Kamis, Maret 28, 2024

Jangan Terus Memojokkan Minoritas yang Memang Sudah Terpojok

Syafiq Hasyim
Syafiq Hasyim
Pengajar pada FISIP UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta dan Visiting Fellow pada Indonesia Programs ISEAS Singapore. Tulisan ini merupakan pandangan pribadi.

Gubernur Sumatera Barat meminta aplikasi terjemahan Injil dalam bahasa Minang dicabut dengan alasan-alasan yang dikemukakannya. Sebagai kitab suci kaum minoritas Kristen, terjemahan Injil di dalam bahasa Minang ini mungkin dianggap berbahaya karena bisa mempengaruhi orang-orang Minang untuk masuk Kristen.

Permintaan Gubernur Sumatera Barat di atas merupakan cerminan bagaimana pihak minoritas akan selalu menjadi sasaran tembak kelompok mayoritas dan menggunakan agama akan menjadi hal yang paling ampuh untuk menembak mereka.

Kenapa terjemahan Injil ditakuti, bukankah Injil juga kitab suci agama yang oleh Konstitusi dijamin keberadaannya? Bahkan tidak hanya di Konstitusi kita, namun di dalam ajaran Islam, sebagai agama mayoritas umat Islam, bahkan keberadaan Injil juga merupakan bagian yang harus diimani oleh seorang Muslim. Seorang Muslim, salah satu iman mereka adalah keharusan percaya pada kitab-kitab suci yang diturunkan sebelum al-Qur’an.

Sebagian wacana publik menyatakan jika yang menjadi sasaran utama di balik terjemahan Injil dalam bahasa Minang adalah menghalau proses Kristenisasi. Jika Minang yang diklaim sebagai wilayah yang paling Islami sudah tertembus, maka daerah-daerah yang lain akan mudah ditaklukkan. Tapi, hal ini menunjukkan bahwa sebagai mayoritas, mereka nampaknya tidak percaya akan kemampuan terjemahan al-Qur’an dalam menjaga mereka untuk tidak terkena sasaran terjemahan Injil di atas.

Sebagian kalangan menganggap bahwa terjemahan Injil ke dalam bahasa-bahasa lokal adalah bagian dari cara penyebaran Kristen. Argumen ini masuk akal, namun, hal ini juga terjadi pada proyek terjemahan kitab-kitab suci agama yang lain juga. Terjemahan al-Qur’an untuk bahasa-bahasa lokal di Afrika dan negara-negara Amerika Latin sebagai misal juga tidak terlepas dari upaya untuk memperkenalkan Islam kepada kalangan non-Muslim. Dengan membaca terjemahan al-Qur’an, mereka diharapkan mengenal dan akhirnya masuk ke dalam Islam.

Terjemahan al-Qur’an dan maupun terjemahan kitab suci lain dianggap sebagai jalan dakwah, menarik orang luar ke dalam agama-agama kita. Karenanya, saya melihat bahwa persoalan terjemahan Injil ke dalam bahasa Minang ini lebih mencerminkan ketidaksiapan mayoritas Muslim menanggung dampak terjemahan dalam kehidupan sosial, sebagaimana juga ketidaksiapan banyak kalangan di dunia akan terjemahan al-Qur’an ke dalam bahasa mereka.

Secara teologis, sebagai mayoritas, umat Islam di Indonesia sebenarnya tidak usah mempersoalkan terjemahan Injil ke dalam bahasa apapun yang dipakai di negeri ini. Secara teologis, toh, Islam tidak melarang penterjemahan kitab suci ke dalam bahasa apa saja, termasuk ke dalam bahasa Arab. Injil orang-orang Kristen Koptik di Mesir memakai bahasa Injil berbahasa Arab dan tidak ada perintah dari otoritas Islam di Mesir untuk mencabut terjemahan Injil tersebut.

Hal yang menarik lagi dalam catatan sejarah bahwa Bible sudah berbahasa Arab semenjak Islam belum diturunkan. Di negara-negara Arab pra-Islam, kaum Nasrani Arab melafalkan Injil dalam bahasa Arab di dalam liturgi mereka.

Pada masa ini belum ada terjemahan namun Injil dilafalkan secara oral dalam bahasa Arab. Hal ini juga menjadi dimengerti jika polemik dengan kaum Yahudi dan Nasrani dilakukan karena Nabi Muhammad hanya bisa berbahasa Arab. Jadi, hampir dipastikan jika pengetahuan Nabi Muhammad tentang kitab suci agama lain itu, selain bersumber dari wahyu, juga dari penuturan kitab-kitab suci tersebut yang sudah diturutkan dalam bahasa Arab.

Sayang sekali diskursus seperti ini tidak banyak terdengar di ruang publik. Informasi ruang publik kita tentang agama-agama atau kitab suci mereka dipenuhi oleh rasa saling kecurigaan. Jika situasinya seperti ini, maka hampir dipastikan kaum minoritas yang menjadi sasaran korbannhya.

Berpijak dari peristiwa permintaan Gubernur Sumatera Barat untuk mencabut aplikasi Injil dalam bahasa Minang, maka mulai sekarang kita semua sangat penting sekali untuk menyebarkan informasi keagamaan yang adil dan terbuka serta mencari sisi positif dari semua pihak. Misalnya, dalam konteks masalah kita, terjemahan Injil dan juga kitab-kitab suci dalam bahasa apa saja selain itu memang mengandung unsur dakwah, namun terjemahan Injil itu juga untuk melayani umat mereka untuk beribadah.

Sebagai umat Islam, mungkin kita bisa bias karena mengapa ibadah harus memakai bahasa yang bukan asli dari bahasa kitab suci sebagaimana umat Islam harus menggunakan bahasa asli Qur’an. Kaum Kristiani memang dibolehkan memakai bahasa terjemahan injil untuk kebutuhan liturgi. Mengapa harus dalam bahasa suku tertentu yang mana suku tersebut tidak banyak yang beragama Kristen?

Sekali logika kita harus diputar. Berapa pun jumlah kaum Kristen dari suku Minang atau suku yang lainnya, selama mereka Kristen, maka mereka berhak mendapatkan buku terjemahan kitab suci mereka terutama untuk keperluan liturgi atau keperluan pengetahuan yang lain.

Persoalan terjemahan Injil dalam bahasa Minang ini harus kita tanggapi bersama dan kita cari jalan keluarnya bersama agar hal ini tidak merembet ke mana-mana. Sebagai bangsa yang besar dan terhormat, saya kira kita harus mengakhiri sikap dan tindakan untuk terus memojokkan kaum minoritas. Mereka juga warga negara dan memiliki hak yang setara dengan warga negara yang lainnya.

Sebagai catatan, masalah terjemahan Injil ke dalam bahasa Minang itu lebih menunjukkan inferiority complex, kelompok mayoritas yang terus merasa terancam dengan kelompok minoritas. Marilah sebagai kelompok mayoritas kita menebarkan sikap dan tindakan yang melindungi kelompok minoritas.

Syafiq Hasyim
Syafiq Hasyim
Pengajar pada FISIP UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta dan Visiting Fellow pada Indonesia Programs ISEAS Singapore. Tulisan ini merupakan pandangan pribadi.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.