Jumat, Oktober 4, 2024

Ancaman Iran, Kematian Amerika?

Moddie Wicaksono
Moddie Wicaksono
Pegiat GASPOLIAN (Gerakan Sadar Politik Internasional) Yogyakarta.

Donald Trump, Hassan Rouhani [Foto: exxpress.co.uk]
Habis Korea Utara, terbitlah Iran. Belum genap seminggu sesudah pernyataan Korea Utara yang ingin menyerang Guam, kini Amerika Serikat dipusingkan pula dengan ulah Iran. Dua hari lalu (13/8), Parlemen Iran menyetujui penambahan anggaran kepada militer Iran sebesar US$520 juta atau setara dengan 7 triliun rupiah.

Alokasi dana tersebut dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama sebesar US$260 juta dialokasikan ke bagian peluncuran rudal, sedangkan sisanya diberikan ke Garda Revolusioner Iran, The Quds Force. Alokasi tersebut telah disetujui oleh 240 dari 244 anggota parlemen. Alasan utama penambahan alokasi dana tersebut karena pernyataan Donald Trump yang menciderai kesepakatan Paris pertengahan Juli.

Selain itu, penyerangan kapal militer AS kepada kapal militer Iran pada pertengahan Maret 2017, ditengarai sebagai justifikasi bahwa pengucuran dana tersebut harus segera diimplementasikan. Bahkan akhir Juli lalu, Iran telah meluncurkan rudal Simorgh dengan tujuan program pemantauan satelit dan perdamaian. Namun, AS menganggapnya lain. Percobaan rudal tersebut memicu pertikaian dunia seperti apa yang telah dilakukan Korea Utara awal tahun 2017.

Reaksi Donald Trump

Sejak Trump terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat, Iran adalah salah satu negara yang menjadi titik fokus karena Iran dianggap mengganggu perdamaian dunia. Pertama, Trump mengutuk langkah Obama yang justru melonggarkan sanksi kepada Iran dan lebih meningkatkan kerjasama ekonomi.

Kedua, Trump memberlakukan larangan kepada masyarakat dari 7 negara muslim untuk memasuki wilayah Amerika Serikat. Ketiga, akhir Juli 2017 Trump mengeluarkan sanksi ekonomi kepada Iran.

Sanksi tersebut serupa dengan apa yang dialami Korea Utara. Ekspor dibatasi dan investasi dipersempit. Presiden Iran Hassan Rouhani meradang. Rouhani menganggap AS melanggar JCPOA (The Joint Comprehensive Plan of Action) yang mengacu pada kesepakatan nuklir 2015 dengan kekuatan dunia. Trump menganggap bahwa jika Iran tetap melakukan kegiatan nuklir, maka akan menganggu stabilitas masyarakat Timur Tengah, utamanya Israel dan Arab Saudi

Jika Israel adalah “anak kandung” dari Amerika Serikat, maka Arab Saudi adalah “anak angkat”. Menjadi kewajiban bagi Amerika Serikat untuk melindungi kedua negara tersebut. Tak heran, lawatan luar negeri Trump yang pertama menuju Arab Saudi kemudian Israel. Gelontoran dana juga telah didonasikan. Bahkan Arab Saudi juga ditetapkan sebagai pusat antiradikalisme dunia. Sedangkan mengacu janji Trump, ibu kota Israel akan diupayakan pindah dari Tel Aviv ke Jerusalem.

Iran dianggap Trump sebagai penyebab terjadinya konflik di berbagai belahan Timur Tengah, terutama Suriah dan Irak. Pernyataan Trump tersebut justru dinilai menggelikan oleh Iran bahkan Irak. Kedua negara tersebut justru menandatangi perjanjian yang membahas logistik, pelatihan militer, dan keamanan perbatasan pada 24 Juli lalu.

Adanya perjanjian tersebut dinilai jawaban dari pernyataan buruk dari Trump. Iran malah menuduh ke AS bahwa makin banyak tentara AS yang datang ke Timur Tengah, maka makin sulit pula perdamaian di Timur Tengah tercipta.

Ancaman Iran

Melalui Hassan Rouhani, Iran mengeluarkan pernyataan yang sepertinya membuat Donald Trump semakin meradang. Pernyataan tersebut dikeluarkan selepas adanya sanksi dari AS.
“If the enemy steps over part of the agreement, we will do the same, and if they step over the entire deal, we will do the same too.”

Jika mengacu pernyataan tersebut, maka jelas bahwa Iran akan menunjukkan keseriusannya melawan Amerika Serikat. Keseriusan juga ditunjukkan oleh Parlemen Iran setelah alokasi dana berlimpah bagi militer Iran disahkan. Mereka memekikkan sebuah slogan menakjubkan, Death of America!! (Matilah Amerika!!).

Sebuah pernyataan yang akan membakar semangat masyarakat Iran untuk menentang segala bentuk imperialisme Amerika Serikat. Pernyataan tersebut seakan mengulang apa yang pernah diucapkan oleh Ahmadinejad yang ketika itu sangat antipati terhadap AS. Masyarakat dan Pemerintah Iran percaya bahwa AS adalah sumber segala konflik di Timur Tengah. AS adalah pengganggu stabilitas sekaligus pemicu konflik Timur Tengah.

Iran juga percaya bahwa pasang surut hubungan Saudi dan Iran hanyalah karena intervensi AS yang berlebihan. Bagi Iran, biarkan Timur Tengah menyelesaikan permasalahannya sendiri tanpa ada intervensi pihak asing, terutama Amerika Serikat.

AS memang sedang menebar ancaman ke lawan-lawannya. Sanksi-sanksi telah diterapkan secara tegas kepada negara-negara yang kebetulan adalah rival AS, yaitu Rusia, Korea Utara, dan Iran. Sepertinya Trump sedang menghabiskan energinya untuk berperang. Melihat secara kebijakan pula, Trump lebih menyukai peperangan daripada jalur dialog. Mungkin pula karena investasi terbesar AS saat ini adalah penjualan senjata, tak heran jika memungkinkan AS menunjukkan gelagat perang militer secara terbuka.

Apakah itu berarti perang dunia ketiga tinggal menunggu waktu? Jika memang akan terjadi perang, maka ada dua kubu. Yang pertama, kubu AS, Saudi Arabia, dan Israel. Sedangkan kubu kedua adalah Rusia, Korea Utara, dan Iran. Tiongkok akan berada di antara keduanya. Lebih menunggu reaksi dan dampak yang telah ditimbulkan antar kedua kubu tersebut.

Kedua kubu sejatinya sepakat bahwa permasalahan dunia harus diselesaikan sehingga perdamaian dunia tercipta. Permasalahannya adalah siapa yang mau dianggap sebagai sumber masalah/konflik.

Tak ada yang mau mengaku sebagai penyebab konflik karena masing-masing kubu memiliki kepentingan. Karena sesungguhnya di atas segala tujuan negara menyerang satu sama pihak hanyalah dua kepentingan. Jika bukan karena kepentingan politik, maka ada kepentingan ekonomi.

Baca juga:

Trump dan Politik Pompa Air di Timur Tengah

Janji Donald Trump (Ternyata) Bukan Omong Kosong

Mengecam Kebijakan Trump yang Islamofobik

Moddie Wicaksono
Moddie Wicaksono
Pegiat GASPOLIAN (Gerakan Sadar Politik Internasional) Yogyakarta.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.