Jumat, Maret 29, 2024

Beras vs Quinoa dan Persaingan Politik di Malaysia

Sudarnoto Abdul Hakim
Sudarnoto Abdul Hakim
Penulis adalah Associate Professor FAH UIN Jakarta, pemerhati Malaysia, Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional.

Malaysia terus dihiasi oleh rivalitas politik antara dua kekuatan penting, yaitu UMNO yang dikomandoi oleh Perdana Menteri Najib Razak dan oposisi yang saat ini masih di bawah kepemimpinan Mahathir Mohamad. Berbagai upaya kedua belah pihak untuk secara terus menerus mempengaruhi dan memperoleh dukungan publik memenangkan Pemilu2018 pada Agustus nanti terus dilakukan.

Setiap momen akan dimanfaatkan kedua kekuatan ini secara maksimal bahkan untuk menyudutkan masing-masing pihak. Tidak jarang hal ini dilakukan oleh Mahathir, Najib, dan tokoh masing masing pendukung. Tentu saja Mahathir, khususnya sebagai tokoh yang telah memulai menabuh benderang penyerangan sejak beberapa tahun belakangan ini, sangat bersemangat untuk menyudutkan, memperlemah, dan mendegradasi Najib.

Serangan telaknya adalah kasus megakorupsi dan ini berhasil mengatraksi masyarakat dan bahkan partai-partai oposisi untuk secara bersama-sama mengakhiri dominasi UMNO. Meski tidaklah terlalu mudah, antara lain karena keluarnya Parti Islam se-Malaysia (PAS) dari opososi dan kemudian berkoalisi dengan UMNO, namun tekanan terus menerus kelompok oposisi cukup membuat Najib dan UMNO kerepotan. Akhir akhir ini, Najib kembali diserang oleh Mahathir dan beberapa tokoh oposisi lainnya terkait dengan isu quinoa.

Isu Quinoa

Objek serangan Mahathir dan tokoh oposisi lainnya ialah statemen  Najib yang mengatakan bahwa Najib akan mengkonsumsi quinoa; tidak lagi mengkonsumsi beras. Beras merupakan konsumsi pokok harian, khususnya bagi masyarakat atau puak Melayu. Nasi lemak menjadi sangat spesial dan ciri khas kuliner tradisional atau lokal Malaysia/Melayu dan itu dari beras.

Secara kultural, beras, nasi lemak, dan makanan-makanan tradisional lainnya merupakan bagian penting dari Malay identity yang seharusnya–sebagaima berbagai elemen kultural tradisional lainnya–dijaga, dirawat dan dijamin keberlangsungannya secara maksimal. Ini penting, antara lain, untuk alasan nasionalisme atau melayuisme dan menjaga dari serangan transnasionalisme kultural yang semakin hari semakin memperoleh tempatnya yang ekstensif di Malaysia, bahkan juga di berbagai wilayah negara lainnya.

Fenomena fast food seperti McDonald yang nampak menjamur di mana-mana adalah salah satu contoh kongkret dari arus transnasionalisme kuliner yang sebetulnya mengancam eksistensi makanan-makanan tradisional.

Menjadi konsumen produk-produk lokal, termasuk beras dan kuliner tradisional lainnya, merupakan cara atau pilihan yang diyakini penting untuk dilakukan. Dalam perspektif inilah maka statemen Najib untuk beralih dari beras ke quinoa sebagai bahan pokok makanan menjadi kontroversial dan amunisi bagi kelompok oposisi untuk semakin mengefektifkan tekanan terhadap Najib dan pemerintah UMNO.

Terlepas pilihan personal Najib untuk mengkonsumsi quinoa untuk alasan kesehatan, statemennya dinilai tidak sensitif terhadap pentingnya menjaga muruah dan eksistensi tradisi Melayu. Padahal, UMNO didirikan adalah untuk membela kepentingan Melayu. Najib, di mata masyarakat, akan bisa dinilai merusak dan mengkhianati eksistensi tradisi Melayu apalagi kalau kemudian nanti menjadi kebijakan resmi pemerintah.

Quinoa adalah biji-bijian yang berasal dari tanaman chenopodium quinoa yang kemudian menjadi bahan pokok makanan. Menurut catatan, tanaman yang sudah ada sejak kurang lebih 5.000 tahun yang lalu ini adalah tanaman asli daerah Andean Peru, Ekuador, Bolivia, dan Kolombia. Saat ini negara penghasil utama quinoa di dunia adalah Peru, Bolivia, dan Amerika Serikat (Colorado dan Nevada).

Harga quinoa ini jauh lebih mahal daripada beras, 23 kali lipat. Dari sisi kesehatan, quinoa ini memang dinilai lebih bagus/menyehatkan daripada beras, antara lain karena kadar karbohidratnya jauh lebih rendah; proteinnya sangat tinggi.

Hal kedua, serangan Mahathir dan tokoh oposisi lain kepada Najib seperti Lim Kit Siang ialah pola hidup mewah sehari-hari Najib. Memilih quinoa adalah memilih kemewahan karena, sebagaimana yang disebutkan di atas, harga quinoa adalah 23 kali lipat harga beras.

Pola hidup mewah dan greedy ini sejalan dengan kecenderungan koruptif yang dilakukan oleh Najib. Dan inilah sumber masalah kepemimpinan Najib dan UMNO yang bagi oposisi harus dihentikan. Quinoa hanyalah satu di antara sekian banyak bukti kemewahan Najib.

Statemen Najib “I don’t eat rice. I eat Quinoa” dan tweet Mahathir “I only eat local rice” menggambarkan pertentangan politik dan unending political rivalry di antara keduanya. Semangat Mahathir dengan kekuatan oposisinya untuk meruntuhkan Najib dan UMNO terus menyala.

Agustus 2018 adalah bulan menentukan karena pemilu diselenggarakan. Lim, sebagaimana yang dikutip oleh Reuters, mengatakan dengan tegas sebagai berikut: “The 14th general election will be quinoa vs. rice; clean government vs. kleptocracy; and Najib vs. people of Malaysia.  Kita tunggu.

Kolom terkait:

Najib dan Modal Kemenangan UMNO

General Assembly UMNO

Manfaat Punya Rival Tetangga Macam Malaysia

NKRI Harga Mati, Malaysia Terima Kasih!

Sudarnoto Abdul Hakim
Sudarnoto Abdul Hakim
Penulis adalah Associate Professor FAH UIN Jakarta, pemerhati Malaysia, Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.