Rabu, Januari 15, 2025

Lizzie Eustace: Potret Ambisi dan Kelicikan dalam The Eustace Diamonds

Donny Syofyan
Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
- Advertisement -

The Eustace Diamonds (1871) adalah salah satu karya Anthony Trollope yang lahir di masa keemasannya sebagai penulis, ketika ia telah mencapai usia 58 tahun. Novel ini muncul jauh setelah seri Barchester yang melambungkan namanya, dan berkisah  pada periode yang  sama  dengan  The Way We Live Now,  sebuah  satire  tajam  tentang  kehidupan  masyarakat  Inggris  di  masanya.  Trollope  sendiri  mengakui  bahwa  ia  terinspirasi  oleh  The Moonstone  dengan  intrik  pencurian  permata,  dan  karakter  Becky  yang  licik  dari  Vanity  Fair.

Di  pusat  kisah  ini  berkilau  sebuah  kalung  berlian  yang  menjadi  rebutan.  Lizzie  Eustace,  janda  muda  nan  jelita  dari  Sir  Florian  Eustace,  mengklaim  kalung  itu  sebagai  hadiah  dari  mendiang  suaminya.  Namun,  Tuan  Camperdown,  pengacara  keluarga  Eustace,  menentangnya,  menyatakan  bahwa  kalung  itu  adalah  pusaka  keluarga  yang  tak  dapat  dimiliki  Lizzie.  Perseteruan  pun  tak  terelakkan,  dan  Lizzie,  dengan  segala  kecantikan  dan  kelicikannya,  bukanlah  lawan  yang  mudah  ditaklukkan.

Lizzie  adalah  sosok  yang  keras  kepala,  manipulatif,  namun  menawan.  Ia  bagaikan  Bartleby  dalam  karya  Melville,  teguh  pada  pendiriannya,  membuat  frustrasi  orang-orang  di  sekitarnya,  bahkan  para  pembaca  sekalipun.  Trollope  dengan  cerdik  menciptakan  karakter  yang  sulit  untuk  disukai,  namun  juga  sulit  untuk  diabaikan.

The  Eustace  Diamonds  bukanlah  kisah  tentang  transformasi  karakter  yang  dramatis.  Lizzie,  dengan  segala  kekurangannya,  pada  akhirnya  menuai  akibat  dari  perbuatannya.  Orang-orang  yang  ia  harapkan  akan  terperangkap  dalam  jaring  pesonanya,  justru  menjauh.  Novel  ini  adalah  potret  satirical  tentang  ambisi,  keserakahan,  dan  konsekuensi  dari  pilihan  hidup.

Keunikan The Eustace Diamonds terletak pada ketidakmampuan Lizzie untuk belajar dari kesalahan atau memahami perbedaan antara dirinya dengan orang lain yang bermoral tinggi. Trollope dengan brilian melukiskan karakter Lizzie yang terobsesi pada diri sendiri,  seakan dunia berputar di sekelilingnya.  Namun, fokus Trollope  sebenarnya  bukanlah  pada  Lizzie  semata,  melainkan  pada  posisi  sosial  dan  pengaruhnya  terhadap  orang  lain.  Dengan  gaya  bercerita  yang  tenang  dan  fasih,  Trollope  menganalisis  karakter  Lizzie  secara  mendalam,  menghasilkan  potret  yang  begitu  nyata  dan  mudah  dikenali  pembaca.  Lizzie  seolah  melompat  keluar  dari  halaman  buku,  menjadi  cerminan  dari  saudara,  sepupu,  atau  teman  yang  perilakunya  sering  membingungkan  kita.

