Minggu, November 24, 2024

Pengembangan Kota Baru untuk Tutupi Kekurangan Pendapatan Kereta Cepat

Reja Hidayat
Reja Hidayat
Reporter GeoTIMES.
- Advertisement -
Ilustrasi High Speed Railway Cina.
Ilustrasi High Speed Railway Cina.

Kementerian Badan Usaha Milik Negara menyatakan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung tidak dapat mengandalkan penjualan tiket semata sebagai pengembalian dana pembangunan proyek. Karena itu, PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) perlu sumber pemasukan lain agar tetap mencatatkan keuntungan.

Sahala Lumban Gaol, Staf Ahli Kementerian BUMN, mengatakan, dengan modal investasi yang besar US$5,5 miliar atau Rp 78 triliun, tidak bisa menutupi pengembalian modal dengan estimasi harga tiket sekitar Rp 200 ribu per penumpang.

“Kalau hanya mengandalkan penumpang dan tiket, memang bisa dikatakan proyek ini tidak layak secara finansial,” kata Sahala dalam konferensi pers mengenai pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung di Hotel Sultan, Jakarta, Kamis (4/2).

Untuk menutupi kekurangan itu, kata dia, pihaknya akan membangun dan mengembangkan kawasan terpadu di sekitar stasiun atau transit oriented developement (TOD). Kawasan itu di antaranya Karawang, Walini, dan Tegal Luar. Walini terletak di Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat.

Sahala menjelaskan dalam pembangunan TOD, pihaknya akan menggunakan jasa konsultan urban development design. Setelah desain pengembangan diselesaikan, kita akan menawarkan kepada investor untuk mengembangkan dengan syarat menyetujui master plan kita.

Di Walini, dia menambahkan, akan ada tiga zona besar yang berkelanjutan dan harus dijamin. Kelak PTPN VIII akan menyiapkan lahan sewajarnya seluas 1.299 hektare dari 3.000 hektare. Jumlah seribu itu tidak kecil, karenanya kita persiapkan lahan dan infrastruktur. Dia juga menegaskan daerah ini hanya untuk pusat riset pendidikan untuk S2 dan S3. Bahkan Institut Teknologi Bandung akan datang ke sana.

Ada juga pusat bisnis seperti wahana bermain internasional Disneyland dan Universal Studio, Lego Land, dan pusat musik. “Tak hanya itu, ada hutan Asia-Afrika, wisata usaha hutan dan pohon-pohonya dari seluruh Asia-Afrika, Garuda Wisnu Kencana juga ada di sana. Dan ini yang belum dipikirkan orang,” ujar Sahala.

Akan tetapi, meskipun akan dibedah besar-besaran, pihaknya akan tetap menjaga ruang hijau di kota Walini. Dari total wilayah perkebunan yang ada di Walini, hanya 30 persen wilayah yang bakal dikemas menjadi kota baru.

Dengan adanya TOD, Sahala yakin pendapatan bisa didongkrak, selain dari tiket. Pihaknya memperkirakan bisa menyumbang 25 persen untuk pendapatan. “Itu masih perkiraan pesimis,” ungkapnya.

Ia berharap adanya pembangunan wahana tersebut bisa dapat meningkatkan jumlah penumpang kereta cepat, menarik wisatawan, dan menjadi kegiatan menarik dengan menghasilkan pertumbuhan penumpang.

- Advertisement -

Direktur Utama PT Kereta Api Cepat Indonesia China Hanggoro Budi Wiryawan mengatakan, kereta cepat tidak akan menguntungkan. Karena itu perlu perkembangan kota baru di lokasi TOD sehingga mendapat pemasukan lain. “Walini inti dari perkembangan kereta cepat,” ujar Hanggoro.

Nantinya, kata Hanggoro, pemerintah akan mendapatkan kontribusi PPN saat masa konstruksi proyek kereta cepat Jakarta-Bandung sebesar US$ 451 juta. Kemudian pemerintah mendapat PPN saaat konstruksi pengembangan sebesar Rp 7 triliun.

Seperti diketahui, titik awal kereta api cepat Jakarta-Bandung berada di Bandar Udara Halim Perdana Kusuma, Jakarta, dan titik akhir di Tegal Luar, Jawa Barat. Sepanjang jalur 142 km itu akan dibangun pusat-pusat perekonomian daerah seperti usaha kecil dan menengah (UKM) untuk souvenir dan berbagai kerajinan tangan lainnya.

Reja Hidayat
Reja Hidayat
Reporter GeoTIMES.
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.