Jumat, April 19, 2024

Rumi yang Mana?

Bernando J. Sujibto
Bernando J. Sujibto
Meraih Pascasarjana Sosiologi di Universitas Selcuk, Turki. Meneliti peacebuilding, kekerasan, sastra dan kebudayaan Turki.

Setiap tanggal 17 Desember, beberapa tempat di Turki biasanya berkemas melakukan acara khusus untuk merayakan hari Sheb-i Arus alias Malam Pengantin, yaitu malam meninggalnya Sang Master dan tokoh sufi besar Jalaluddin Rumi (30 September 1207-17 Desember 1273). Perayaan berskala internasional biasanya akan berpusat di kota Konya, bekas ibu kota Dinasti Seljuk Rum, yang menjadi tempat pelabuhan terakhir keluarga Rumi setelah melakukan hijrah dari Balkh, kota kelahirannya di Afghanistan hari ini.

Di antara kota yang hendak merayakan Sheb-i Arus tapi kemudian dihantam kontroversi hebat di Turki adalah pemerintah kota Besiktas, Istanbul. Pemerintah kota yang dipimpin oleh partai oposisi warisan Mustafa Kemal CHP (Partai Rakyat Republikan) itu berencana melakukan perayaan Sheb-i Arus sekaligus natalan. Poster yang berisi undangan kepada semua kalangan agar ikut hadir dan berpartisipasi dalam acara yang rencananya akan dihelat malam hari tanggal 13 Desember itu pun disebar dengan desain gambar tari darwis (tari sema) dengan pohon natal.

Kritikan keras pun muncul dari banyak kalangan masyarakat Turki. Mereka beranggapan bahwa perayaan Sheb-i Arus yang dikemas bersama acara natal dianggap sebagai rezalet (tindakan memalukan). Akhirnya satu hari sebelum acara tiba, pemerintah kota Besiktas mencabut dan menggagalkan acara tersebut dengan memberikan pernyataan secara resmi.

Dalam salah satu pernyataannya, pemerintah kota Besiktas sudah melakukan acara yang sama sejak tahun 2014 dan baru tahun 2017 mereka mendapatkan kritikan keras seperti itu. “Sebagai jantung kebebasan di Turki, Besiktas telah mempertemukan dua budaya yang berbeda dalam satu acara dengan damai,” tulis Hurriyet (12/12) menyuplik keterangan resmi.

Hangi Mevelana?

Hangi Mevlana (Rumi yang mana)? adalah judul liputan khusus majalah Nehayet yang berbasis di Istanbul. Majalah bulanan itu sudah terbit sebelum kontroversi di Besiktas menyeruak dan di dalamnya menyajikan konten-konten kritis hal-ihwal Rumi di era milenial. Nehayet dengan tegas menulis bahwa hari ini Rumi sudah dimanipulasi baik di Timur maupun di Barat yang pada esensinya mereka tidak mengerti Rumi atau mengambil sebagian dari Rumi—bukan Rumi yang utuh.

Figurasi Rumi dipakai sesuai dengan selera kelompok masing-masing: Rumi-nya non-Muslim, Rumi-nya Syiah dan Rumi-nya Fetullah Gulen yang banyak menyebar di Amerika dan negara-negara Eropa lainnya.

Kesadaran orang Turki untuk menanyakan hangi Mevlana atas perkembangan gerakan sufisme di luar tradisi yang mereka percaya, yaitu tradisi islamiyet (keislaman), perlu diapresiasi untuk menempatkan Rumi kembali kepada koridor gelenek alias tradisi. Rumi harus dilihat secara komprehensif dengan berpijak kepada sejarah Islam, lanskap kebudayaan dan tradisi yang melingkupinya. Tanpa perangkat dan kesadaran paradigmatik seperti itu, Rumi akan dicabik-dicabik dan ditelanjangi sesuai dengan jalan pikiran dan bahkan kepentingan masing-masing kelompok.

Aspek-aspek tradisi tersebut di satu sisi sangat penting dipegang demi menangkap spirit komprehensif yang ditiupkan Rumi untuk alam semesta, meski Rumi sendiri menghindari cara-cara sempit seperti itu. Karena spirit dan ajaran cinta Rumi sendiri tidak membatasi makhluk untuk bergabung berzikir; karena Rumi telah menjadi esensi yang melepas baju-baju duniawi yang dilumuri oleh segala macam identitas.

Spirit universalisme tersebut secara tersurat dapat dipelajari Tujuh Nasihat Rumi yang sangat terkenal berikut: (1). Dalam kedermawanan dan membantu jadilah seperti sungai; (2). Dalam kebaikan dan ketulusan jadilah seperti matahari; (3). Dalam memaafkan kesalahan orang lain jadilah seperti malam; (4). Dalam kemarahan dan tempramen jadilah seperti mayat; (5). Dalam kesederhanaan dan kerendahan hati jadilah seperti bumi; (6). Dalam toleransi jadilah seperti laut; dan (7). Lihatlah jadilah kamu seperti apa adanya.

