Jumat, Maret 29, 2024

Kenapa ISIS Tidak Perangi Israel?

Iqbal Kholidi
Iqbal Kholidi
Penulis adalah pemerhati terorisme dan politik Timur Tengah
Israeli Prime Minister Benjamin Netanyahu looks out of a military airplane's window as he makes his way to visit the border fence between Israel and Jordan, in southern Israel near Eilat February 9, 2016. REUTERS/Marc Israel Sellem/Pool TPX IMAGES OF THE DAY *** Local Caption *** Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu melihat keluar dari jendela pesawat militer saat akan mengunjungi pagar pembatas antara Israel dan Yordania, di selatan Israel dekat Eilat, Selasa (9/2). ANTARA FOTO/REUTERS/Marc Israel Sellem/Pool/djo/16
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. ANTARA FOTO/ REUTERS/ Marc Israel Sellem

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi tetap melantik Maha Abu-Shuseh sebagai Konsul Kehormatan Republik Indonesia untuk Palestina, meski upacara pelantikan terpaksa dilakukan di Amman, Yordania. Alasannya, Israel tidak memberikan izin Menteri Retno Marsudi bersama delegasi memasuki Ramallah, Palestina.

“Dukungan Indonesia kepada perjuangan rakyat Palestina tidak pernah padam dan pada hari ini kita maju satu langkah lagi dengan pelantikan Konsul Kehormatan RI di Ramallah,” ujar Retno Marsudi dalam keterangan tertulis Kementerian Luar Negeri, Minggu (13/3).

Meski diapresiasi oleh banyak kalangan, sebagian tetap skeptis bahwa dukungan Indonesia akan berpengaruh signifikan membantu Palestina. Bagaimana tidak, selama ini setiap langkah politik dunia internasional untuk menghukum Israel melalui resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) selalu diveto oleh Amerika. Upaya diplomasi politik seolah tak berguna, banyak kalangan “gemas” dan menilai Israel perlu dihentikan dengan “bahasa senjata”.

Sebenarnya menekan Israel dengan kekuatan militer seperti mengulang sejarah Perang Arab-Israel yang pernah terjadi puluhan tahun silam, dan negara-negara Arab menelan kekalahan berturut-turut.

Perlawanan bersenjata atas Israel juga dilakukan organisasi bersenjata non-negara, yakni HAMAS (Gerakan Perlawanan Islam). Saking seringnya HAMAS bentrok dengan Israel membuat nama organisasi ini lebih populer dibandingkan organisasi perlawanan lainnya di Palestina.

Begitu juga Gaza, wilayah yang dikendalikan HAMAS, menjadikan wilayah ini lebih dikenal di mata dunia dibanding wilayah Palestina lainnya gara-gara sering menjadi medan adu kekuatan HAMAS dan Israel.

HAMAS adalah anak ideologis organisasi Ikhwanul Muslimin di Palestina. Ikhwanul Muslimin didirikan di Mesir hampir 1 abad yang lalu. Di Indonesia, kalangan ini mendirikan Partai Keadilan pada awal reformasi yang sekarang dikenal Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Makanya, tak heran jika di sini ada seorang kader PKS sekaligus simpatisan HAMAS.

Perlawanan bersenjata HAMAS malah membuat Israel semakin beringas. Gaza semakin hancur lebur, ribuan warga Gaza tewas akibat pertempuran tak seimbang, yang terakhir kali terjadi pada tahun 2014. Namun belakangan galah satu petinggi HAMAS, Razi Hamed, dalam sebuah kesempatan wawancara dengan media mengatakan bahwa HAMAS kini tak lagi berselera bertempur dengan Israel, dan memilih fokus memelihara perdamaian di Gaza.

Bagaimana dengan milisi Hizbullah? Kelompok ini dielu-elukan sebagai organisasi bersenjata non-negara terkuat di dunia. Hizbullah di Libanon ibarat sebuah negara dalam negara. Pemerintah Libanon tidak memiliki kekuatan untuk menekan Hizbullah, meski ada resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1559 Tahun 2004 yang memerintahkan untuk melucuti persenjataan Hizbullah.

Kelompok muslim Syiah di Libanon ini pernah berhadap langsung dengan Israel. Terakhir kali tahun 2006, pertempuran selama 33 hari yang mengakibatkan kota-kota di Libanon luluh-lantak dihantam ribuan bom Israel. Perang ini kemudian berakhir setelah ada kesepakan gencatan senjata di antara keduanya pada 14 Agustus 2006 berdasarkan Resolusi DK PBB 1701. PBB juga mengirim pasukan internasional dengan misi penjaga perdamaian (UNIFIL) di Libanon pasca gencatan senjata tersebut.

Saat ini Hizbullah sibuk berperang mati-matian, bukan dengan Israel, tapi membantu pemerintah Suriah melawan puluhan faksi pemberontak Suriah; mulai dari kelompok sekuler sampai “jihadis” asing seperti Al-Qaidah dan Negara Islam (ISIS). Keterlibatan secara total Hizbullah dalam perang Suriah dikritik sebagai langkah mundur, perlawanannya terhadap musuh besar Israel dinilai telah mengendur. Terakhir kali Israel dan Hizbullah sempat terjadi insiden saling serang di perbatasan Suriah pada  Januari 2016, namun keduanya tidak tertarik melancarkan serangan lebih lanjut.

