Saya ditanya apakah ada peluruhan kebudayaan dan mentalitas etnik tertentu di Indonesia?
Boleh jadi saat ini banyak suku atau orang Indonesia memiliki problem mentalitas yg sama seperti yg dipidatokan Mochtar Lubis di IKJ tahun 1977. Kata Mochtar Lubis, orang Indonesia itu antara lain bermental hipokrit atau munafik, berjiwa feodal, percaya takhayul, erotis, boros, dan suka jalan pintas.
Menurut Prof Koentjaraningrat (1992) orang Indonesia bermental menerabas, tidak disiplin murni, tidak bertanggungjawab, meremehkan mutu. Saya tidak tahu adakah etnik Indonesia yang bebas dari mentalitas seperti itu.
Mentalitas elite saat ini jg boleh jadi lebih parah daripada warganya. Indonesia saat ini mengalami cultural-lag yang serius, era reformasi makin memperparah kesenjangan budaya tersebut.
Tentu saja, di samping mentalitas negatif, terdapat sifat-sifat orang Indonesia yang positif seperti relijius, ramah, toleran, mau prihatin, dan sebagainya. Maka diperlukan transformasi dan rekonstruksi kebudayaan secara ideografis menjadi penting didialogkan bagi Indonesia ke depan.
Pendidikan sebenarnya dapat diproyeksikan sebagai jalan paling strategis dalam proses transformasi dan rekonstruksi kebudayaan tersebut. Namun masalahnya apakah kebijakan pendidikan nasional mengarah ke sana?
Ketika dunia pendidikan nasional tidak begitu jelas arahnya serta kuat indikasinya didesign secara pragmatik-ekonomi dan dikelola model perusahaan ala pabrik. Rasanya pendidikan yang pragmatik seperti itu tidak menyentuh pencerahan dan pemajuan akal budi manusia Indonesia ke depan.