Jumat, April 19, 2024

Ikhtiar Jokowi Memajukan Dunia Islam

Syafiq Hasyim
Syafiq Hasyim
Pengajar pada FISIP UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta dan Visiting Fellow pada Indonesia Programs ISEAS Singapore. Tulisan ini merupakan pandangan pribadi.

Indonesia adalah negeri dengan penduduk Muslim terbesar di dunia. Bersama Turki, Indonesia juga dianggap sebagai negeri Muslim pelaksana demokrasi terbesar. Bahkan, Indonesia dianggap sebagai negeri demokrasi terbesar ketiga dalam hal pemilu. Karena itu, kiprah Indonesia memang diharapkan oleh dunia terutama di dunia Muslim. Apa yang terjadi di Indonesia sedikit banyak akan berpengaruh pada belahan dunia lain. Namun, sebagai negeri Muslim terbesar banyak kalangan yang menganggap jika kontribusi Indonesia masih belum maksimal. Suara Indonesia belum banyak menentukan seluk beluk dunia Muslim, misalnya dalam memajukan peradaban global Islam.

Pemerintahan Jokowi nampaknya ingin meningkatkan peran dan pengaruh Indonesia di kalangan negeri-negeri Muslim. Salah satu yang dilakukan adalah dengan mendirikan Universitas Islam Internasional Indonesia. Universitas ini mulai dibangun sejak 2018 dan berlokasi di Depok. Terus terang, inisiatif seperti pendirian UIII ini betul-betul bisa dikatakan sebagai terobosan besar. Mengingat Jokowi, terutama dalam periode pertama pemerintahannya, dicitrakan sebagai pemimpin yang memusuhi Islam. Sudah terkenal saat itu jika Jokowi dituduh menkriminalisasi ulama-ulama. Jokowi dianggap menggunakan kekuasaannya untuk memarginalisasikan kepentingan Islam, dan masih banyak lagi. Intinya, Jokowi itu anti Islam. Karenanya, pendirian UIII bisa dikatakan sebagai salah satu ikhtiar terbaik pemerintahan Jokowi untuk membuktikan komitmennya atas dunia Islam.

Jokowi dan Jusuf Kalla pada saat mengambil inisiatif ini, karena kita, di Indonesia, ingin menjadi salah satu pusat di mana paling tidak negara-negara Islam mengirim pelajar mereka untuk studi di Indonesia. Bagi negeri-negeri Muslim, mereka bisa belajar Islam ke Indonesia. Tidak hanya belajar tentang pemikiran para sarjana dan ulama Islam di Indonesia yang mayoritas moderat, namun mereka juga bisa belajar Islam secara nyata dari pelaksanaan Islam di Indonesia. Yakni, Islam yang bersinergi dengan lokalitas, demokrasi dan juga relatif damai dan toleran.

Secara logika memang pantas jika kita klaim seperti itu karena terus terang kondisi sosial politik Indonesia memang lebih baik dari negara-negara Muslim lain yang selama ini menjadi pusat belajar masyarakat Islam Indonesia. Katakanlah Yaman, yang setiap tahun ribuan pelajar kita belajar Islam ke Yaman, sementara keadaan negeri ini penuh dengan konflik dan perang saudara. Tidak hanya Yaman, namun juga negeri-negeri lainnya seperti Mesir, Libia, Syiria dlsb.

Dengan pendirian UIII ini, Indonesia ingin menjadi negara yang tidak hanya destinasi belajar bagi pelajar negeri-negeri Muslim, namun juga menyediakan fasilitas dan pembiayaan bagi mereka. Dalam bentuk apa? Mereka, yang lolos seleksi, mendapatkan living cost (biaya hidup) dan serta tempat tinggal di Indonesia selama belajar di universitas ini.

Untuk apa memberikan biasiswa orang luar untuk belajar di sini? Meskipun terbilang sedikit terlambat, namun mari kita belajar mengenai hal ini pada pengalaman Malaysia, Saudi Arabia dan Mesir dlsb. Malaysia membangun sebuah universitas Islam internasional Malaysia (International Islamic University Malaysia) pada tahun 1983. IIUM ini merekrut mahasiswa terutama S2 dan S3 dari seluruh penjuru dunia Muslim. Mereka diundang dan dibiayai untuk belajar di IIUM. Bagi yang berpikir pendek, untuk apa negeri Malaysia mengeluarkan uang untuk membiayai mahasiswa asing di negeri ini?

