Rabu, Oktober 9, 2024

Beda Anies dan Ganjar Menghadapi Gejolak Upah Buruh

Ade Armando
Ade Armando
Ketua Pergerakan Indonesia Untuk Semua, Pendiri Civil Society Watch (CSW), Pegiat Media Sosial, Politisi dari Partai Solidaritas Indonesia. Ia pernah mengajar sebagai dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia

Manakah calon pemimpin yang lebih berkualitas? Anies Baswedan atau Ganjar Pranowo? Salah satu cara untuk menilainya adalah dengan membandingkan kualitas kepemimpinan mereka saat menghadapi krisis. Dan saat ini agaknya adalah waktu yang tepat untuk melakukan itu.

Awal Desember ini mungkin akan terjadi demo besar-besaran. Para buruh se Indonesia akan memprotes kenaikan upah yang ditetapkan pemerintah. Sudah diumumkan pemerintah, kenaikan Upah Minimum Provinsi atau UMP adalah hanya minimal 0,79%. Ini tidak merata di seluruh Indonesia.

Ada 4 provinsi yang sama sekali tidak mengalami kenaikan UMP (0 %), yakni Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara dan Sulawesi barat. Sementara yang di atas 3% adalah Yogyakarta, Sulawesi Tengah dan Maluku Utara.

Upah minimum seharusnya menjadi jaring pengaman agar buruh tidak digaji semena-mena. Tapi kedatangan Covid 19 memporakporandakan pola yang ada. Dari 2017 sampai 2020 angka kenaikan UMP rata-rata mencapai di atas 8%. Namun pada tahun ini langsung drop sampai 0%. Dan tahun depan akan naik 1,09%.

Bagi buruh, tingkat kenaikan itu dianggap terlalu rendah. Karena itu mereka menyatakan akan menolak keputusan Menaker itu. Diperkirakan sekitar 4 sampai 6 Desember nanti akan ada lebih dari satu juta pekerja turun dalam aksi mogok dan unjuk rasa besar-besaran di seluruh Indonesia.

Soal upah ini memang bukan perkara mudah. Di satu sisi, kondisi ekonomi menyebabkan banyak perusahan kolaps atau mengalami kerugian besar. Di sisi lain, buruh menganggap kondisi ekonomi semakin sulit dan mereka perlu mengeluarkan biaya hidup lebih besar. Karena itulah diperlukan pemimpin yang bijaksana menghadapi gejolak yang tak terhindarkan ini. Karena itu, marilah kita membandingkan Anies dan Ganjar.

Anies menjalankan begitu saja ketetapan tersebut. UMP DKI naik sekitar Rp 38 ribu rupiah. Tapi yang menarik, ketika Anies menemui buruh yang mendatangi Balai Kota DKI , Anies berjanji akan memberikan bantuan subsidi bagi pekerja.

Kata Anies, dia tidak bisa mengubah ketentuan yang sudah ditetapkan pemerintah pusat. Namun dia bisa menjadikan hidup buruh menjadi lebih layak dengan beragam subsidi program hidup murah. Dia kemudian memberikan tiga program utama: memberikan bantuan layanan transportasi, penyediaan pangan dengan harga murah, dan biaya personal pendidikan.

Terus terang saya tidak terlalu yakin apakah program-program ini akan bisa dijalankan. Atau bahkan yang lebih mendasar: apakah Anies sudah punya rencana program?

Misalnya penyediaan pangan murah itu? Apakah nantinya Pemprov akan membeli pangan untuk kemudian dijual kembali dengan harga murah kepada buruh? Atau pangan murah itu memang hanya akan dijual kepada para pekerja? Bagaimana dengan kelompok masyarakat rentan yang lain? Atau juga layanan transportasi? Apakah pemerintah nantinya akan mengistimewakan buruh dan keluarganya kalau naik transportasi umum? Kalau begitu, bagaimana dengan keluarga sektor informal? Tapi barangkali sih, pertanyaan semacam seperti ini mengada-ada. Saya duga Anies ini memang sekadar mencari-cari. Dia mencari jawaban agar bisa lepas dari kepungan buruh.

