Dunia pendidikan merupakan kunci bagi keberhasilan pembangunan Sumberdaya Manusia Indonesia yang unggul, inovatif, berdaya saing global dan berkarakter, terlebih dengan tantangan bonus demograpi yang sedang dihadapi Indonesia dimana jumlah usia produktif sedang pada fase puncaknya. Tentu kita berharap besar melalui Pendidikan, Indonesia akan mampu secara optimal dalam menyongsong Indonesia Emas 2045.
Terlepas dari problematika yang yang melingkupi dunia Pendidikan, salah satu aspek yang penting dalam pembentukan ekosistem Pendidikan adalah maksimalisasi peran guru Bimbingan Konseling (BK) di sekolah. Di tengah kompleksitas dinamika yang digadapi dunia Pendidikan, guru BK menjadi elemen kunci yang memastikan berkembang tidak hanya pada aspek akademis, tetapi juga secara emosional, sosial dan moral.
Mengacu pada laporan Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (PB ABKIN) pada 2023, bahwa kebutuhan guru BK di Indonesia mencapai 242 ribu orang. Sesuai dengan aturan yang ada, idealnya satu guru BK maksimal memegang 150 siswa, sehingga dibutuhkan 300 ribu guru BK untuk asumsi 45 juta siswa dari tingkat SD sampai SMA. Sementara jumlah yang ada saat ini sekitar 58 ribu, baik berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) maupun non-PNS. Artinya sangat jauh jumlah rasio Guru BK dan Jumlah siswa. Hal ini tentu saja menyebabkan tugas dan fungsi yang diemban guru BK jauh dari maksimal. Selain itu masih banyak dikalangan Pendidikan memandang sebelah mata tentang peran guru BK, maka sering kali tidak mendapat perhatian khusus di sekolah.
Mengingat pentingnya peran guru BK untuk pembentukan ekosistem Pendidikan berkelanjutan, kita patut apresiasi terhadap Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) Bapak Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed, yang dalam beberapa kesempatan menjelaskan pentingnya penguatan guru BK sebagai implementasi dari salah satu program prioritas kementerian yaitu penguatan Pendidikan karakter. Bukan saja penguatan dalam hal kuantitas, akan tetapi juga meliputi peningkatan kapasitas dan kompetensi konseling bagi guru. Harapannya program tersebut dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan dan berkontribusi signifikan dalam menjahit rangkaian program Pendidikan di sekolah dasar dan menengah.
Dimensi Makna Guru BK
Dalam menjalankan aktifitas profesinya, seseorang yang menyandang status sebagai guru BK, tentu saja harus memahami dan meyakini aspek filosofi yang mendasari pekerjaannya. Dalam dimensi ini, pendidikan konseling di sekolah merupakan usaha yang berfokus pada pengembangan pertumbuhan pribadi siswa, ketahanan, dan pemberdayaan.
Berangkat dari satu keyakinan bahwa setiap individu memiliki potensi dasar yang melekat, dan sifatnya berbeda-beda dan unik. Filosofi ini akan mendorong seorang guru untuk menciptakan lingkungan yang mendukung bagi peserta didik untuk mengeksplorasi identitas diri dan sosialnya, nilai hidup, serta tantangan- tantangan siswa baik di lingkungan sekolah maupun luar sekolah. Jika mengacu pada makna ini, maka setiap guru harus memposisikan diri tidak hanya sebagai pengajar mata pelajaran tertentu, namun juga memiliki tanggung jawab untuk meberikan nilai (value) atas mata pelajaran yang diampu.
Dalam dimensi psikologi, seorang guru terutama guru BK harus memahami bahwa setiap siswa memiliki keperibadian, latar belakang serta motivasi belajar yang berbeda-beda, yang pada muaranya adalah bagai mana mengolah aspek-aspek tersebut dalam terwujudnya kesejahteraan psikologis (psychology well-being) siswa. Hal ini mengacu pada pengertian kesejahteraan mental siswa yang positif, dimana siswa dapat mengatasi tekanan dan tantangan dalam kehidupan sehari-hari, bahagia dalam menjalankan aktifitasnya, memahami potensi diri, memiliki relasi positif dengan lingkungannya serta yang tidak kalah pentingnya adalah memahami makna hidup.
