Singapura, 15/8 – Penyidik senior KPK Novel Baswedan mengaku belum ada kemajuan dalam pengusutan pelaku penyiraman air keras terhadap dirinya.
“Perkembangan penyidikan tidak disampaikan ke saya tapi saya mengetahui belum ada kemajuan,” tegas Novel kepada Antara di Singapura, Selasa.
Novel Baswedan disiram air keras oleh dua orang pengendara motor di dekat rumahnya pada 11 April 2017 seusai sholat subuh di Masjid Al-Ihsan dekat rumahnya. Mata Novel pun mengalami kerusakan sehingga ia harus menjalani perawatan di Singapore National Eye Centre (SNEC) sejak 12 April 2017.
Pada Senin (14/8), Novel dimintai keterangan sebagai saksi korban oleh tim penyidik Polda Metro Jaya di KBRI Singapura. Saat itu, ia juga didampingi oleh tim KPK termasuk Ketua KPK Agus Rahardjo dan tim penasihat hukumnya.
“Saya bisa mengetahui (belum ada perkembangan) karena saya bisa interaktif dalam pemeriksaan dan saya juga menyampaikan beberapa hal, mengkritisi beberapa hal. Contohnya bahwa saksi-saksi penting dalam perkara itu dipublikasikan, ini sesuatu yang tidak baik,” ungkap Novel.
Kritik kedua Novel adalah ia menilai bahwa penyidik terburu-buru mengambil kesimpulan.
“Dalam hal mengambil kesimpulan dengan cara terburu-buru ini kalau kemudian ternyata kesimpulan itu salah saya khawatir penyidik akan bertahan dengan kesimpulan yang salah tadi, atau jangan-jangan bisa jadi ada orang yang memanfaatkan penyidik untuk menutupi fakta-fakta dengan berkesimpulan yang salah. Saya kira itu tidak baik, apapun itu tidak baik,” jelas Novel.
Pada 10 Mei 2017 lalu, Polda Metro Jaya mengamankan seorang pria bernama Ahmad Lestaluhu yang sempat dicurigai sebagai pelaku penyiraman air keras terhadap Novel tapi pada keesokan harinya, pria itu dibebaskan karena polisi mengedepankan asas praduga tidak bersalah. Lestaluhu adalah petugas keamanan salah satu spa di wilayah Jakarta.
Kapori Jenderal Pol Tito Karnavian juga membuka lima orang saksi yang disampaikan oleh Novel dan sudah menemukan lima orang saksi itu serta dihadirkan di Polsek Kelapa Gading yaitu Hasan, Ahmad Lestaluhu, Mukhlis, dan satu anggota Polri dari Polda Metro Jaya.
Setelah lebih dari 120 hari, pelaku penyerangan Novel Baswedan belum ditemukan meski kepolisian sudah memeriksa banyak saksi, membuat sketsa terduga pelaku hingga menahan sejumlah orang yang kemudian dilepaskan lagi.
Sementara, sketsa pelaku yang ditunjukkan Kapolri seusai bertemu dengan Presiden Joko Widodo pada Senin (31/7) menunjukkan pelaku adalah pria dengan ciri-ciri tingginya sekitar 167-170 cm, berkulit agak hitam, rambut keriting dan badan cukup ramping.
(Sumber: Antara)