Kamis, Agustus 14, 2025

Jalan Politik sang Kancil

Dr. Endang Tirtana
Dr. Endang Tirtana
Pemerhati Politik dan Sosial
- Advertisement -

Malam itu, Sabtu, 31 Agustus 2024, Indonesia Arena Senayan bergemuruh tatkala Presiden Prabowo Subianto menyebut Sufmi Dasco Ahmad dengan “Kancil”. Julukan sederhana tapi sarat akan makna. Seiring waktu, ia kerap tampil dalam banyak peristiwa politik nasional. Alih-alih menjadi peseteru, ia hadir menjadi penengah. Menjadi pemadam api dan sekaligus jembatan bagi dua kutub yang saling bertolak. Tak mengherankan jika warganet menyebutnya sebagai Don Dasco, sebuah simbol yang menggambarkan kepiawaian sebagai aktor kunci dalam percaturan politik tanah air.

Dalam dunia politik, Kancil bukan hanya lambang kecerdikan, tetapi juga kemampuan manuver cepat, kecerdasan, presisi, dan naluri bertahan dalam ruang yang penuh jebakan. Dalam berbagai momentum penting, Dasco hadir bukan sekadar birokrat, teknokrat, atau politisi. Ia menjadi aktor penting dalam mendinginkan suhu politik nasional yang kerap memanas.

Momentum pemberian abolisi terhadap Thomas Lembong dan amnesti kepada Hasto Kristiyanto oleh Presiden Prabowo Subianto, adalah bukti tak kasat mata kelihaian sang Kancil ini. Di balik keputusan strategis tersebut, membuat publik terhentak dengan langkah tak terduga. Dasco menghadirkan diplomasi senyap yang mampu mengurai kebuntuan politik dan rongrongan suara publik. Pesan “Merajut Tali Kebangsaan dan Persaudaraan” yang ditampilkan dalam laman media sosialnya, menjadi indikasi kuat perjuangan politiknya berhasil meretas sekat dan mempertemukan kembali simpul-simpul kebangsaan yang berada dalam tensi tinggi.

Kepiawaian Dasco tak hanya pada ranah politik. Langkah taktis juga dihadirkan dalam meredakan keresahan publik terhadap beberapa isu ekonomi nasional. Lihat saja responsnya ketika IHSG anjlok tajam pada Maret 2025 dan Bursa Efek Indonesia melakukan trading halt. Dasco muncul di Gedung BEI, melakukan inspeksi dan hasilnya berdampak positif. Tidak ada pidato yang bombastis. Tetapi kedatangannya mampu memulihkan pasar dan mengembalikan psikologi investor yang saat itu sedang menurun.

Demikian pula saat isu kenaikan PPN dari 11 persen ke 12 persen muncul pada akhir 2024 yang memicu keresahanpublik. Dasco kembali berada di samping Presiden, menjelaskan langsung bahwa kenaikan tersebut hanya berlaku untuk barang mewah. Langkah ini tak hanya meredam kekhawatiran publik, tetapi juga menegaskan kembali bahwa negara hadir untuk menjaga keseimbangan fiskal tanpa menghardik rakyat kecil.

Resonansi Era Baru

Peran penting yang ditampilkan oleh Dasco erat kaitannya dengan sejarah politik Indonesia. Di setiap era kepemimpinan, selalu hadir figur yang mampu memainkan peran dalam menjaga stabilitas politik nasional. Taufik Kiemas misalnya, penjaga dialog antar-poros politik yang lihai dan mendapatkan respek lintas partai. Atau bila ditarik dalam sejarah kemerdekaan, ada tokoh seperti M. Natsir, sebagai figur sentral yang dihormati karena kapasitas keilmuannya dan wataknya yang menyatukan. Juga tokoh-tokoh seperti Sudharmono, Ginandjar Kartasasmita, Jusuf Kalla, Luhut Binsar Pandjaitan, dan tokoh penting lainnya sebagai sosok sentral jembatan politik di setiap era kepemimpinan nasional.

Resonansi para tokoh penjaga stablitas tersebut terasa getarannya pada sosok Dasco. Dengan gaya kalem, tetapi mempunyai daya pengaruh yang tidak kaleng-kaleng. Saat terjadi konflik wilayah sengketa empat pulau antara Aceh dan Sumatera Utara, Dasco turun langsung menyelesaikan. Potensi gejolak politik dan sosial yang melibatkan dua wilayah tersebut sangat tinggi. Tidak hanya di tingkat elit daerah, namun menjalar ke akar rumput. Upaya cekatan yang dilakukan Dasco bersama Pemerintah Pusat dan Daerah mampu menurunkan tensi dan potensi konflik berkepanjangan.

