji Utomo Prabowo di klub Liga Premier Bahrain Al-Najma, Greg Nwokolo di klub Thailand, BEC, dan lainnya. Meskipun beberapa di antaranya akhirnya urung atau gagal dan kembali merumput di tanah air.

Pengalaman apalagi diikuti kesuksesan akan memacu pemain lainnya mengikuti jejak ke luar negeri. Hal ini menjadi peluang bagi perbaikan skill dan ekonomi pemain.

Menggapai Mimpi   

Internasionalisasi pemain nasional sudah mulai terbuka di tengah kondisi yang terhimpit. Peluang ini mesti ditangkap dan digarap serius dengan mengoptimalkan strategi dan partisipasi banyak pihak.

Pertama adalah fasilitasi dari pemerintah dan PSSI. Pemerintah penting memudahkan pemain yang akan ke luar negeri dalam hal administrasi. Fasilitasi trial dan promosi bahkan secara pro-aktif penting dilakukan. PSSI dapat melakukan promosi dan penawaran ke otoritas sepakbola mancanegara hingga klub-klub asing terkait talenta pemain nasional.

Kedua, membuka peluang bisnis agensi pemain sepakbola. Peluang bisnis menjadi terbuka dan pihak swasta hingga perseorangan dapat terlibat. Para mantan pemain dapat berkecimpung dalam usaha agen pemain sepakbola ini. Hal yang penting dihindari adalah mencegah hadirnya mafia penjualan pemain.

Ketiga, persiapan kualitas. Persiapan utama adalah skill dan bahasa. Bahasa menjadi sangat penting untuk dapat berkomunikasi dan mengembangkan karier di luar negeri. Minimal adalah cakap berbahasa Inggris sebagai bahasa internasional. Selain itu, penting menyiapkan pemahaman terkait budaya, cuaca, makanan, dan lainnya di negeri yang akan dituju.

Keempat, menghubungkan dengan pihak Indonesia yang memiliki saham di klub asing. Pihak tersebut, misalnya, Erick Tohir di Inter Milan dapat dioptimalkan untuk latihan atau trial di level junior, Bakrie yang memiliki FC Vise, Klub Divisi III Belgia, dan lainnya. Mereka dapat disentuh nasionalismenya untuk memberi peluang bagi pemain nasional merumput di klubnya.

Kelima, motivasi pemain itu sendiri. Faktor kunci dan terbesar datang dari dalam diri pemain. Motivasi untuk berkembang dan sukses di kancah internasional mesti menancap kuat demi kebanggaan bagi keluarga dan tanah air. Motivasi ini dapat dibangun dan ditularkan antar sesama pemain.

Pengurus PSSI baru dihasilkan oleh Kongres yang istimewa karena tepat dengan peringatan Hari Pahlawan, 10 November lalu. Nilai-nilai kepahlawanan penting diresapi dan dinternalisasi oleh insan sepakbola guna mengobarkan perjuangan perbaikan sepakbola.

Pemain nasional penting didorong untuk go international agar berefek pada perbaikan peringkat dan kualitas sepakbola secara internasional. Piala AFF 2016 dapat dioptimalkan menjadi jalan internasionalisasi pemain, minimal di Asia Tenggara.

Ribut Lupiyanto
Ribut Lupiyanto
Deputi Direktur C-PubliCA (Center for Public Capacity Acceleration); Penggemar Sepakbola
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.