Kamis, Maret 28, 2024

Bersama K.H. Ma’ruf Amin, Apakah Jokowi Masih Dicap Anti Islam?

Hasanudin Abdurakhman
Hasanudin Abdurakhman
Penulis dan pekerja profesional.

Ada segolongan orang yang selalu dengan enteng menuduh bahwa Jokowi itu menyingkirkan umat Islam. Inilah yang menyebabkan mereka sangat membenci Jokowi. Apa yang membuat mereka berpikir begitu? Kalau kita coba cari dasarnya dengan cara yang waras, kita akan sulit menemukannya. Jadi, masalahnya di mana? Masalahnya adalah para penuduh itu sendiri.

Contoh penuduh jenis ini adalah Alfian Tanjung yang kini mendekam di penjara. Salah satu omongan dia yang viral di media sosial adalah soal vaksin. Ia mengatakan bahwa vaksin itu terbuat dari campuran darah babi, monyet, narapidana, pelacur, dan narapidana. Vaksin itu dibuat untuk melemahkan orang Islam. Orang-orang Kristen tidak divaksin. Itu pernyataan dia. Kalau dia sanggup mengarang sejumlah dusta seperti itu, tentu tak sulit bagi dia untuk mengarang berbagai kegilaan lain, termasuk tuduhan-tuduhannya kepada Jokowi.

Kebanyakan pengkritik Jokowi dari kalangan Islam kualitasnya seperti ini. Bahkan Amien Rais, yang dulu dikenal sebagai intelektual muslim, semakin hari semakin ngawur ucapan-ucapannya.

Bagaimana sebenarnya sikap Jokowi terhadap umat Islam? Saya akan adil menilai bahwa sikapnya tidak berbeda dengan para presiden sebelumnya. Tidak ada, dan tidak akan ada Presiden RI yang benar-benar memusuhi umat Islam. Itu mustahil dilakukan. Kalau itu dilakukan, ia tidak akan berumur panjang.

Bagaimana dengan Soeharto dulu? Bukankah ia menerapkan langkah-langkah represif terhadap umat Islam? Sebenarnya Soeharto represif kepada siapa saja yang membahayakan kekuasaannya. Tidak khusus kepada umat Islam. Yang benar-benar disikat habis oleh Soeharto adalah PKI, dengan memakai tangan umat Islam. Kelompok-kelompok Islam yang dia hajar adalah kelompok-kelompok yang terang-terangan melawan. Adapun kelompok-kelompok besar seperti NU dan Muhammadiyah, yang juga tidak terang-terangan mengancam kekuasaannya,
Soeharto tidak berani frontal.

Kelak ketika orang-orang Islam bisa memainkan pendekatan yang berbeda, hubungan umat Islam dengan Sorharto justru sangat mesra. Kita tentu masih ingat bagaimana suatu saat kabinet Soeharto bertabur tokoh-tokoh ICMI. Pada masa ini pula lahir bank syariah pertama, yaitu Bank Muamalat, dan koran muslim Republika. Amien Rais pada masa itu pernah membanggakan kabinet Soeharto sebagai kabinet hijau.

Megawati yang meski sempat ditolak oleh kelompok-kelompok Islam tertentu, juga tidak membuat kebijakan-kebijakan yang secara spesifik anti Islam. SBY justru pernah bersikap keras. Pada masa pemerintahan SBY Rizieq Shihab 2 kali masuk penjara. Tidak ada orang yang menuduh SBY anti Islam pada masa itu.

Jokowi mulai dituduh anti Islam di Pilgub DKI tahun 2012. Di putaran pertama ia mengalahkan calon dari PKS, yaitu Hidayat Nur Wahid. Di putaran kedua saat Jokowi berhadapan dengan Foke, PKS masuk ke kubu Foke. Di masa itulah dimulai kampanye negatif, melalui masjid. Apa salah Jokowi ketika itu? Ia membawa Ahok yang non muslim. Di Solo yang ia tinggalkan, berkuasalah FX Hadi Rudiyanto, yang juga non muslim.

Lucunya saat itu Jokowi-Ahok didukung oleh Prabowo, yang kini dianggap sebagai pemimpin yang didukung para pembenci Jokowi. Ahok waktu itu berasal dari partai Prabowo. Tidak kalah lucu lagi, Jokowi waktu menjadi Wali Kota Solo berpasangan dengan wakilnya tadi, didukung oleh PKS. Konyol dan absurd, bukan?

