Dalam rangka memperingati dua tahun wafatnya Buya Ahmad Syafii Maarif, Kiniko Art Management bekerja sama dengan Maarif Institute dan Anak Panah menggelar serangkaian acara dengan tajuk “Berdiang di Perapian Buya Syafii” di Kiniko Art Room (SaRanG Building Blok II), Bantul. Kegiatan ini merupakan yang kedua kalinya setelah setahun yang lalu juga digelar acara serupa di waktu dan tempat yang sama.
Serangkaian kegiatan yang diadakan kali ini berupa pameran karya seni yang dibuka selama seminggu sejak tanggal 27 Mei s.d. 2 Juni. Karya seni yang dipamerkan adalah hasil karya dari beberapa seniman yakni Agus Suwage, Andreas Camelia, Dipo Andy, Galam Zulkifli, Hanafi Muhammad, Jumaldi Alfi, Mahdi Abdullah, Melodia, Nasirun, Putu Wijaya, dan Ugo Untoro.
Pemilik Sarang Building sekaligus inisiator acara Haul Buya Syafii, Jumaldi Alfi, dalam sambutannya pada acara pembukaan, Senin (27/5) malam menyampaikan rasa syukurnya atas terselenggaranya acara ini. Uda Alfi, sapaan akrabnya, menuturkan bahwa walaupun raga Buya telah sirna, namun buah pikiran dan semangatnya tetap bisa dirasakan, dan hal itu yang perlu dijaga.
“Karena Buya bukan hanya milik keluarga dekat dan Muhammadiyah, tetapi milik kita semua,” imbuh Alfi.
Kegiatan ini, disampaikan Jumaldi Alfi, merupakan tradisi yang coba dijalankan sebagai upaya menghidupkan semangat Buya dan memaknai pikiran Buya dalam bentuk visual. Ia berharap ke depannya kegiatan ini akan konsisten dilakukan.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Maarif Institute, Andar Nubowo, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi karena diselenggarakannya acara ini. Andar menyoroti tiga legasi pemikiran dan kontribusi Buya Syafii, yaitu dalam poros keislaman, keindonesiaan, dan kemanusiaan universal.
Menurutnya, ketiga poros itu tengah mengalami krisis saat ini. Oleh karenanya, ini merupakan momen penting untuk kembali menggelorakan api semangat Buya Syafii untuk membawa masa depan bangsa yang rahmatan lil ‘alamin dan mencerahkan.
Sambutan terakhir, sekaligus membuka acara disampaikan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir. Haedar Nashir menyampaikan bagaimana sosok Buya Syafii dalam kacamatanya. Menurut Haedar, Buya adalah sosok yang sederhana dan selalu merasa menjadi orang biasa. Walaupun pernah menjabat sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah dan menjadi tokoh bangsa, Buya Syafii tidak lantas merasa menjadi orang besar dan menjadi rujukan, bahkan ia adalah sosok yang selalu mengikuti prosedur.
Haedar menyampaikan, Buya Syafii adalah sebetul-betulnya moderat, yang mampu menempatkan progresivitas pada posisinya dan mempunyai kearifan yang melintas batas dalam menghadapi persoalan.
“Mudah-mudahan hasanah Buya ini menjadi inspirasi terus menerus untuk kita mengawal kehidupan kebangsaan. Kita harus terus berdialog, terus bersabar, dan jangan kehilangan asa,” pungkasnya.
Acara kemudian dilanjutkan dengan pembukaan secara simbolis dengan menorehkan tinta ke kanvas oleh Haedar Nashir, Butet Kartaredjasa, dan Kapolda DIY Irjen Pol Suwondo Nainggolan.
Selain pameran, terdapat kegiatan lain berupa diskusi bertema “Refleksi Pemikiran Buya Ahmad Syafii Maarif” yang diadakan dua kali pada Rabu, 29 Mei 2024 dan Jumat, 31 Mei 2024. Akan hadir sebagai pembicara yakni Dr Fajar Riza Ul Haq, Dr Abdul Gafar Karim, Kombes Pol Alfian Nurrizal, Heru Joni Putra, Mahfud Ikhwan, dan Riki Dhamparan Putra. *(Salma A)*