Sabtu, Januari 25, 2025

Arktik Mencair: Bencana Global di Ujung Utara Bumi

Donny Syofyan
Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
- Advertisement -

Mari kita arahkan pandangan kita ke ujung utara Bumi, ke wilayah Arktik yang memukau.  Di sana, di tengah bentangan es dan salju abadi, hidup berbagai makhluk ikonik seperti  beruang kutub, anjing laut, dan walrus. Arktik, dengan luas mencapai 16 juta kilometer  persegi, merupakan sebuah habitat yang unik dan sangat penting bagi keseimbangan  ekosistem planet kita.

Seperti layaknya wilayah lain di Bumi, Arktik juga mengalami pergantian musim. Ketika  musim dingin tiba,  air  laut  membeku  dan  membentuk  lapisan  es  yang  tebal,  menciptakan  pemandangan  yang  begitu  indah  dan  menakjubkan.  Lapisan  es  ini  mencapai puncaknya  pada  bulan  Maret,  sebelum  akhirnya  mulai  mencair  saat  musim panas  datang.  Pada  bulan  September,  sebagian  besar  es  tersebut  akan  menghilang,  menyisakan  lautan  yang  terbuka.  Siklus  alami  ini  telah  berlangsung  selama  ribuan  tahun,  namun  sayangnya,  perubahan  iklim  telah  mengganggu  keseimbangan  yang  rapuh  ini.

Pemanasan  global  yang  kian  memprihatinkan  telah  menyebabkan  penurunan  es  laut  Arktik secara  signifikan.  Setiap  dekade,  Arktik  kehilangan  lebih  dari  12%  es  lautnya, setara dengan  sekitar  80.000  kilometer  persegi—hampir  seluas  negara  Austria!  “Negeri  ajaib  putih”  yang  selama  ini  kita  kenal  kini  berubah  dengan  cepat  menjadi  lautan  biru  yang  luas.

Yang lebih  mengkhawatirkan  lagi,  laju  pencairan  es  ini  terjadi  jauh  lebih  cepat  daripada  yang  diperkirakan  sebelumnya.  Sebuah  studi  baru-baru  ini  bahkan  memprediksi  bahwa  Arktik  akan  mengalami  hari  pertama  tanpa  es  pada  tahun  2027.  Ini  adalah  sebuah  peristiwa  yang  belum  pernah  terjadi  sebelumnya  dan  menandai  titik  balik  yang  mengerikan  bagi  masa  depan  Arktik.  Meskipun  es  akan  kembali  terbentuk  saat  musim  dingin,  namun  pola  ini  diperkirakan  tidak  akan  bertahan  lama.  Para  ilmuwan  memprediksi  bahwa  dalam  dua  dekade  mendatang,  Arktik  akan  benar-benar  bebas  es,  menandai  akhir  dari  kutub  dingin  yang  ikonik  ini.

Pertanyaannya kini,  apa  arti  dari  semua  ini  bagi  kita?  Apa  dampak  dari  sebuah  Arktik  yang  bebas  es  bagi  kehidupan  di  Bumi?  Mari  kita  telaah  lebih  lanjut  mengenai  konsekuensi  dari  perubahan  dramatis  ini.

Untuk memahami dampak dari mencairnya es di Arktik, kita perlu melihat lebih dekat bagaimana proses ini memengaruhi sistem iklim global.  Arktik memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan suhu Bumi. Selama musim panas, matahari bersinar tanpa henti di Arktik, namun lapisan es yang luas berfungsi sebagai “cermin raksasa” yang memantulkan sebagian besar sinar matahari kembali ke luar angkasa. Es ini bertindak sebagai perisai pelindung yang mencegah Bumi menyerap terlalu banyak panas.

Sayangnya, perubahan iklim telah menyebabkan lapisan es pelindung ini menipis secara drastis.  Lebih dari 90% es tua di Arktik, yang berusia lebih dari lima tahun, telah lenyap.  Es baru yang terbentuk setiap tahun pun semakin sedikit.  Akibatnya, lautan di Arktik semakin luas.  Berbeda dengan es yang memantulkan sinar matahari, lautan justru menyerap panas.  Hal ini menciptakan siklus pemanasan yang berbahaya: semakin sedikit es, semakin banyak panas yang diserap lautan, dan semakin cepat es mencair.  Proses ini mempercepat pemanasan global secara keseluruhan, dan Arktik sendiri memanas empat kali lebih cepat dibandingkan wilayah lain di Bumi.

