Bagi para peminat sastra Inggris, apa yang terlintas dalam pikiran Anda tatkala membacaThe Pit and the Pendulum, The Raven, dan The Fall of the House of Usher? Jawabannya adalah suasana horor, mencekam dan ketakutan. Ini tak berlebihan mengingat karya-karya di atas adalah buah pena dari sang raja sastra Gothik Amerika, yakni Edgar Allan Poe. Ia ditinggalkan ayahnya ketika berusia 1 tahun dan ibunya wafat di saat ia berusia 3 tahun.
Sewaktu meninggal, ibunya berumur 24 tahun. Poe lalu diasuh oleh John and Nyonya Allan yang tak punya anak. Poe juga dikenal berperawakan atletis di waktu muda. Ia pernah berenang sejauh 60 mil di Sungai James di Richmond. Nyonya Allan meninggal ketika Poe berusia 15 tahun karena TBC. Ia menangis di pusara ibu angkatnya. Apalagi ketika ia mengingat bahwa John Allan, bapak angkatnya, terkenal keras, kikir, dan suka berselingkuh.
Poe kuliah di University of West Virginia pada 1826: sebuah kampus penuh skandal tapi reputatif karena didirikan Thomas Jefferson. Ia kerap membacakan cerpen-cerpennya di hadapan temannya, mencoret-coret dinding kos dengan lukisan. Kesulitan keuangan karena kebakhilan John Allan mengantarkannya berjudi dan punya utang $2000. Ia memutuskan drop out dari kampus dan dikejar-kejar penagih utang dan mendaftar di West Point pada 1829—Akademi Angkatan Darat—namun segera terdepak karena sering meninggalkan kelas dan tak punya duit.
Karya pertama Poe adalah Tamerlane and Other Poems, sebuah kumpulan puisi yang dipublikasikan pada 1827. Ia memilih anonim untuk menghindari kejaran John Allan. Poe juga bekerja sebagai redaktur banyak majalah sastra; Southern Literary Messenger, Burton’s Gentleman’s Magazine, Graham’s Magazine, Broadway Journal.
Sebagai satrawan dan redaktur sastra, Poe dikenal memiliki kepribadian yang sombong, suka bertarung, keras kepala, dan acapkali berselisih dengan bosnya. Kritikan sastranya dikenal tajam, brutal, dan kejam. Kolom resensi bukunya kerap mengundang resistensi pembaca. Sifat kerasnya menjadi salah satu strategi kunci baginya untuk memasuki arus utama sastrawan Amerika. Poe pernah menuduh Henry Wadsworth Longfellow sebagai plagiator. Henry tidak menyahut. Watak ‘combative’ yang dimilikinya diduga terkait dengan relasi antagonis dan dendamnya kepada John Allan.
Poe menikah dengan sepupunya, Virginia Clemm, yang berusia 13 tahun pada 1835. Poe berusia 26 tahun. Poe seorang romantis; semuanya dilakukan bersama (jalan ke taman, memungut bunga, main piano, makan malam, dsb). Sastrawan awal yang sepenuhnya hidup dari menulis di US. Ia tidak mendapatkan perlindungan hak cipta dan tunduk kepada tekanan penerbit. Ini terjadi, misalnya, pada cerpennya, The Tell Tale Heart.
The Raven (1845) merupakan salah ‘master piece’ yang dihasilkan Poe. The Ravendianggap kutukan karena dua tahun kemudian istrinya wafat. Poe meninggal dua tahun setelah kematian istrinya dengan alasan yang tak diketahui. The Raven mengisahkan apa yang dialami Poe. Sang narator menangisi orang yang dicintainya. Ironi dan tragis bahwa puisi ini memprediksi kematian istrinya.
Ketika The Raven terbit pertama kali di New York Evening Mirror pada 1845, Poe menjadi pusat perhatian. Semua penduduk kota membicarakannya. Anak-anak kerap mengitarinya ketika keluar rumah. Tiba-tiba ‘Raven’ menjadi nickname-nya. Banyak yang bermimpi buruk bersua dengan gagak yang memasuki rumah lewat rumah jendela rumah mereka. Sayang ia cuma mendapat bayaran $9.
The Masque of the Red Death (1842) adalah sebuah kisah seram di biara Pangeran Prospero. Prospero dan seribu bangsawan lainnya telah melarikan diri ke sebuah biara yang berdinding untuk menghindari Red Death; sebuah wabah mengerikan yang dimulai di negeri itu. Gejala-gejala dari Red Death sangat mengerikan; korban memiliki kejang dan berkeringat darah. Wabah ini akan membunuh siapa pun dalam waktu setengah jam. Prospero dan pengadilan menunjukkan ketidakpedulian mereka terhadap penderitaan penduduk dan berniat untuk menunggu akhir dari wabah dalam kemewahan dan keamanan di balik dinding biara mereka.
Cerpen The Masque of the Red Death ini terbuhul erat dengan kenestapaan Poe. TBC telah merenggut nyawa orang yang dicintainya; ibu kandungnya, ibu angkatnya, dan saudaranya Henry. TBC yang identik dengan muntahan darah terekam kuat dalam pikiran Poe sejak kecil. Baginya, TBC adalah “red death”. Kisah ini begitu dekat dengan jiwa Poe. Cerpen ini ditulis ketika ia telah kehilangan 3 orang di atas yang dicintainya, hingga ia bermimpi buruk kemana penyakit besar ini selanjutnya akan berlabuh. TBC, akhirnya, ikut merenggut nyawa kekasihnya, Virginia Clemm.
Narator dalam cerpen-cerpen Poe banyak dimotivasi oleh perasaan bersalah untuk mengakui kejahatan yang telah diperbuat. Dalam hal ini Poe terbilang modern dalam melakukan introspkesi psikologis; pendekatan ketika narator mengeksplorasi kejahatan yang dilakukan mendekatkan karya Poe dengan psikonalisisis.
Dalam The Tell-Tale Heart, narator mengakui kegilaannya dan pembunuhan yang dilakukannya. Ia menjelaskan bagaimana ia telah menyudahi nyawa seorang bapak tua. Poe juga memandang pentingnya logika. Logika tetap berhadapan dengan paradoks; rasionalitas vs irasionalitas, keteraturan vs chaos. Poe menulis cerita detektif agar tidak menjadi gila. The Murders in the Rue Morgue (1841) adalah cerita detektif pertama yang pernah ditulis.
Selama dua tahun terakhir hidupnya, Poe menderita sakit parah—diduga kena lesi otak dan kebiasaannya mengonsumsi alkohol. Pada hari pemilu, 3 Oktober 1849, ia ditemukan pingsan di dekat tempat pemungutan suara. Ada dugaan ia korban penculikan politik. Ia lalu dibawa ke rumah sakit dan meninggal pada 7 Oktober 1849 karena macet otak. Teori terkini menyebut ia meninggal karena rabies. Poe telah menulis 1 novel, 50 puisi dan 70 cerpen sepanjang hidupnya.