Iran sedang mempertimbangkan untuk memindahkan ibu kotanya ke lokasi baru. Presiden Masoud Pezeshkian telah membahas gagasan ini selama beberapa bulan terakhir, dan kini juru bicara resmi pemerintah telah mengonfirmasi rencana tersebut. Langkah ini menunjukkan bahwa pemerintah Iran serius dalam mencari tempat baru untuk menggantikan Teheran sebagai pusat pemerintahan.
Salah satu lokasi yang dipertimbangkan adalah pantai Makran, sebuah kawasan yang dikenal dengan iklim cerah dan potensinya sebagai pusat baru. Namun, muncul pertanyaan besar: apakah rencana ini realistis? Apakah Iran memiliki sumber daya yang cukup untuk memindahkan ibu kotanya? Dan apa alasan yang membuat pantai Makran dianggap sebagai pilihan strategis?
Teheran, sebagai ibu kota Iran saat ini, merupakan kota terbesar dan terpenting di negara tersebut. Kota ini memiliki ukuran yang hampir empat kali lipat lebih besar dibandingkan kota terbesar kedua, Mashhad. Sebagai pusat politik, ekonomi, dan budaya, Teheran menjadi rumah bagi sekitar 20% populasi Iran serta menyumbang 30% dari total produk domestik bruto (PDB) negara. Posisi dominannya menjadikannya sebagai kota primata—sangat besar dan jauh lebih signifikan dibandingkan kota-kota lainnya di Iran.
Namun, dominasi ini juga menciptakan sejumlah risiko besar. Ketergantungan yang berlebihan pada satu kota sebagai pusat segalanya, seperti halnya “menaruh semua telur dalam satu keranjang,” dapat menimbulkan konsekuensi fatal jika kota tersebut mengalami gangguan serius. Teheran sendiri sedang menghadapi berbagai masalah serius yang mengancam keberlanjutannya.
Kota ini mengalami kepadatan penduduk yang berlebihan, yang pada gilirannya membebani infrastruktur dan sumber daya alamnya. Salah satu masalah utama adalah pasokan air yang sangat terbatas; Teheran mengonsumsi sekitar 25% dari total air minum Iran, dan sering kali mengalami kekurangan air. Selain itu, polusi udara akibat aktivitas industri dan lalu lintas yang padat kerap mencekik kota, terutama selama musim dingin.
Masalah lain yang lebih mengkhawatirkan adalah risiko gempa bumi. Teheran terletak di jalur patahan aktif, membuatnya sangat rentan terhadap gempa besar. Jika gempa bumi besar terjadi, jutaan nyawa bisa terancam, dan dampaknya dapat menghancurkan perekonomian Iran yang sudah berada dalam kondisi rapuh.
Melihat ancaman-ancaman tersebut, Presiden Masoud Pezeshkian telah mengusulkan langkah konkret untuk memindahkan ibu kota negara. Sebenarnya, ide untuk memindahkan ibu kota bukanlah hal baru di Iran. Sejak tahun 1989, setidaknya sudah ada enam studi kelayakan terkait rencana ini. Pada tahun 2014, parlemen bahkan telah mengesahkan undang-undang yang mewajibkan pemerintah untuk mempertimbangkan relokasi ibu kota secara serius.
Mantan presiden seperti Mahmoud Ahmadinejad dan Hassan Rohani juga pernah menjajaki gagasan yang sama. Namun, meskipun telah ada berbagai upaya dan kajian, sejauh ini belum ada langkah nyata yang berhasil diwujudkan. Bahkan juru bicara pemerintahan saat ini menyatakan bahwa tidak ada urgensi untuk terburu-buru dalam melaksanakan rencana tersebut.
Meskipun Iran belum secara resmi mengumumkan kepindahan ibu kota, mereka tampaknya telah menetapkan pilihan pada wilayah pantai Makran. Makran, sebuah wilayah pesisir yang terbentang di sepanjang Iran bagian tenggara dan Pakistan barat daya, mungkin tampak sebagai pilihan yang tidak biasa pada awalnya. Wilayah ini dikenal dengan iklimnya yang kering dan gersang, serta relatif belum berkembang dibandingkan dengan pusat-pusat kota besar di Iran. Namun, pemerintah Iran memiliki visi jangka panjang untuk Makran, dengan rencana untuk mengubahnya menjadi pusat ekonomi dan politik baru negara tersebut.
