Virus Zika menjadi ancaman kesehatan bagi warga Amerika Latin. Virus ini merupakan Flavivirus, kelompok Arbovirus bagian dari virus RNA, yang pertama kali diisolasi pada 1948 dari monyet di hutan Zika Uganda. Jadi, Zika sendiri merupakan nama hutan tempat di mana virus ini berhasil diisolasi.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan virus itu akan menyebar ke semua negara di seluruh Amerika, kecuali Kanada dan Chile. Virus tersebut diduga telah menimbulkan kerusakan otak ribuan bayi di Brasil. Hingga kini belum ada vaksin ataupun pengobatan untuk Zika.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir mengatakan pemerintah Indonesia melalui Kedutaan Besar RI di Brasili terus memantau perkembangan virus Zika di Brasil. “Kita memantau dari dekat perkembangannya dan hingga saat ini belum ada laporan WNI kita yang menjadi korban,” kata Arrmanatha Nasir di kantor Kementerian Luar Negeri, Pejambon, Jakarta.
Menurut dia, hingga kini pemerintah masih belum mengeluarkan imbauan apa pun terkait perjalanan ke luar negeri, terutama ke Brasil dan negara-negara Amerika Selatan lainnya. “Laporan dari KBRI nantinya akan menjadi bahan pertimbangan untuk menentukan langkah selanjutnya.”
Praktisi klinis kesehatan dan Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia Jakarta Raya (PAPDI Jaya), Dr Ari Fahri Syam, pernah melakukan penelusuran lewat kepustakaan. Hasil penelusuran tersebut, ternyata pada tahun 1981 peneliti Australia telah melaporkan pasien penderita virus Zika bepergian ke Indonesia. Laporan-laporan tentang penularan kasus ini dari Indonesia terus berlanjut.
Pada tahun 2013, peneliti Australia juga melaporkan kembali penemuan satu kasus infeksi virus Zika pada seseorang warga negara Australia setelah melakukan perjalanan selama 9 hari ke Jakarta. Penemuan kasus tersebut dipublikasi pada American Journal Tropical Medicine and Hygiene.
Dari laporan beberapa kasus terdahulu dan adanya penemuan virus ini tahun lalu oleh lembaga Eijkman, jelas bahwa virus Zika juga sudah ada di Indonesia. Memang virus Zika ini dapat terjangkit di musim hujan seperti saat ini.
Untuk itu, kata Fahrial Syam, masyarakat perlu waspada dan mengantisipasi virus tersebut. Pencegahan virus Zika mirip dengan penyakit demam berdarah. “Pencegahan sama seperti pencegahan infeksi demam berdarah, yaitu pemberantasan sarang nyamuk,” kata Syam
Dia juga mengatakan, Zika sama seperti virus demam berdarah yaitu oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti yang menjadi pembawa virus Dengue yang menyebabkan penyakit demam berdarah. Bedanya, pada infeksi virus Zika, mata pasien akan merah karena mengalami radang konjungtiva atau konjungtivitis. Pasien juga akan merasakan sakit kepala.
“Infeksi demam berdarah Dengue sendiri saat ini jumlah kasusnya meningkat di Indonesia yang memang sering terjadi pada musim hujan. Selain menjadi vektor atau pembawa virus Dengue dan virus Zika, nyamuk juga membawa virus Chikungunya,” jelasnya.