Mereka yang tewas dan terluka serta kelanjutan perang di Gaza memaksa Tentara Pertahanan Israel (IDF) mengubah rencananya.
Para pejabat militer bermaksud mengatasi kekurangan prajurit tempur dengan memajukan tanggal perekrutan untuk 1400 pria, sekitar 90 persen di antaranya berada dalam program persiapan pra-militer dan sukarelawan yang melakukan tugas nasional. Namun nyaris tidak ada tuntutan yang diajukan kepada kelompok Yeshiva Hesder (yang menggabungkan wajib militer dan studi agama) atau yeshiva agama lainnya. Para siswa kelompok ini tetap akan sibuk melakukan studi agama.
Ternyata, tuntutan untuk mengemban tugas ini tidak egaliter. Pertimbangan politik sangat memengaruhi perencanaan personel, menciptakan distorsi dalam beban pelayanan. Memajukan perekrutan sangat merugikan masyarakat umum yang tidak mendapatkan manfaat dari dukungan langsung pemerintah.
Dalam pertemuan pekan lalu dengan sejumlah kepala program persiapan pra-militer dan organisasi yang menjalankan berbagai program tugas nasional, perwakilan dari divisi manajemen personel IDF mengatakan bahwa tentara berusaha untuk meningkatkan jumlah perekrutan bulan Maret sebanyak 1400 prajurit tempur—835 orang dari sekitar 60 program untuk siswa di program persiapan sebelum militer, sebagian besar dalam tahun pertama mereka; 415 sukarelawan yang melakukan satu tahun tugas nasional dari berbagai organisasi; dan 150 di yeshiva hesder. Dalam dua kelompok pertama, yang mewakili sekitar 90 persen dari perekrutan yang direncanakan, sekitar 10 persen akan diambil dari sekitar 100 yeshiva hesder dan yeshivot gevohot, seperti Mercaz Harav dan Har Hamor.
Dalam rencana ini, sebagaimana dijelaskan oleh pejabat militer senior, untuk setiap 10 pria yang berada dalam tahun pertama di kursus persiapan sebelum militer, tidak akan ada rekrutmen sama sekali pada tahap yang sama, dari kalangan yeshiva hesder dan yeshivot gevohot. Itu berarti institusi dari sayap Zionis Ultra-Ortodoks, di mana perwakilan senior mereka adalah Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, yang juga menteri di Kementerian Pertahanan, sama sekali terbebas dari kewajiban itu
Menurut kepala program persiapan rohani Ruach Hasadeh, Rabbi Ilay Ofran, keputusan untuk tidak melibatkan yeshiva hesder dan yeshivot gevohot telah menciptakan diskriminasi dan ketidakadilan. Siswa yeshiva bisa duduk tenang di beit midrash [lembaga studi agama] setidaknya satu setengah tahun sebelum diambil alih, sementara siswa dari program persiapan tidak akan mendapatkan satu tahun penuh.
Dalam proses ini, kelompok keagamaan memiliki kemungkinan untuk terus belajar, tetapi jalur yang terbuka untuk masyarakat umum, sebagian besar dari mereka liberal, akan menyusut secara substansial. Menurut kepala program persiapan militer Be’eri, Yoav Znati-Lavi, sebelum merekrut siswa tahun pertama, bahwa potensi merekrut siswa tahun kedua ke atas dari yeshiva hesder dan yeshiva tinggi harus bakal sirna.
Dalam pertemuan dengan para kepala program persiapan sebelum militer, perwakilan dari tentara dan Kementerian Pertahanan mengatakan bahwa kritik terhadap rencana tersebut dipertimbangkan dengan ceremat, tetapi mereka juga meminta agar persiapan dilakukan untuk perekrutan awal siswa. Itu tidak boleh disetujui: kedua entitas tersebut perlu mengembangkan rencana yang baru dan adil. Tentara dan Kementerian Pertahanan perlu menghapus diskriminasi yang begitu mencolok.