Dalam sistem demokrasi yang cenderung terpolarisasi seperti Indonesia hari ini, keberadaan aktor-aktor seperti Dasco sangat menentukan. Ketika turbelensi politik mulai bergetar, ketika pasar mulai panik, atau ketika faksi-faksi elite mulai buntu berkomunikasi, Ia diam-diam bekerja di balik layar. Julukan “Kancil” sebagai pengakuan simbolik bahwa Dasco adalah bagian dari urat nadi strategis kekuasaan. Ia memahami bahwa kekuasaan tidak boleh berisik, tidak boleh gegabah, dan harus tetap menjunjung etika politik.

Rekonsiliasi
Apa yang dilakukan oleh Dasco, sejalan dengan pandangan Colleen Murphy (2010). Dalam bukunya A Moral Theory of Political Reconciliation, Murphy menyatakan bahwa rekonsiliasi politik adalah proses moral yang kompleks, melibatkan pengembangan rasa saling menghormati terhadap supremasi hukum, pembangunan kepercayaan politik, dan penguatan kapabilitas relasional antar aktor politik. Dalam logika ini, kehadiran Dasco sebagai prasyarat untuk menyembuhkan luka politik dan menciptakan ruang baru bagi rekonsiliasi antar faksi. Dan Dasco, dengan ketenangannya, menjadi eksekutor dari logika rekonsiliasi itu.

- Advertisement -

Namun, rekonsiliasi yang berhasil bukan hanya dilihat dari hasil akhirnya, melainkan dari ketahanan sistem dalam mempertahankan stabilitas dan kepercayaan publik. Kevin Vallier (2017) menjelaskan bahwa masyarakat yang tertata dengan baik adalah masyarakat yang memiliki tingkat kepercayaan sosial dan perilaku kooperatif yang tinggi di antara warganya (daya tahan), disertai dengan keseimbangan, serta penolakan terhadap destabilisasi dari aktor-aktor yang tidak patuh. Dengan kata lain, kepercayaan publik menjadi fondasi ketahanan sosial politik yang sistemik. Dasco, yang kerap turun tangan dalam situasi genting, baik saat konflik politik maupun krisis ekonomi memainkan peran penting dalam menjaga kepercayaan publik.

Sang Kancil bukan tentang menjadi bintang utama, melainkan tentang mengatur suasana, menjaga alur, dan penentu akhir cerita yang dapat diterima semua pihak. Dalam teori dramaturgi Erving Goffman, politik tidak selalu bicara kekuasaan dan kebijakan, tetapi juga soal panggung dan peran. Setiap aktor politik memainkan peran tertentu di hadapan publik (front stage), dan secara bersamaan menjalankan misi dan strategi di balik layar (back stage). Dalam hal ini, Dasco mampu menempatkan dirinya secara cermat sebagai pemain kunci yang bekerja senyap di setiap panggung.

Dalam senyap mampu mengkonsolidasi di back stage, dan hasilnya secara positif dan berdampak besar mampu ditampilkan pada front stage. Perannya selalu muncul saat tensi politik nasional bergerak eskalatif akibat konflik elite partai, atau kala situasi sosial memanas akibat kontestasi Pilpres membelah ruang digital dan ruang sosial. Dasco hadir sebagai jembatan, sebagai fasilitator, penghubung, bahkan sebagai peredam. Ketika publik larut dalam hitam-putih perdebatan politik, Ia sibuk menjahit kembali warna-warni kebangsaan dibalik panggung.

Jalan politik sang Kancil adalah jalan yang tidak semua orang bisa tempuh. Meski demikian, dalam kebisingan politik hari ini, kita butuh lebih banyak “sang Kancil” yang cerdik dan penuh akal sehat. Figur seperti Sufmi Dasco Ahmad adalah pengingat bahwa tidak semua pertarungan harus ditampilkan secara dramatis. Ada strategi, kehati-hatian, konsistensi, dan seni dalam berpolitik. Maka tak berlebihan jika kita menyebut sang Kancil sebagai maestro, pemain utama yang memainkan simfoni dalam keheningan, tetapi iramanya terasa oleh seluruh panggung politik Indonesia.Jalan politik sang Kancil masih terus terbentang. Publik akan terus menanti gebrakan baru, ke mana langkah cerdiknya akan menuntaskan drama politik di republik ini?.
Mari kita nantikan.

Dr. Endang Tirtana
Dr. Endang Tirtana
Pemerhati Politik dan Sosial
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.