Novel Three Days of Happiness (三日かの幸福) merupakan novel karya Miaki Sugaru yang diterbitkan pertama kali di Jepang pada tahun 2013 oleh Kadokawa Corporation. Novel ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia pada tahun 2019 dan diterbitkan oleh PT Gramedia.
Novel Three Days of Happiness bercerita tentang kehidupan seorang pria bernama Kusunoki yang menjual sisa hidupnya demi mendapatkan uang. Ia tanpa ragu memutuskan untuk menjual hampir seluruh sisa hidupnya karena merasa tak ada hal baik dan menyenangkan yang terjadi dalam hidupnya. Ia berusaha untuk menemukan kebahagiaan.
Tetapi, semua berakhir pada kekecewaan yang pahit. Tanpa ia sadari, orang terdekatlah yang selama ini membuatnya bahagia, Miyagi. Ia adalah pengawas yang ditugaskan untuk selalu mengawasi dan menemaninya dalam sisa waktu hidupnya. Nyatanya, ada banyak hal menyenangkan dalam hidup jika kita dapat menikmati apa adanya. Hidup tidak selalu tentang masa sulit, hidup juga tentang kebahagiaan.
Novel Three Days of Happiness mengandung hal-hal yang berkaitan dengan aspek psikologis yang tergambar dalam cerita. Melalui pendekatan teori psikologi sastra, kita dapat menjelajahi aspek-aspek psikologis yang terkandung di dalam novel tersebut.
Psikologi sastra merupakan kajian sastra yang memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan. Pengarang akan menggunakan cipta, rasa, dalam berkarya. Karya sastra yang dipandang sebagai fenomena psikologis, akan menampilkan aspek-aspek kejiwaan melalui tokoh-tokoh (Endaswara, 2011).
Teori psikologi sastra yang akan penulis gunakan adalah teori hierarki kebutuhan oleh Abraham Maslow. Menurut Abraham Maslow, hierarki kebutuhan terdiri dari kebutuhan fisiologi, kebutuhan rasa aman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, serta kebutuhan aktualisasi diri. Esai ini akan membahas aspek psikologis dalam novel Three Days of Happiness menggunakan teori tersebut, berfokus pada kondisi psikologis karakter utama, Kusunoki.
Kebutuhan Fisiologi
Kebutuhan fisiologi merupakan kebutuhan dasar manusia. Seperti air, udara, makanan, pakaian dan tempat tinggal. Dalam novel diceritakan bahwa Kusunoki hidup dalam kemiskinan dan kesulitan dalam bidang ekonomi. Ia bekerja paruh waktu untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, hingga pada akhirnya ia kelelahan dan jatuh sakit. Sisa uang yang tidak seberapa, terpotong banyak untuk biaya pengobatan di rumah sakit. Akhirnya, Kusunoki memutuskan untuk menjual sisa hidupnya demi mendapatkan uang dalam upaya memenuhi kebutuhan fisiologinya.
Kebutuhan Rasa Aman
Kebutuhan yang berhubungan dengan jaminan perlindungan dan keamanan dari kriminalitas, tidak dihantui oleh rasa takut dan cemas, stabilitas finansial, rasa aman dari penyakit dan bencana alam, serta rasa aman yang mencakup aspek psikologis dan emosional.
Dalam novel diceritakan bahwa setelah mendapatkan uang dari hasil menjual hidupnya, masalah stabilitas dalam finansial Kusunoki teratasi. Namun, meskipun uang tersebut memberikan rasa aman dalam hal finansial, Kusunoki tetap tidak mendapatkan rasa aman dalam hal emosional dan psikologis. Hal itu sangat menggangu hidupnya, ia merasa tak bahagia dan kehilangan arah dalam hidup. Kusunoki merasa hampa dan menghambur-hambur uangnya begitu saja. Ia membagikan uangnya kepada orang-orang asing di jalan. Hal ini menunjukkan bahwa manusia membutuhkan semua rasa keamanan dari berbagai aspek, baik secara fisik maupun secara emosional.
Kebutuhan Dicintai dan Disayangi
Adanya kebutuhan untuk menjalin hubungan yang hangat dan akrab, merasa dicintai dan mencintai, bersosialisasi dan beradaptasi, serta kesetiakawanan dalam pertemanan untuk meningkatkan rasa kepercayaan diri seseorang. Pemenuhan dalam kebutuhan ini melibatkan hubungan interpersonal, penerimaan, dan kasih sayang yang didapat dari orang lain.
Dalam perjalanan hidup Kusunoki, terlihat adanya kekosongan dalam hubungan sosial dan cinta. Himeno, gadis yang ia sukai sejak kecil kini membencinya, teman sebangku di perkuliahan yang selama ini Kusunoki anggap sebagai teman, ternyata juga membencinya. Ada juga seorang gadis yang dulu menunjukkan ketertarikan pada Kusunoki, kini gadis itu sudah melupakan Kusunoki begitu saja. Tak ada orang yang benar-benar menyayangi dan menganggap keberadaannya. Kebutuhan ini tak terpenuhi sehingga memberikan tekanan bagi Kusunoki karena merasa tidak menemukan kebahagiaan dalam hidupnya. Hal ini menunjukkan pentingnya memiliki hubungan yang dapat memberikan cinta dan kasih sayang.