Nilai-nilai ini yang kelak akan menjadi pijakan siswa dalam proses memaknai dirinya, meneguhkan identitas diri dan sosialnya serta makna kehangatan bagi siswa dan lingkungan belajar dan masa depannya. Hal ini selaras dengan dimensi spiritual BK dimana aspek pengajaran BK juga menekankan pemahaman mengenai kebutuhan dan keterikatan siswa terhadap kehadiran sang pencipta yang akan berimplikasi dalam membangun nilai moralitas dan etika siswa.
Signifikasi Peran Guru BK
Berangkat dari pemahaman aspek dimensi tersebut, maka guru BK memiliki peran penting antara lain pertama sebagai peta jalan siswa. Secara spesifik mengacu pada kamus Asosiasi Psikologi Amerika (APA) bahwa guru BK memiliki peran dalam mengembangkan rencana Pendidikan siswa. Hal ini didasarkan pada hasil analisis baik secara kuantitatif maupun kualitatif terkait dengan potensi dan bakat yang dimiliki oleh siswa.
Peran konseling dalam Pendidikan juga dapat diimplementasikan dalam rangka untuk meningkatkan ketrampilan belajar atau untuk mengatasi persoalan yang dapat mengganggu kinerja dan belajar siswa baik yang berasal dari dalam diri siswa (kepribadian, emosi, stres dll) maupun datang dari luar (lingkungan pergaulan dan keluarga). Selain itu dalam konteks yang sama, bimbingan konseling juga mampu menemukan internal values siswa berdasar kepribadian, minat, bakat serta motivasi belajar sehingga dapat diarahkan pada aktifitas- aktifitas yang dapat mendongkrak kinerja belajar, ketrampilan serta kecakapan hidup.
Kedua, Guru BK sebagai teman dalam menyelesaikan permasalahan siswa. Sudah semestinya peran guru menjadi tempat yang nyaman bagi siswa untuk bercerita, mengeluh dan mengadu. Mereka harus dapat menjadi pendengar yang baik, memberikan nasihat yang baik sekaligus menjadi role model bagi siswa. Hal ini didasarkan pada dinamika dan kompleksitas permasalahan pelajar terutama kalangan remaja yang tidak semua orang mampu memahaminya termasuk orang tua. Oleh karena itu guru BK harus menjadi payung teduh bagi semua siswanya, menjadi bapak sekaligus ibu yang bijaksana di lingkungan sekolahnya.
Ketiga, Guru BK sebagai Jembatan sosial. Peran ini mengacu pada pada dua aspek yaitu lingkungan sekolah dan lingkungan luar (keluarga, desa dll). Dalam konteks internal, guru BK menjadi komunikator sekaligus adviser menyangkut hal-hal yang terkait dengan kondisi siswa kepada pihak-pihak terkait di sekolah seperti guru dan kepala sekolah. Hal ini sebagai acuan para pihak tersebut dalam menyikapi situasi tertentu yang berhubungan dengan siswa. Dalam konteks jembatan untuk lingkungan luar maka guru menjadi komunikator antara siswa dengan lingkungan keluarga dan sekitarnya.
Artinya fungsi ini mensyiratkan peran bahwa kondisi siswa di sekolah dapat diinformasikan kepada pihak orang tua agar orang tua dapat berperan dengan benar dalam membantu mengarahkan dan menasihati anaknya, terlabih jika ada hal yang sifatnya membutuhkan penanganan khusus. Semantara itu guru juga dapat mengontrol kondisi siswa di lingkungan rumah melalui orang tua. Sebagai contoh terkait implementasi program tujuh kebiasaan anak Indonesia hebat; bangun pagi, taat beribadah , olah raga, makan bergisi, aktif bermasyarakat dan istirahat yang cukup.
Deangan demikian apabila semua guru, orang tua memahami esensi konseling psikologis bagi siswanya, lebih khusus Guru BK mampu menjalankan peran-peran di atas, maka dengan sendirinya ekosistem Pendidikan akan berjalan dengan baik. Semua pihak guru, siswa dan walimurid menjadi satu perpaduan untuk terwujudnya kesejahteraan siswa. Demikian tulisan singkat ini, sebagai upaya replektif bagi guru, murid dan orang tua terlebih khususnya guru BK dalam memperingati Hari Guru Nasional. Semoga ke depan perilaku- perilaku yang menyudutkan guru atas nama HAM atau apapun bisa diminimalisir dengan terbentuknya ekosistem Pendidikan yang baik.