Dia berkata begitu, karena mungkin sebelum bertemu buruh, dia bikin dulu coret-coretan cepat yang berisi program-program yang terlintas di kepalanya. Karena itu jangan tanya spesifikasi program. Dia cuma asal bicara kok. Pokoknya terdengar keren. Dan bahkan itupun, penjelasan Anies disambut gembira oleh sebagian buruh yang datang. Ada saja buruh yang berteriak: “Anies For President!”

Gaya Anies ini berbeda dengan Ganjar

Sang Gubernur Jawa Tengah sadar bahwa kenaikan UMP yang di bawah 1 persen itu adalah keputusan Pemerintah Pusat. Karena itu tidak mudah untuk mengubahnya sesuai dengan kebutuhan daerah. Namun kepedulian Ganjar kemudian diwujudkan dengan cara yang lebih masuk akal.

Angka kenaikan UMP itu kan adalah batas minimal. Jadi kalau mau dinaikkan oleh pengusaha sendiri tidak jadi soal. Dan kondisi masing-masing perusahaan kan berbeda-beda. Ada perusahaan yang sehat atau stabil. Tapi ada juga perusahaan yang terkena dampak pandemik secara serius.

Karena itulah, Ganjar mengontak para pengusaha besar yang dianggap berdiri kokoh dan sehat. Kepada mereka, Ganjar mengimbau agar bagi mereka yang mampu, sebaiknya terapkan kenaikan UMP yang lebih tinggi. Dan ternyata langkah Ganjar disambut baik.

Menurut informasi yang saya peroleh, dari 18 pengusaha yang diundang, 15 di antaranya berjanji akan menaikkan upah sekitar 5-10%. Mereka tidak akan hanya menaikkan upah 1 % tapi bisa 5 sampai 8 kali lipat dari itu. Jadi, ketetapan UMP dari Pemerintah Pusat jalan, tapi kesejahteraan buruh juga akan terlindungi.

Apa yang dilakukan Ganjar jelas menunjukkan kualitas kepemimpinannya. Dia tidak begitu saja mengada-ada, menawarkan mimpi-mimpi yang tak mungkin diwujudkan. Saya rasa Ganjar memang sangat paham kondisi pengusaha.

Ganjar paham bahwa angka kenaikan UMP yang rendah itu terpaksa ditetapkan karena kondisi ekonomi kita. Bila pemerintah menetapkan angka di atas 5% secara nasional yang harus dipatuhi semua pengusaha, akan banyak pihak yang tak akan mungkin memenuhui kewajiban itu.

Bagi perusahaan-perusahaan yang sekarang sedang sesak napas, tambahan kewajiban UMP yang tinggi akan menghancurkan mereka. Tapi di sisi lain, banyak juga pengusaha yang sebenarnya sangat mampu untuk menaikkan UMP, bahkan sampai 8-10%, seperti masa sebelum pandemi.

Dan bagi dunia usaha, kenaikan UMP akan menaikkan daya beli masyarakat yang pada gilirannya akan menghidupkan roda ekonomi. Jadi kenaikan UMP ini pada dasarnya bukanlah beban bagi pengusaha yang dalam kondisi stabil, melainkan investasi yang harus dikeluarkan untuk menumbuhkan permintaan dan konsumsi barang.

Karena itulah ketika Ganjar mengontak para pengusaha besar ini, mereka dengan senang hati berjanji akan memenuhi permintaan Ganjar. Itulah yang saya sebut sebagai pemimpin berkualitas. Jadi kalau ditanya, mana yang lebih berkualitas: Ganjar atau Anies?

Saya rasa sudah jelas jawabannya, terutama kalau kita menggunakan akal sehat. Karena itu, terus gunakan akal sehat. Karena hanya dengan akal sehat, ekonomi kita akan selamat.

Ade Armando
Ade Armando
Ketua Pergerakan Indonesia Untuk Semua, Pendiri Civil Society Watch (CSW), Pegiat Media Sosial, Politisi dari Partai Solidaritas Indonesia. Ia pernah mengajar sebagai dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.