Kemunculan ISIS

Solidaritas negara-negara Arab saat ini sudah jauh berbeda dengan dulu dalam menyikapi konflik Palestina-Israel. Negara-negara Arab sibuk dengan permasalahan yang melanda negerinya sendiri. Bahkan isu Palestina sudah tidak laku di forum negara-negara Arab dan Timur Tengah.

Konflik bersenjata di negara-negara Arab semakin parah sejak kemunculan militan ISIS. ISIS tidak pernah memilih lawannya, apakah itu pasukan pemerintah atau pemberontak: semua ISIS perangi, termasuk Al-Qaidah di Suriah.

Ketika berhasil menyatukan wilayahnya setelah berhasil meruntuhkan perbatasan negara Irak dan Suriah, ISIS mendeklarasikan dirinya sebagai Negara Khilafah.

Nama ISIS semakin dikenal dan ditakuti setelah kerap mempublikasikan kebrutalannya membantai massal musuh-musuhnya, serta melakukan teror terhadap warga sipil di wilayahnya atas nama penegakan hukum Tuhan.

Militant Islamist fighters parade on military vehicles along the streets of northern Raqqa province June 30, 2014. Militant Islamist fighters held a parade in Syria's northern Raqqa province to celebrate their declaration of an Islamic "caliphate" after the group captured territory in neighbouring Iraq, a monitoring service said. The Islamic State, an al Qaeda offshoot previously known as Islamic State in Iraq and the Levant (ISIL), posted pictures online on Sunday of people waving black flags from cars and holding guns in the air, the SITE monitoring service said. REUTERS/Stringer (SYRIA - Tags: POLITICS CIVIL UNREST CONFLICT)
Photo: REUTERS

Melihat kebrutalan militan ISIS yang melampau batas, dan segala tindakannya yang selalu mengatasnamakan Islam, membuat banyak kalangan kemudian bertanya-tanya mengapa kelompok ini tidak memerangi Israel saja? Kenapa ISIS tidak membantu rakyat Palestina melawan penindasan zionis Israel? Kenapa ISIS “berjihad” di Suriah, bukan di Gaza? Pertanyaan semacam itu sering muncul.

ISIS pernah merilis sebuah pesan video yang isinya mengancam HAMAS di Gaza. HAMAS dianggap lembek terhadap Israel, ISIS bahkan mengancam akan melumat HAMAS dari Gaza.

Video ISIS tersebut menambah orang-orang semakin penasaran. Kenapa ISIS justru membuka konfrontasi dengan HAMAS, bukannya bahu membahu menghadapi Israel? Sebaliknya, simpatisan ISIS menyayangkan HAMAS yang menolak kehadiran ISIS, padahal HAMAS selama ini bisa bekerjasama dengan Hizbullah yang notabene Syiah. Kenapa dengan ISIS malah berkonfrontasi.

Sebenarnya ada perbedaan besar antara HAMAS dan ISIS, meski sama-sama Sunni. Pertama, HAMAS terinspirasi ideologi Ikhwanul Muslimin yang menerima sistem demokrasi, sesuatu yang diharamkan ISIS.

Kedua, cita-cita HAMAS adalah kemerdekaan bangsa Palestina menjadi sebuah negara yang berdaulat. Sementara bagi ISIS, kemerdekaan Palestina yang hakiki adalah menjadikannya sebagai “provinsi” di bawah kekhalifahan yang ISIS tegakkan. ISIS menolak bentuk negara bangsa. Bagi ISIS, tanah Palestina bukan untuk bangsa Palestina semata, tapi untuk umat Islam.

Jika begitu, lantas kenapa ISIS tidak langsung memerangi Israel? Jika ISIS melakukannya tentu akan mendapat simpati umat Islam, seperti diinginkan ISIS selama ini?

Alasan logis kenapa ISIS tidak menyerang Israel karena ISIS tidak memiliki sumber daya untuk melakukan itu; ISIS tak sehebat yang dibayangkan; wilayah luas ISIS yang digembor-gemborkan mayoritas hanyalah gurun pasir tak berpenghuni. Secara geografis jangkauan operasi ISIS di Suriah masih jauh dari Israel.

Perang yang dilancarkan AS menghadapi ISIS di Suriah selama ini masih setengah hati, mengingat AS memiliki tujuan yang sama dengan ISIS, yakni menggulingkan rezim Suriah. Sikap AS akan berbeda seandainya ISIS mengusik Israel. AS tentu akan total memerangi ISIS.

Israel secara teknologi militer adalah negara terkuat di Timur Tengah. Kekuatan Israel puluhan tahun yang lalu mampu mengalahkan koalisi negara Arab dalam Perang Arab-Israel. Saat ini militer Israel semakin jauh berkembang, belum lagi senjata nuklir yang dimilikinya. Tentu ISIS berpikir ribuan kali seandainya melakukan konfrontasi terbuka melawan Israel.

Iqbal Kholidi
Iqbal Kholidi
Penulis adalah pemerhati terorisme dan politik Timur Tengah
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.