Selasa, April 16, 2024

Gagasan Besar Buya Syafii

Moh. Shofan
Moh. Shofan
Direktur Riset MAARIF Institute, Aktivis Muhammadiyah yang sedang menempuh program Doktoral pada Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Hari kemarin, saya berziarah ke makam Buya Syafii, bersama seorang kawan dari MAARIF Institute, Mas Deni Murdiani. Sosok Buya, telah membakar hasrat kerinduan saya untuk segera berada di tempat, di mana Buya dikebumikan. Dan saya kira, kita semua tenggelam dalam hasrat kerinduan pada sosok Buya, yang melahirkan kucuran-kucuran hikmah berupa pikiran, ucapan maupun perbuatan bagi semua orang yang bersinggungan secara langsung maupun tak langsung dengannya.

Buya Syafii bagi saya adalah sarana pemulihan bagi jiwa yang tersesat. Buya hadir sebagai penawar kegalauan di tengah kecemasan. Buya adalah kurikulum terbaik dalam universitas kehidupan—yang tak dibatasi oleh sistem kredit semester (SKS) atau waktu—yang mampu melahirkan renungan-renungan mendalam dan menuntun manusia menapaki langkah demi langkah memasuki labirin terdalam dirinya, mengenali ajaran agama sebagai panggilan kemanusiaan.

Buya adalah Kitab Utama yang berisi keindahan dan kemanusiaan. Membaca perjalanan kehidupan Buya, kita diajak berselancar untuk menyelami dimensi kemanusiaan dan spiritualitas, melepaskan ikatan, melonggarkan ikatan dengan berbagai hal duniawi yang selama ini dianggap menjadi sumber kebahagiaan, sumber kesenangan.

Dalam perjalanan spiritualnya, Buya menemukan batin yang baru; menuju diri yang sejati. Buya adalah karya agung yang ingin mengabarkan sekaligus menebarkan mutiara-mutiara hidup yang kilaunya mengalahkan pesona dunia. Buya adalah sebuah lautan makna yang sarat dengan mutiara mutiara hikmah bagi yang rindu pencarian dan haus pemahaman. Buya tidak hanya sekadar simbol cinta universal. Tapi Buya adalah cinta itu sendiri. Jiwanya adalah cinta. Napasnya adalah cinta.

Buya tak pernah berhenti mengabarkan bahwa aspek terpenting dari ajaran agama adalah cinta, karena pada dasarnya setiap manusia, apapun agamanya, apapun negaranya, apapun etniknya, memiliki rasa sepi yang sama, rasa senang yang sama, dan ia bisa disentuh oleh siapapun yang membawa renungan humanisme universal. Itulah sebabnya, Buya ibarat taman-taman berbunga yang tidak saja indah dipandang, tapi juga mendamaikan hati siapa saja yang datang memetiknya.

Perjalanan hidup yang digubahnya, memiliki energi bagi kehidupan dan kemanusiaan, menjadikannya sebagai sosok yang jasa-jasanya melebihi segala pujian. Selama hidupnya Buya banyak belajar dari para guru dan pendahulunya. Sebut saja Fazlur Rahman, Mohammad Iqbal dan Mohammat Hatta.

Tak berlebihan jika dalam diri Buya ini mewakili tiga figur sekaligus. Ia membawa kedalaman renungan dari seorang Hatta, keluasan filosofis seperti gurunya Fazlur Rahman, yang ia tuangkan dalam bahasa yang tajam dan indah seperti Mohammad Iqbal. Buya adalah panggung dari aneka gagasan besar. Gagasan-gagasannya yang sangat progresif tumbuh karena adanya kekuatan kreatif, baik itu bersumber dari ajaran agama maupun ilmu pengetahuan.

Titik-titik kisar perjalanan hidup Buya, adalah perjalanan iman kemanusiaan, perjalanan spiritual, yang sangat rumit, Sebab bagaimana mungkin mencapai puncak dengan turun dari puncak? Sebagai seorang tokoh, Buya punya peluang dan kesempatan untuk hidup mewah bergelimang harta, tetapi Buya lebih memilih untuk menjalani kehidupan secara sederhana.

Buya juga dikenal sebagai sosok yang bijak dan arif, dermawan, dan memiliki pembelaan yang sangat kuat terhadap nasib wong cilik. Pergaulannya juga sangat luas dan melampaui sekat-sekat primordialisme. Kita sangat kehilangan sosok yang sangat mencintai Indonesia dan memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan. Kekaguman saya terhadap Buya, semakin mengeras, ketika saya mendengar secara langsung penggalan cerita dari episode kehidupan Buya Syafii, dari keluarganya: Istri (Bu Lip) dan anaknya (Hafidz).

Moh. Shofan
Moh. Shofan
Direktur Riset MAARIF Institute, Aktivis Muhammadiyah yang sedang menempuh program Doktoral pada Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.