Minggu, April 28, 2024

Netanyahu Kehabisan Waktu

Donny Syofyan
Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

Pada Jumat malam (17/11), kelompok perjuangan Hamas merilis sebuah video yang Aryeh Zalmanowitz, 86, yang diculik dari rumahnya di Nir Oz, ke Jalur Gaza pada 7 Oktober. Pada hari yang sama pemerintah Tanzania mengumumkan bahwa Clemens Felix Matanga , seorang pelajar berusia 22 tahun yang tinggal di Kibbutz Nahal Oz, dan merupakan salah satu dari dua warga Tanzania yang diculik, telah meninggal.

Dua hari sebelumnya, jenazah korban penculikan Judith Weiss, 65 tahun dari Kibbutz Be’eri, ditemukan di dekat Rumah Sakit Al-Shifa. “Kami gagal menghubuni mereka tepat waktu,” kata Juru Bicara IDF, Laksamana Muda Daniel Hagari. Beberapa hari sebelumnya, juga di dekat Al-Shifa, IDF menemukan mayat Noa Marciano, tentara Modi’in berusia 19 tahun, yang terbunuh dalam penawanan Hamas – setelah Hamas merilis video yang menunjukkan dia masih hidup dalam tahanannya. .

Kenyataan ini menegaskan apa yang diteriakkan oleh keluarga para sandera: “Setiap momen yang berlalu sangatlah penting.” Namun nampaknya Netanyahu terus saja memperpanjang waktu dan tidak terburu-buru untuk menyetujui kesepakatan pembebasan para sandera, antara lain karena pertimbangan yang tidak relevan, seperti tekanan politik terhadap konsesi sayap kanan kepada Hamas, yang dipimpin oleh Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir.

Ini memang tidak dapat diduga. Sekitar 240 orang yang diculik di Gaza oleh Hamas, dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu cenderung lebih mengkhawatirkan kelangsungan pemerintahannya dibandingkan nyawa para sandera. Untuk alasan yang sama, dia lebih memilih untuk menghabiskan waktunya pada berfoto-foto atau mengunjungi IDF sebagai bagian kampanye daripada bertemu dengan keluarga para sandera dan keluarga pengungsi dari perbatasan utara.

Pekan lalu ada kabar kesepakatan untuk membebaskan sekitar 50 sandera. Belakangan dilaporkan bahwa AS dan Qatar berusaha mendorong kesepakatan untuk membebaskan sekitar 70 sandera dalam dua tahap. Namun ketika mendiskusikan manfaat kesepakatan ini, perang terus berlanjut dan nyawa para sandera berada dalam bahaya.

Pihak Isarel mengatakan bahwa kerugian lebih lanjut terhadap Hamas akan memaksa pemimpin Hamas Yahya Sinwar untuk membuat konsesi yang lebih besar dalam perundingan tersebut, namun merugikan Hamas juga dapat membahayakan nyawa para sandera. Pihak lain di Israel juga khawatir bahwa penghentian pertempuran akan membantu Hamas pulih. Ini adalah risiko yang mungkin terjadi. Namun di sinilah kita perlu mengingat bahwa misi militer adalah melindungi warga sipil (dalam hal ini para sandera) dan bukan sebaliknya, sesuatu yang selalu dilanggar oleh Israel.

Pada hari Sabtu lalu ada unjuk rasa massal yang diadakan di depan Kantor Perdana Menteri di Yerusalem, setelah unjuk rasa selama empat hari, yang diikuti oleh sekitar 25.000 orang. Mereka menyerukan agar para sandera dipulangkan ke rumah.

Unjuk rasa lainnya diadakan di alun-alun Museum Tel Aviv, yang kemudian dikenal sebagai “Hostages Square.” Pesan yang disampaikan kepada pemerintah Netanyahu sangat tajam dan jelas; tidak akan ada kemenangan tanpa pengembalian para sandera. Nyatanya, pemerintah Netanyahu gagal mengatasi keraguan warganya sendiri dan gagap bertindak secepat mungkin untuk memulangkan para sandera.

Donny Syofyan
Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.