Harga minyak dunia terjun bebas di kisaran US$30 per barel. Bahkan beberapa hari lalu mencapai angka US$27 per barel. Harga minyak mentah yang jatuh 25% sepanjang tahun ini dikarenakan melimpahnya pasokan. Badan Energi Internasional (IEA) dalam laporan Desember 2015 memperkirakan penurunan harga minyak masih akan terjadi hingga kuartal III tahun ini.
Analis ekonomi Ichsanudin Noorsy melihat penurunan harga minyak dunia akibat adanya perang ideologi ekonomi. Perang ideologi ini, kata Noorsy, menggunakan komponen ekonomi, yaitu nilai tukar, komoditas, suku bunga serta inflasi dan dimaksudkan untuk mempertahankan dominasi kekuatan Amerika di dunia dari segi ekonomi.
“Dampaknya bagi Indonesia, pemerintah tidak lagi dapat menggunakan asumsi harga minyak sesuai APBN 2016. Asumsi yang ada di APBN 2016 harus disesuaikan dengan kondisi global seperti harga minyak dunia,” katanya di Jakarta, Kamis (28/1). Dalam APBN 2016, harga minyak mentah Indonesia ditetapkan sebesar US$50 per barel. Penurunan harga minyak ini akan membuat pendapatan menurun sehingga pertumbuhan ekonomi pun diperkirakan hanya sekitar 5 persen.
Menurut Wakil Ketua Bidang Distribusi dan Logistik Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia Kyatmaja Lookman, meskipun komponen terbesar untuk pengiriman barang adalah bahan bakar minyak (sekitar 30 hingga 40 persen), penurunan harga BBM tidak berdampak signifian. Kyatmaja beralasan hal ini akibat penurunan BBM tidak membuat harga produk-produk lain seperti produk minyak pelumas dan ban mengalami penurunan.
Kyatmaja menambahkan, bila ingin meningkatkan daya beli masyarakat, yang harus dilakukan adalah mengatur tata kelola logistik. Salah satunya, membuat barang yang akan diangkut itu adalah barang jadi.
Direktur Pembinaan Program Migas Kementrian ESDM Agus Cahyono Adi menyebutkan over supply minyak yang terjadi saat ini akibat dampak dari tingginya produksi minyak di Amerika sejak beberapa tahun lalu. Juga faktor geopolitik lainnya seperti masuknya minyak Irak ke pasar. Selain itu, melemahnya perekonomian di beberapa negara juga memicu menurunnya harga minyak.
Agus Cahyono menjelaskan saat ini pihak ESDM dan Kementerian Keuangan sedang menghitung ulang harga minyak untuk pengajuan APBNP. Meski demikian, dia optimistis target produksi minyak dapat terpenuhi.