Dampak dari pemanasan Arktik ini sangatlah luas dan mengkhawatirkan.  Bencana  iklim,  seperti  badai  dan  banjir,  akan  semakin  sering  terjadi.  Ekosistem  Arktik  yang  rapuh  akan  terganggu,  menyebabkan  kehilangan  habitat  bagi  berbagai  spesies  yang  bergantung  padanya.

Lebih dari itu,  mencairnya  es  di  Arktik  juga  memicu  ketegangan  geopolitik  yang  berpotensi  menimbulkan  konflik.  Arktik  adalah  rumah  bagi  delapan  negara  yang  tergabung  dalam  Dewan  Arktik.  Negara-negara  ini  telah  lama  bekerja  sama  dalam  penelitian  ilmiah  dan  pengelolaan  sumber  daya  di  Arktik.  Namun,  invasi  Rusia  ke  Ukraina  telah  merusak  kerja  sama  ini  dan  meningkatkan  ketegangan  di  antara  negara-negara  Arktik.

Rusia, yang  memiliki  53%  garis  pantai  Arktik,  kini  berhadapan  dengan  negara-negara NATO  yang  juga  memiliki  kepentingan  di  wilayah  tersebut.  Seiring  dengan  mencairnya es,  akses  ke  sumber  daya  alam  di  Arktik  semakin  terbuka,  dan  persaingan untuk  memperebutkan  sumber  daya  dan  pengaruh  politik  di  kawasan  ini  semakin meningkat.  Hal  ini  menimbulkan  kekhawatiran  akan  terjadinya  konflik  dan  eskalasi militer  di  masa  depan.

- Advertisement -

Mencairnya es di Arktik bukan hanya tentang berkurangnya lapisan es dan naiknya permukaan laut.  Ada implikasi yang jauh lebih luas,  termasuk perebutan kekuasaan dan sumber daya di panggung geopolitik global.  Arktik, yang selama ini tertutup es,  kini  kian  terbuka  dan  mengungkapkan  potensi  ekonomi  yang  menggiurkan.  Perairan  internasional  di  sekitar  Arktik,  yang  sebelumnya  tak  terjangkau,  kini  menjadi  ladang  baru  bagi  berbagai  negara  untuk  memperebutkan  pengaruh  dan  kekayaan.

Seperti kata  pepatah,  “Siapa  cepat  dia  dapat”.  Negara-negara  di  seluruh  dunia,  baik  yang  berbatasan  langsung  dengan  Arktik  maupun  yang  berada  jauh  darinya,  kini  berlomba-lomba  untuk  menancapkan  kukunya  di  wilayah  ini.  Bukan  hanya  negara-negara  Arktik  seperti  Rusia,  Kanada,  dan  Amerika  Serikat,  tetapi  juga  negara-negara  non-Arktik  seperti  India  dan  China  menunjukkan  minatnya  yang  besar  terhadap  Arktik.

Alasannya  jelas. Mencairnya  es  telah  membuka  rute  pelayaran  baru  yang  menghubungkan  Asia  Timur  dengan  Eropa  dan  Amerika  Utara.  Rute-rute  ini  jauh  lebih  singkat  dibandingkan  rute  tradisional  melalui  Terusan  Suez  atau  Tanjung  Harapan,  sehingga  dapat  menghemat  waktu  dan  biaya  pengiriman  secara  signifikan.

Selain  itu,  Arktik  juga  menyimpan  kekayaan  alam  yang  melimpah,  termasuk  cadangan  minyak,  gas,  dan  mineral  yang  besar.  Aksesibilitas  yang  semakin  mudah  ke  Arktik  akan  meningkatkan  eksploitasi  sumber  daya  alam  ini,  yang  tentu  saja  menguntungkan  bagi  negara-negara  yang  memiliki  akses  dan  teknologi  untuk  mengeksploitasinya.

Singkatnya,  mencairnya  es  di  Arktik  bukanlah  sebuah  peristiwa  terisolasi  yang  hanya  berdampak  pada  lingkungan  fisik.  Ini  adalah  sebuah  fenomena  global  dengan  implikasi  yang  luas  bagi  politik,  ekonomi,  dan  masa  depan  planet  kita.

Para  ilmuwan  telah  memperingatkan  bahwa  kita  masih  memiliki  kesempatan  untuk  memperlambat  laju  pencairan  es  di  Arktik  dengan  cara  mengurangi  emisi  karbon  secara  drastis. Namun,  kesempatan  ini  semakin  menyempit  seiring  dengan  kurangnya  kemauan  politik  dari  para  pemimpin  dunia.  Mereka  terlalu  sibuk  memperebutkan  “harta  karun”  Arktik  dan  mengabaikan  peringatan  tentang  krisis  iklim yang kian nyata.

Donny Syofyan
Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.