Kebutuhan Harga Diri
Kebutuhan dalam kehidupan bermasyarakat akan harga diri yang berkaitan dengan jabatan, kedudukan, kekuasaan, kekayaan, dan prestasi yang menjadi kunci dalam pengembangan individu dan adanya pengakuan terhadap diri sendiri.
Ketika kebutuhan tingkat sebelumnya telah terpenuhi, muncul kebutuhan untuk merasakan penghormatan dan dihargai oleh orang lain. Kebutuhan ini berpengaruh terhadap tingkat kepercayaan diri dan peran sosial individu dalam masyarakat. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, akan memberikan dampak negatif seperti rasa minder, kecemasan, stress, depresi, dan lain sebagainya.
Meskipun Kusunoki telah memperoleh uang untuk mencukupi kebutuhan finansialnya, ia masih terjebak dalam kekosongan psikologis. Ia merasa rendah diri dan tidak berharga. Saat Kusunoki memutuskan untuk menjual sisa hidupnya, proses analisis data terkait hidupnya dilakukan. Data ini nantinya yang akan menentukan sisa hidup dan nominal yang tepat untuk membeli sisa hidup seseorang. Nominal harga ditentukan dari seberapa bahagia seseorang menjalani kehidupan, bagaimana ia membuat orang di sekitarnya merasa bahagia, seberapa besar mimpi yang diraih, dan seberapa besar kontribusi yang dilakukan pada masyarakat.
Hasil analisis menyatakan bahwa sisa hidup Kusunoki adalah 30 tahun 3 bulan. Dengan pertimbangan yang tidak memerlukan waktu lama, Kusunoki dengan yakin akan menjual 30 tahun sisa hidupnya. Dalam bayangan Kusunoki, paling tidak hidupnya akan bernilai sekitar 300.000 yen pertahun. Tetapi pada faktanya, hidupnya hanya dihargai 10.000 yen pertahun.
Kebutuhan Aktualisasi Diri
Kebutuhan ini merupakan tahap puncak dalam tingkatan hierarki kebutuhan individu. Kebutuhan ini muncul setelah kebutuhan lain terpenuhi yang menandakan bahwa seorang individu telah berhasil memenuhi kebutuhan tingkatan sebelumnya dengan baik. Abraham Maslow beranggapan bahwa kebutuhan ini merupakan dorongan bagi manusia untuk mencapai potensi tertinggi dan tujuan-tujuan hidup yang lebih tinggi. Kebutuhan ini dapat diartikan sebagai wujud yang mencerminkan harapan serta keinginan individu terhadap dirinya sendiri.
Dalam novel diceritakan bagaimana perjalanan Kusunoki untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang arti kebahagiaan dan makna hidupnya. Dalam menjalani sisa hidupnya yang hampa, ia mulai menemukan secercah kebahagiaan dari Miyaki, pengawas yang ditugaskan untuk mengawasinya selama sisa hidupnya. Diam-diam selama ini Kusunoki dan Miyagi sama-sama menyimpan rasa suka.
Kusunoki akhirnya terbuka soal perasaannya, begitupun Miyagi. Mereka banyak menghabiskan waktu bersama, inilah kebahagiaan yang selama ini didambakan oleh Kusunoki. Pertanyaan yang selalu mengganggunya terkait makna sejati dari kebahagiaan perlahan mulai menemukan jawaban. Ia mulai menerima dirinya sendiri dan merasa bahagia serta bersyukur atas hidupnya.
Kusunoki juga banyak membuat orang tertawa dan bahagia, memberikan energi positif pada lingkungan sekitarnya. Tarif hidupnya kini sudah dihargai jauh lebih tinggi dari sebelumnya. Hidupnya kini telah berubah. Ia bahagia, membuat orang bahagia, dan begitu banyak hal menyenangkan dalam hidup yang terus ia rasakan. Novel ini memberikan gambaran tentang upaya Kusunoki untuk mencapai tingkat tertinggi yaitu aktualisasi diri dengan perjalanan panjang dan proses penerimaan diri.
Melalui analisis berdasarkan teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow, terlihat bagaimana novel Three Days of Happiness tidak hanya sekedar sebuah cerita, tetapi juga perjalanan individu dalam upaya memenuhi kebutuhan psikologis manusia.
Kusunoki sebagai karakter mencerminkan kompleksitas dan dinamika dalam memenuhi hierarki kebutuhan, menyinggung aspek-aspek seperti kebutuhan fisiologis, rasa aman, dicintai dan mencintai, harga diri, dan aktualisasi diri. Karakter Kusunoki mengajarkan bahwa kebahagiaan datang dari hal-hal sederhana. Hiduplah dengan bahagia untuk diri sendiri dan untuk orang di sekitar kita.