Coba kita cari, apa kebijakan Jokowi yang anti Islam. Tidak ada. Yang ada hanyalah tuduhan-tuduhan salah alamat, atau tanpa dasar. Salah satu isu yang sering diangkat adalah soal penanganan terorisme. Apa kebijakan spesifik Jokowi soal itu? Tidak ada. Pola penanganan terorisme sekarang adalah pola yang sama sejak dulu. Di zaman SBY juga sudah banyak teroris yang ditangkapi. Lagi-lagi SBY tidak disebut sebagai musuh Islam.

Kriminalisasi ulama? Di atas sudah saya ungkapkan, SBY justru 2 kali memenjarakan Rizieq, tapi tidak disebut melakukan kriminalisasi ulama. Membela Ahok? Kita saksikan bahwa Jokowi membiarkan proses hukum terhadap Ahok berlangsung independen, sampai jatuhnya vonis pengadilan. Para pendukung Ahok justru kecewa, karena Jokowi tidak intervensi, padahal menurut mereka Ahok tidak salah.

Bagaimana dengan Perppu Ormas? Tidak ada organisasi Islam yang dirugikan oleh Perppu itu, kecuali Hizbut Tahrir. Ini organisasi yang tidak hanya anti Jokowi, tapi juga anti Indonesia. Mereka menganggap demokrasi itu sistem sesat, demikian pula NKRI. Pemerintah RI mereka anggap sebagai thagut. Itu jelas bukan sikap umat Islam Indonesia. Dulu waktu negara ini didirikan, para pendiri negara sepakat untuk mendirikan NKRI. Sebagian dari para pendiri itu adalah ulama. Kenapa sekarang ada yang menganggap itu sesat, dan mereka harus kita biarkan? Sekali lagi, yang dihantam dengan Perppu itu hanya Hizbut Tahrir. Tidak ada lagi ormas Islam yang kena setelah itu. Jadi, ini urusan pemerintah dengan Hizbut Tahrir, bukan dengan
umat Islam.

Jokowi hanyalah seorang presiden, sama seperti para presiden yang lalu. Ia melakukan hal-hal yang kurang lebih sama terhadap umat Islam. Ia menyediakan anggaran besar untuk Kementerian Agama, yang sebagian besarnya dinikmati umat Islam. Sebenarnya tidak hanya kementerian itu. Semua anggaran itu dinikmati rakyat, yang mayoritasnya adalah umat Islam.

Jokowi tidak memusuhi umat Islam. Lebih tepat dikatakan bahwa ia dimusuhi oleh sebagian dari umat Islam. Siapa mereka? Mereka sejenis dengan Alfian Tanjung, Amien Rais, dan Rizieq Shihab. Siapa mereka ini? Mereka adalah orang-orang yang mendukung Prabowo. Siapa Prabowo? Kenapa ia bisa didukung umat Islam jenis itu? Karena dia berpotensi mengalahkan Jokowi.

Bagaimana seharusnya memilih pemimpin menurut tuntunan Islam? Pilihlah muslim yang saleh, berilmu, taat beragama. Apakah ciri itu ada pada Prabowo? KH Cholil Ridwan suatu kali pernah mengatakan bahwa Prabowo itu jarang salat. Ketua Umum PKS juga mengatakan hal senada. Lalu, kenapa Prabowo dipilih sebagai calon pengganti Jokowi? Semata karena ia paling potensial untuk mengalahkan Jokowi. Orang-orang yang berpolitik atas nama Islam, mengangkat orang yang salatnya saja pun tidak beres, sebagai calon pemimpin. Adakah yang lebih konyol dari itu?

Jokowi menjawab semua tuduhan itu dengan cara sederhana. Ia menetapkan K.H. Ma’ruf Amin, Ketua MUI sekaligus tokoh NU sebagai calon Wakil Presiden. Jokowi menegaskan bahwa ia tidak menyingkirkan umat Islam, tapi justru menariknya ke tengah arena. Tentu saja harus kita tegaskan, umat Islam yang mana. Jawabnya, umat Islam Nusantara.

Sementara itu Prabowo juga tidak memilih calon yang disodorkan oleh kelompok yang tempo hari melakukan ijtima. Kini, mereka yang anti Jokowi, tapi tidak digubris juga oleh Prabowo. Mereka terpinggirkan, justru oleh orang yang selama ini mereka dukung.

Jadi, semakin jelas pula bagi kita, umat Islam mana yang dipinggirkan oleh Jokowi. Yaitu umat Islam seenak udel.

Hasanudin Abdurakhman
Hasanudin Abdurakhman
Penulis dan pekerja profesional.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.