Minggu, November 24, 2024

Hilman Latief Dirjen Haji, Komitmen Gus Yaqut Menata Kemenag Inklusif

Azaki Khoirudin
Azaki Khoirudin
Mahasiswa Doktor Kependidikan Islam UIN Sunan Kalijaga
- Advertisement -

Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas (Gus Yaqut) hari ini melantik Prof Hilman Latief, M.A., Ph.D menjadi Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama (Kemenag) RI. Prof Hilman lolos dalam Seleksi Jabatan Pimpinan Tinggi (JPT) Madya Kementerian Agama tahun 2021. Proses seleksi dilakukan sejak 27 April 2021, hingga 10 Agustus 2021 ada tiga nama calon yaitu Hilman Latief, Akhyak, dan Idrus Alhamid, yang kemudian ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo.

Hilman Latief adalah Ketua Lembaga Amil Zakat Infak dan Shadaqah Pimpinan Pusat Muhammadiyah (LazisMu). Karena itu, penetapan tokoh Muhammadiyah ini oleh Presiden  Jokowi merupakan sesuatu yang patut dihargai. Karena sebagai wujud pelibatan Muhammadiyah untuk mengelola negara.

Selain itu, pengangkatan aktivis Muhammadiyah dapat menjadi bukti komitmen Gus Yaqut untuk melakukan reformasi birokrasi Kementerian Agama (Kemenag) yang lebih inklusif dan profesional. Gus Menteri ini pernah berkata, “Saat saya ditunjuk sebagai Menteri Agama, menjadi pembantu Presiden Joko Widodo, beliau menitipkan beberapa mandatori, antara lain: pertama, moderasi beragama dan kedua, perbaikan tata kelola organisasi” (5/4/2021).

Tekait moderasi, sejak dilantik sebagai Menteri Agama, Gus Yaqut langsung tampil sebagai sosok menteri yang pluralis dan mengayomi semua agama dan keyakinan. Mengenai perbaikan tata kelola organisasi, Gus Yaqut ingin pelayanan publik di Kemenag dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman, termasuk perkembangan teknologi. Gus Menteri ini mengaku masih mendapat masukan dari masyarakat terkait layanan Kemenag yang panjang dan berbelit. Karena itu ia meminta jalur layanan itu bisa dipotong agar lebih ringkas dan cepat dengan “reformasi birokrasi” Kemenag.

Dengan pelantikan Hilman Latief sebagai tokoh muda Muhammadiyah yang energik dan berprestasi, maka inklusivitas dan profesionalitas penataan sumber daya manusia (SDM) Kemenag semakin terwujud. Jika selama ini Kemenag terkesan kebanyakan dikelola oleh kalangan Nahdlatul Ulama, kini Gus Yaqut sebagai menteri muda “generasi baru” NU merangkul tokoh muda Muhammadiyah yang masih energik. Jalan menjadikan Kemenag menjadi milik semua agama dan golongan.

Kapasitas Hilman Latief

Hilman Latief adalah pakar kajian filantropi antaragama dengan gelar Ph.D dari Utrecht University, Belanda. Hilman memahami kajian atas konsep filantropi tidak hanya dari sudut pandang Islam, tapi juga Kristen, Hindu, dan Buddha. Background kajian lintas budaya dan agama ini memiki kedekatan dengan visi Kemenag ingin yang menjadi payung semua agama.

Prof Hilman memiliki modal budaya sebagai seorang santri. Ia merupakan putera Prof. Dr. H. M. Abdurrahman (Ketua Umum Persatuan Islam), yang disumbangkan ke Muhammadiyah melalui lembaga pendidikan Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah, Garut, Jawa Barat. Dari pondok pesantren Muhammadiyah ini ia mengenal Ikatan Pelajar Muhammadiyah dan aktif hingga di Pimpinan Pusat sambil kuliah S1 di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Prof Hilman berhasil menempuh S2 dua kali: yakni di bidang Kajian Lintas Agama dan Budaya di Universitas Gadjah Mada dan di Western Michigan University, Amerika. Kepakarannya di bidang filantropi Islam semakin kokoh saat ia dikukuhkan sebagai profesor, Guru Besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Selain itu, ia juga memahami ekonomi Islam, ia adalah Chairman of ADESY (Asosiasi Dosen Ekonomi Syariah/Islamic Economic Lecture Association), dan menjadi Anggota DPP IAEI (Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia).

Secara praktis, Hilman Latief memiliki pengalaman manajerial dan kepemimpinan di LazisMu. Banyak prestasi dan progress besar yang dia lakukan saat memimpin LazisMu sebagai lembaga penghimpun zakat, infak, dan shadaqah yang transparan dan akuntabel. Tidak heran jika kemudian Lazismu yang ditanganinya dianugerahi Baznas Award pada 2018 dan 2020.

Pengalaman manajerial dalam mengelola lembaga filantropi Islam, dapat menjadi modal berharga untuk melakukan reformasi tata kelola penyelenggaraan Haji dan Umroh di Kemenag RI. Terutama pengelolahan dana haji dan umroh.

- Advertisement -

Terakhir, hal paling utama adalah selain kapasitas intelektual dan pengalaman praksis, yang terpenting lagi, usianya muda dan energik. Hal ini dapat menjadi modal penting. Era disrupsi, teknologi, dan pandemi Covid-19 ini diperlukan sosok muda yang mampu beradaptasi dengan perubahan cepat.

Azaki Khoirudin
Azaki Khoirudin
Mahasiswa Doktor Kependidikan Islam UIN Sunan Kalijaga
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.