Hasil studi Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) menempatkan kinerja Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir sebagai salah satu yang terbaik selama pandemi Covid-19. Dia dianggap memiliki kinerja terbaik dalam membantu pemerintah mengatasi virus asal Wuhan, China tersebut.
Direktur LPI, Boni Hargens mengatakan, Erick Thohir dan Menteri Agama Yaqut Cholil menduduki posisi terbaik dalam membantu pemerintah mengatasi pandemi. Ini didasari oleh hasil riset kualitatif dan wawancara mendalam terhadap sejumlah pakar untuk memotret performa kabinet Indonesia Maju Jilid II yang dilakukan selama Januari-Juni 2021.
“Menteri Agama Yaqut Cholil dan Menteri BUMN Erick Tohir di posisi terbaik, disusul Menteri Sosial Tri Rismaharini dan Mendagri Tito Karnavian dalam kategori yang sama,” katanya di Jakarta, Kamis (8/7).
LPI menilai seluruh atribut leadership Menteri Erick Thohir cukup baik. Dia menilai, sejak awal diberikan mandat oleh Presiden Jokowi menggawangi institusi Kementerian BUMN, Erick menggelontorkan gagasan dan agenda transformasi BUMN. Setidaknya ada tujuh gagasan yang dibuat Erick selama menjabat.
Pertama, pemetaan manajemen BUMN berdasarkan nilai ekonomi dan pelayanan publik; Kedua, dinamika portofolio. Hal ini terkait dengan rencana dan upaya transformasi BUMN untuk melikuidasi atau menggabungkan (merger) bisnis BUMN agar fokus pada bisnis inti (core business).
“Hingga saat ini, ada tiga BUMN yang siap merasionalisasi anak atau cucu usahanya yakni PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang akan menutup enam anak dan cucu usaha. Selanjutnya PT Pertamina (Persero) yang siap mengonsolidasi dan merasionalisasi 25 anak dan cucu usahanya serta PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk atau Telkom yang akan mengonsolidasi 20 anak usaha hingga cucu usaha untuk periode tahun 2020 hingga 2021,” jelas Boni.
Kemudian, dia menambahkan, gagasan ketiga adalah penanganan proyek strategis. Dalam hal ini, rencana transformasi BUMN tetap bertanggung jawab terhadap pembiayaan public service obligation (PSO) melalui formalisasi pendanaan pemerintah. Sedangkan yang keempat, Kementerian BUMN melakukan pembangunan ekosistem yang sehat dengan menggandeng BUMD dan mengembangkan kemitraan. Perbaikan ekosistem juga ditujukan untuk penaganan Covid-19, karena saat ini rumah sakit (RS) BUMN memiliki keterbatasan.
Kelima, Kementerian BUMN akan membangun tata kelola (governance) dan menentukan model bisnis setiap klaster BUMN. Saat ini, data dari Kementerian BUMN sedang dalam proses finalisasi untuk menekan klaster BUMN dari saat ini 27 klaster menjadi 14-16 klaster.
“Keenam melakukan inovasi dan kepemimpinan teknologi. Terkait ini, Kementerian BUMN tengah melakukan pemetaan pusat inovasi teknologi (technology innovation center); Ketujuh, Kementerian BUMN akan melakukan pengelolaan talenta dengan menerapkan standardisasi pengembangan sistem bakat rotasi dan program penugasan untuk mid-level management antar-BUMN,” ungkap Boni.
Selain gagasan, Erick Thohir juga membuat kebijakan yang dinilai LPI cukup baik. Boni mengungkapkan, salah satunya Kementerian BUMN mengembangkan program aplikasi Project Management Office (PMO) dan portofolio manajemen dengan anggaran senilai Rp 8,2 miliar. Di mana tujuan kebijakan itu, untuk mengintegrasikan semua database yang ada di BUMN, termasuk data kinerja keuangan BUMN.
“Kemudian ada program penyederhanaan jumlah BUMN, pembelian vaksin Covid-19 dan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) telah melibatkan peranan yang besar dari BUMN,” terangnya.
Dalam catatan LPI, Boni menegaskan, dari seluruh atribut responsiveness kinerja Erick Thohir cukup baik. Selain itu, kesigapan Erick Thohir juga terlihat saat gelombang pertama Covid-19 di tahun 2020.
“Erick Thohir merespon dengan bergerak cepat mengubah peruntukan Wisma Atlit menjadi fasilitas perawatan pasien terpapar wabah Covid-19,” tutupnya.