Minggu, Oktober 13, 2024

Konsumen Rugi Akibat Kualitas BBM yang Rendah

Reja Hidayat
Reja Hidayat
Reporter GeoTIMES.
Petugas promosi penjualan mengisikan Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi jenis Pertalite saat peluncuran dan promo Pertalite di SPBU Adisutjipto Yogyakarta, Sleman, Yogyakarta, Senin (29/9). ANTARA FOTO
Petugas promosi mengisi bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi jenis Pertalite saat peluncuran dan promo Pertalite di Yogyakarta, Sleman, Senin (29/9/2015). ANTARA FOTO

Komite Pengurangan Bensin Bertimbal (KPBB) menyatakan, premium dan solar yang dijual di SPBU tidak memenuhi syarat untuk kendaraan standar Euro 2 sejak 2007. Akibatnya,
risiko kerusakan kendaraan bermotor di Indonesia lebih besar.

“Kualitas BBM kita itu tidak memenuhi engine requirement. Buktinya, kendaraan yang menggunakan dua jenis BBM tersebut mengalami masalah pada mesin dan busi. Karenanya harus diganti dalam rentan waktu tiga bulan. Hal ini yang menyebabkan kerugian ekonomi terhadap masyarakat,” kata Direktur Eksekutif KPBB Ahmad Syafrudin di Jakarta, Jumat (26/2).

Karenanya, menurut Safrudin, masyarakat harus kritis dalam menggunakan BBM. Pasalnya, apabila tetap menggunakan premium dan solar dengan kualitas rendah, itu akan berdampak pada kerugian materil dan kerusakan kendaraan bermotor.

Dalam agenda penerapan standar emisi di negara-negara ASEAN, Indonesia akan menerapkan Euro 4 pada 2018. Sedangkan Malaysia sudah menerapkan standar Euro 4 pada 2016 dan Vietnam pada 2017. “Penerapan kualitas BBM terlambat, kualitas kendaraan juga terlambat. Kita selalu terlambat dari negara tetangga.”

Selain itu, pihaknya sudah memberitahukan kepada Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) soal kualitas BBM di Indonesia. Namun, mereka tidak mempermasalahkannya. Menurut Safrudin, industri otomotif terlalu pragmatis karena hanya berpikir keuntungan saja.

“Cara pikir mereka itu kan untung. Untuk apa susah-susah produksi kendaraan dengan kualitas bagus, jika produk lama aja masih laku di Indonesia,” kata Safrudin. Bahkan, anggota Gaikindo meminta pemerintah menurunkan biaya masuk spare part impor mobil untuk memuluskan rencana mereka dalam produksi kendaraan di Indonesia.

Safrudin mengingatkan Gaikindo berhati-hati, karena industri otomotif Thailand akan terus menguasai pasar di Asia Tenggra bahkan menjual produknya lebih besar lagi ke pasar Indonesia. Sebaliknya, Gaikindo tidak bisa menjual ke pasar Asia Tenggara karena kualitasnya di bawah standar mereka. “Industri otomotif kita terpuruk di Asia Tenggara. Bahkan anggota Gaikindo bisa gulung tikar,” kata Safrudin.

Reja Hidayat
Reja Hidayat
Reporter GeoTIMES.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.