Pemilihan Makran sebagai ibu kota baru didorong oleh beberapa faktor strategis. Pertama, lokasinya di pesisir memberikan akses langsung ke Laut Arab dan Samudra Hindia, membuka peluang perdagangan internasional yang luas. Kedua, Makran memiliki potensi besar untuk pengembangan pelabuhan dan infrastruktur maritim, yang dapat meningkatkan konektivitas dan perdagangan Iran dengan negara-negara lain. Ketiga, dengan memindahkan ibu kota dari Teheran yang padat dan rawan gempa, Iran dapat mengurangi risiko dan meningkatkan ketahanan nasional.
Pemerintah Iran telah membentuk dua dewan khusus untuk mengawasi pengembangan Makran. Dewan pertama bertugas menilai permasalahan yang ada di Teheran dan mencari solusi untuk permasalahan tersebut di ibu kota baru. Dewan kedua fokus pada pengembangan ekonomi maritim, termasuk perencanaan infrastruktur dan strategi untuk memaksimalkan potensi Makran sebagai pusat perdagangan.
Presiden Pezeshkian telah menekankan pentingnya lokasi pesisir untuk ibu kota baru. Ia berpendapat bahwa memindahkan pusat ekonomi dan politik Iran ke selatan, lebih dekat ke laut, akan meningkatkan efisiensi dan daya saing negara. “Saat ini,” jelas Pezeshkian, “kita mengangkut bahan mentah dari selatan ke pusat, memprosesnya, dan kemudian mengirimnya kembali ke selatan untuk diekspor. Proses ini sangat tidak efisien dan mengurangi daya saing kita di pasar global. Dengan memindahkan ibu kota ke Makran, kita dapat memangkas biaya transportasi, mempercepat proses produksi, dan meningkatkan daya tarik produk-produk Iran di pasar internasional.”
Singkatnya, meskipun Makran saat ini mungkin tampak sebagai pilihan yang tidak konvensional, Iran memiliki rencana ambisius untuk mengubah wilayah tersebut menjadi ibu kota modern yang dinamis dan pusat ekonomi maritim yang penting. Dengan memanfaatkan potensi Makran, Iran berharap dapat memperkuat posisinya di panggung dunia dan mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Makran tampaknya menjadi lokasi ideal bagi ibu kota baru Iran karena memenuhi berbagai kriteria penting. Letaknya yang strategis di pesisir, potensi ekonominya, dan ketersediaan lahan yang luas menjadikannya kandidat yang menjanjikan. Namun, rencana relokasi ini bukannya tanpa tantangan. Memindahkan ibu kota adalah proyek besar yang membutuhkan perencanaan yang matang dan sumber daya yang signifikan. Meskipun ada preseden sejarah untuk relokasi ibu kota, seperti yang dilakukan oleh Turki dan Brasil, konteks Iran memiliki tantangan unik.
Salah satu tantangan utama adalah kondisi ekonomi Iran saat ini. Sanksi ekonomi yang diberlakukan oleh negara-negara Barat telah melumpuhkan perekonomian Iran, membatasi aksesnya ke pasar internasional dan investasi asing. Meskipun Iran memiliki sumber daya alam yang melimpah, kemampuannya untuk mengeksploitasi dan mengekspor sumber daya tersebut terhambat oleh sanksi.
Memindahkan ibu kota ke Makran dapat memberikan beberapa manfaat ekonomi jangka panjang. Lokasi di pesisir akan memfasilitasi perdagangan internasional, mengurangi biaya transportasi, dan meningkatkan daya saing ekspor Iran. Namun, pembangunan infrastruktur baru di Makran akan membutuhkan investasi yang sangat besar. Pertanyaannya adalah, dari mana Iran akan mendapatkan dana yang dibutuhkan untuk membangun kota baru, termasuk gedung-gedung pemerintahan, perumahan, dan fasilitas umum lainnya, di tengah krisis ekonomi yang sedang berlangsung?
Meskipun Presiden Pezeshkian memiliki visi yang ambisius untuk Makran, realisasi visi tersebut terbentur pada kendala finansial. Keberhasilan relokasi ibu kota akan bergantung pada kemampuan Iran untuk mengatasi tantangan ekonomi dan mengamankan sumber pendanaan yang diperlukan. Tanpa dukungan finansial yang kuat, rencana ambisius ini mungkin hanya akan menjadi mimpi belaka.