Hari-hari ini kita kembali diributkan oleh pemberitaan tentang simbol palu arit. Mulai dari polisi dan tentara yang menyita kaos bergambar lambang palu arit, buku-buku berorama Partai Komunis Indonesia (PKI) yang ditemukan ataupun dijual di toko-toko di banyak tempat hingga kasus warga asing asal Rusia di Bali yang diamankan karena mengibarkan bendera palu arit.
Entah bagaimana tiba-tiba orang-orang yang menggunakan lambang palu arit dicurigai dan ditangkap aparat karena dianggap menggunakan atribut PKI, partai yang sudah lama bubar dan “haram” di Indonesia. Ada banyak pro dan kontra, terutama terkait tindakan aparat tersebut.
Mereka yang kontra menganggap tindakan aparat berlebihan, apalagi sampai menyita buku-buku yang dianggap berbau PKI. Tindakan aparat dikritik sebagai akibat dipengaruhi oleh kuatnya doktrin masa lalu rezim Orde Baru.
Lambang palu arit muncul dalam Revolusi Rusia pada 1917 yang melambangkan kaum pekerja dan petani. Lambang ini terus digunakan sebagai lambang komunisme di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Kaos bergambar palu arit yang disita di pasar di Jakarta, misalnya, ternyata tidak terkait dengan PKI. Gambar kaos tersebut diambil dari sampul kaset band Kreator, grup musik beraliran metal tahun 90-an. Sementara WNA Rusia yang diamankan aparat di Bali ternyata mengibarkan bendera Uni Soviet yang memang ada lambang palu aritnya. Dan dia tidak tahu jika simbol palu arit merupakan “barang haram” di Republik ini.
Pro dan kontra menyikapi lambang palu arit adalah lambang bendera PKI mengingatkan saya dengan bendera hitamnya Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang beberapa waktu lalu juga memicu pro dan kontra di masyarakat. Ketika itu masyarakat didukung aparat sempat gencar menghapus simbol-simbol yang identik dengan bendera ISIS. Di Solo, polisi juga menurunkan bendera ISIS yang dikibarkan orang tidak dikenal. Banyak kasus aparat menyita bendera ISIS dan menangkap dan memeriksa pemiliknya.
Meski tindakan aparat yang menyita bendera ISIS dan menghapus simbol-simbl ISIS itu didukung masyarakat, ada juga pihak-pihak yang menentangnya dengan alasan itu bukan simbol ISIS. Sesuai dengan kalimat dan simbol dalam bendera warna hitam tersebut, bahwa itu simbol/bendera Islam. Benarkah?
Dalam bendera warna hitam yang dipakai ISIS itu, ada dua hal yang mencolok. Pertama, tulisan Arab berwarna putih di bagian atas bendera, itu adalah kalimat syahadat, Laa ilaha illallah (Tiada Tuhan Selain Allah).
Sedangkan di bagian tengah bendera itu tiga kata dalam warna hitam yang diurut dari atas ke bawah: Allah, Rasul, Muhammad. Jika di baca dari bawah adalah Muhammad Rasulullah yang artinya “Muhammad Utusan Allah”, sebagai tiga kata dalam syahadat. Simbol ini dikenal sebagai segel atau stempel Nabi.
Konon, Nabi Muhammad menggunakan segel itu pada surat-surat beberapa abad lalu saat mengajak raja-raja Persia, Romawi Timur, dan Mesir untuk memeluk Islam. Salinan surat Nabi Muhammad SAW dari stempel tersebut disimpan di Istana Topkapi, Turki.
Kalimat syahadat digunakan juga pada bendera nasional Kerajaan Arab Saudi. Hanya saja kalimat itu tidak pernah ditulis dengan latar belakang hitam, melainkan dalam kaligrafi Arab. Berbeda dengan tulisan syahadat dalam bendera ISIS yang dibuat seolah alami tulisan tangan untuk mengesankan tulisan itu tua dan mistis.
Jadi, dalam bendera hitam ISIS tersebut termuat syahadatain (dua syahadat): Tiada Tuhan Selain Allah, Muhammad Utusan (Rasul) Allah. Asiem El-Difraoui pengarang buku The Jihad of Images menegaskan, “ISIS berhasil membajak simbol agung umat Islam.”
Jika kita pernah menonton video klip lagu berjudul Muhammad (PBUH) yang dinyanyikan oleh artis pop asal Swedia berdarah Libanon, Maher Zain, kita akan menemukan simbol stempel Nabi Muhammad (yang kini dipakai ISIS dalam benderanya). Di video klip tersebut Maher Zain memperlihatkan cincin replika Nabi yang ia kenakan. Bahkan di bagian akhir video klip ditutup dengan gambar simbol cincin Nabi dengan layar hitam. Lagu tersebut diluncurkan pada 2011 dalam album Maher Zain bertajuk Forgive Me.
Saya menyukai video klip dan hafal lagu itu. Saya bahkan membeli cincin seperti yang dikenakan Maher Zain saat lagu itu masih nge-hits. Saya dapatkan cincin itu di Mekkah, Arab Saudi. Di Arab Saudi, khususnya di tanah suci, ketika itu memang banyak toko-toko perhiasan menjual cincin replika Nabi. Tapi kini cincin ala segel Nabi itu menghilang di toko-toko di tanah suci, seiring simbol tersebut diselewengkan ISIS jadi benderanya. Cincin itu kini saya simpan.
ISIS bukan satu-satunya militan yang menggunakan bendera hitam itu. Selain ISIS, ada militan radikal lain yang juga menggunakan bendera persis seperti bendera ISIS. Misalnya kelompok Al-Shabab di Somalia dan Al-Qaidah Jazirah Arab (Yaman). Tapi kedua militan ini bermusuhan dengan ISIS.
Meskipun menggunakan kalimat syahadat ditambah simbol segel Nabi dalam benderanya, tak otomatis itu menjadi bendera Islam. Menurut saya, mengada-ada jika ada pihak-pihak yang mendengungkan itu bendera Islam atau tauhid. Itu bendera ISIS karena ISIS sendiri yang mendesainnya. Sama seperti bendera Arab Saudi yang juga menggunakan kalimat syahadat, bukan berarti itu bendera Islam. Tetap saja itu bendera nasional Arab Saudi.