Bukan  hanya  Lizzie,  hampir  semua  karakter  dalam  novel  ini  begitu  hidup  dan  nyata,  jauh  dari  citra  klise.  Frank,  sepupunya;  Lucy,  kekasih  Frank;  Lord  George—semuanya  digambarkan  dengan  detail  yang  tajam,  menyingkap  kehidupan  batin  mereka  dengan  cara  yang  hanya  bisa  dicapai  oleh  sebuah  novel.  Trollope  menghindari  jebakan  konvensi  teater,  menciptakan  karakter  dan  alur  cerita  yang  bebas  dari  keterbatasan  panggung  drama.

Meskipun  sering  dikritik  karena  kebiasaannya  menyimpang  dan  mengulang  diri,  gaya  bercerita  Trollope  memiliki  keunikan  tersendiri.  Ia  menumpuk  detail  demi  detail,  mengingatkan  pembaca  pada  apa  yang  telah  diketahui,  lalu  menambahkan  informasi  baru  dalam  konteks  yang  familiar.  Hal  ini  menciptakan  pemahaman  yang  mendalam  tentang  situasi,  karakter,  dan  masyarakat  kelas  atas  Victoria  di  Inggris.

Trollope  mungkin  tidak  sepuitis  Proust,  namun  ia  menawarkan  eksplorasi  yang  komprehensif  tentang  sebuah  tempat  dan  waktu  tertentu.  Dengan  pendekatan  yang  lebih  serebral  dan  ironis,  Trollope  menciptakan  karya  yang  kaya  akan  detail  dan  wawasan  mendalam  tentang  kondisi  manusia.

Anthony Trollope,  sang  penulis  yang  kerap  terlupakan,  memiliki  gaya  yang  berbeda  dengan  para  sastrawan  Victoria  lainnya.  Ia  tidak  sekomikal  Dickens  atau  sesatir  Thackeray,  namun  ketajaman  pengamatannya  terhadap  kondisi  manusia  terpancar  melalui  ironi  yang  halus.  Trollope  mengamati  karakter-karakternya  dengan  jujur  dan  cerdik,  namun  selalu  ada  sentuhan  pemaaf  dalam  sorot  matanya.

Tokoh-tokoh  berbudi  luhur  dalam  karyanya  tidak  digambarkan  sempurna,  sementara  mereka  yang  jahat  pun  tidak  melulu  karena  kebodohan  atau  kelicikan.  Trollope  memberikan  ruang  bagi  karakternya  untuk  bertumbuh  dan  belajar,  beberapa  di  antaranya  berhasil  mengambil  pelajaran  berharga,  sementara  yang  lain  tetap  terperangkap  dalam  kekeliruan.

- Advertisement -

Menariknya,  Trollope  sendiri  menganggap  menulis  novel  bukanlah  sebuah  bentuk  seni  yang  luhur,  melainkan  sebuah  pekerjaan  rutin  layaknya  profesi  lainnya.  Pandangan  ini  terungkap  dalam  autobiografinya  yang  ia  tulis  beberapa  tahun  setelah  “The  Eustace  Diamonds”.  Sayangnya,  Trollope  tidak  pandai  mempromosikan  karyanya,  sehingga  popularitasnya  menurun  seiring  berjalannya  waktu.  Namun,  nilai  hiburan  dan  ketajaman  observasi  sosial  dalam  tulisannya  tetap  bertahan  melintasi  zaman.

Karakter-karakter ciptaan Trollope memiliki kedekatan dan keintiman yang jarang  ditemukan dalam karya penulis lain. Gaya penulisannya yang ramah dan mendetail  menciptakan dunia yang begitu nyata dan mudah dikenali pembaca. Ia tidak segan  mengungkapkan kekurangan manusia, namun juga menunjukkan bahwa hidup  terus berlanjut meskipun alur cerita telah usai. Lizzie Eustace, misalnya, muncul kembali dalam novel The Prime Minister, tidak berubah secara moral, namun lebih dewasa  dan bijaksana. Inilah yang membuat Trollope begitu istimewa: ia adalah seorang  novelis yang menulis untuk orang dewasa, dengan segala kompleksitas dan nuansa  kehidupan mereka.

Donny Syofyan
Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.