Namun setelah mereka meluluskan mahasiswa mereka dan alumni mereka kembali ke negeri mereka masing-masing, manfaatnya terlihat bagi Malaysia. Ternyata, kebanyakan alumni mereka menjadi orang terpandang dan menduduki jabatan penting di negeri mereka masing-masing. Mereka menjadi akuntan, pejabat publik, profesional, pengusaha, bahkan menteri serta pemimpin negeri. Ketika itu terjadi, maka pengaruh Malaysia di negeri-negeri ini jelas ada karena pasti mereka semua akan mengingat dari mana mereka mendapat gelar. Saudi dan Mesir juga mendapatkan pengaruh besar atas dunia Muslim penyediaan fasilitas dan biasiswa untuk mahasiswa asing yang sudah sejak puluhan tahun lalu mereka lakukan.

Karenanya, keputusan untuk ikut berpartisipasi dalam memajukan dunia, keputusan untuk mendirikan dan mendukung operasi UIII adalah hal yang tepat. Masyarakat Indonesia secara keseluruhan perlu tahu jika pemerintahan mereka sudah mengambil inisiatif menjadi salah satu tempat tujuan pelajar internasional untuk belajar. Hal ini penting agar kita tahu bahwa negeri ini tidak hanya mampu bertindak sebagai negeri yang meminta, namun juga memberi kepada pihak lain.

Kita tahu bahwa selama ini banyak dari mahasiswa kita yang mendapatkan beasiswa untuk belajar di negeri-negeri yang bahkan secara status ekonominya jauh di bawah Indonesia, seperti Yaman, Sudan, Mesir, Maroko dan masih banyak lagi. Jika kita ingin berperan pada tingkat global, maka memberi beasiswa pada penduduk global untuk belajar di Indonesia adalah hal menentukan.

Tanda-tanda bahwa peran Indonesia untuk memberi sudah terlihat. Ketika UIII mengumumkan beasiswa secara terbuka, maka jumlah yang mendaftar cukup besar. Dari 100 beasiswa S2 yang disediakan, ada sekitar 1009 pelamar dari 59 negara. Dari 1009 pelamar ini, komposisi pelamar mahasiswa internasionalnya cukup besar hampir mendekati separuh. Melihat ini, meskipun baru pada tahap permulaan, kitab oleh merasa optimis. Artinya, kehadiran Indonesia untuk memajukan dunia global Islam memang dinantikan.

Akhir September 2021, proses belajar S2 di UIII sudah mulai berjalan, masih memakai sistem daring karena Covid-19. Kita berharap proses belajar ini akan berjalan lancar sesuai yang dicitakan dalam visi dan misi Indonesia secara umum dan UIII secara khusus. Pemerintahan Jokowi dan serta Kementerian Agama sendiri memang tidak akan bisa merasakan manfaat besar secara langsung pada saat ini, namun mereka telah menanam. Mereka telah menanam pohon pengetahuan berupa UIII.

Semua pihak akan mencatat jika pemerintahan Jokowi adalah pemerintahan yang memulai Indonesia untuk hadir dalam kancah peradaban global melalui dunia ilmu. Siapa pun yang memiliki konsen pada dunia keilmuan untuk memajukan peradaban Islam global di Indonesia, maka peran pemerintahan ini tidak bisa dilupakan.

Sebagai catatan, sumbangan pemerintahan Jokowi untuk memajukan peradaban global dunia Islam melalui pendirian UIII adalah tindakan yang tepat. Menanamkan pengaruh melalui ilmu pengetahuan dan dunia pendidikan akan jauh lebih mendalam karena ilmu pengetahuan dan pendidikan akan tertanam di hati dan otak kita semua. Kita berharap langkah ini akan terus maju di masa-masa yang akan datang.

Syafiq Hasyim
Syafiq Hasyim
Pengajar pada FISIP UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta dan Visiting Fellow pada Indonesia Programs ISEAS Singapore. Tulisan ini merupakan pandangan pribadi.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.