Tujuh nasihat di atas adalah ajaran universal yang memungkinkan semua manusia di muka bumi dengan beragam latar belakang bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan di muka bumi. Sentuhan-sentuhan spiritual yang jernih bak mata air tersebut telah menerabas zaman yang hingga karya-karya Rumi tetap dibaca dan bahkan banyak yang mengaku sebagai pengikutnya. Pengikut-pengikut tersebut datang tidak melulu dari kelompok Islam, banyak di antara mereka adalah kelompok sufi yang datang dari tradisi di luar Islam.

Hingga hari ini sudah banyak kelompok sufi yang berkembang di luar komunitas umat Islam di mana mereka mengaku terinspirasi oleh nilai-nilai spiritualitas yang diamalkan dan diajarkan langsung oleh Rumi. Gerakan mereka ditopang oleh kegiatan-kegiatan sakral dan mistik yang mereka namai sacred activism, dengan akar gerakan esoteris (seperti Western esotericism) yang sudah kuat sejak Yunani kuno.

Dalam perkembangannya, istilah Western mysticism pun pelan-pelan semakin masif dan ditandai dengan berdirinya kelompok-kelompok sufi di Amerika ataupun di Eropa. Tahun 2002, seperti dilaporkan majalah TIMES, terjemahan atas karya-karya Rumi menjadi bestseller sepanjang masa di Amerika untuk kategori karya puisi. Fakta tersebut mempekuat bahwa Rumi semakin mendapatkan tempat di hati orang-orang Amerika. Artis seperti Madonna pun ikut menyanyikan lirik-lirik puisi Sang Master dan tokoh Andrew Harvey dan Charles Upton telah ikut membantu menyiarkan karya dan kajian tentang Rumi di Amerika dan Eropa.

Perkembangan sufi di Barat cenderung mengambil nilai-nilai spiritual dengan menghilangkan aspek ajaran Islam dan menanggalkan sejarah bahwa sufi berkembang sejak masa Rasulullah. Sehingga dalam praktiknya, Nabi Muhammad dan kitab al-Qur’an tidak masuk dalam radar dan pendidikan mereka. Ruang lingkup bacaan kelompok sufi tersebut hanya berhenti kepada guru dan ajaran-ajarannya, termasuk salah satunya bertemu dengan ajaran dan karya-karya  Rumi.

Dalam praktiknya, mereka mempercayai satu Tuhan untuk semua agama yang mengedepankan pentingnya keseimbangan hidup dengan praktik berdoa (ibadah), meditasi dan pelayanan. Fondasi ajarannya adalah cinta, harmoni dan keindahan, tema yang memang menjadi dambaan manusia modern yang mengalami kekeringan spiritualitas..

Kelompok sufi di Barat secara umum merujuk kepada tanah suci mereka, yaitu India karena yang menjadi praktik ibadahnya adalah yoga dan meditasi. Sementara dalam catatan sejarah ajaran sufi pertama kali dibawa ke Inggris oleh Inayat Khan pada 1914. Sosok Inayat Khan dianggap sebagai guru sufi yang telah memperkenalkan nilai-nilai cinta dan harnomi melalui sufi. Sosok yang berasal dari akar tradisi Islam tersebut kemudian mencari jalan lain, yaitu memadukan nilai-nilai agama dengan satu Tuhan.

Sejak tahun 60-an kelompok-kelompok sufi yang berafilisasi langsung dengan Inayat Khan  atau dari jalan yang berbeda kemudian berkembang di negara-negara seperti Belanda, Prancis, Amerika, Kanada, Russia, dan Australia.

Sementara gerakan Gulen, seperti disebutkan di atas, juga membawa nama Rumi untuk mempopulerkan proyek internasionalnya yang dikenal dengan interfaith dialogue. Lembaga-lembaga bentukan jaringan Gulen yang fokus mengembangkan kajian Rumi salah satunya adalah Rumi Forum yang hari ini dinilai oleh orang Turki sebagai strategi Gulen untuk memperluas jaringannya di kancah ineternasional. Sementara nama Jalaluddin Rumi sebagai ulama, tokoh sufi, dan penyair yang karya-karyanya dibaca oleh publik internsional dengan sangat mudah akan diterima.

Akhirnya, harus diakui bahwa Rumi adalah milik alam semesta dan semua orang berhak mengikutinya dengan caranya masing-masing. Namun, sebagai umat Muslim yang mempelajari sejarah dan kebudayaan Islam, kita harus menempatkan dan merujuk Rumi dalam lingkup perspektif sejarah dan tradisi Islam yang menjadi fondasi di balik munculnya istilah sufi itu sendiri.

Kita hanya berharap kepada umat Islam sendiri agar bisa mengimbangi dan memberikan penegasan atau counter terhadap berbagai kelompok sufi yang berada di luar sana. Hanya dengan cara begitu, yaitu bersikap arif mendalami khazanah keislaman kita yang luas, tradisi sufi dan tasawuf akan tetap menjadi bagian dari sejarah panjang peradaban Islam.

Mevlana huuuuu…..

Baca juga:

Mengenang Huston Smith

Menuju Jalan Lurus dengan Menyadari Siklus

Islam Gembira

Banyak Jalan Kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah

Mengapa Kita Saling Membenci?

Bernando J. Sujibto
Bernando J. Sujibto
Meraih Pascasarjana Sosiologi di Universitas Selcuk, Turki. Meneliti peacebuilding, kekerasan, sastra dan kebudayaan Turki.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.