Presiden Venezuela, Senin, kemarin mengatakan menarik duta besar untuk Guyana untuk konsultasi, saat sengketa perbatasan di antara kedua negara itu semakin meningkat menyusul temuan ladang minyak lepas pantai.
Presiden Nicolas Maduro mengatakan memutuskan mengurangi jumlah petugas kedutaan di Guyana dan memerintahkan pengkajian ulang hubungan dengan tetangganya di sebelah timur itu.
Sebelumnya, Guyana memperingatkan Venezuela mengenai peningkatan konflik perbatasan, setelah Venezuela mengklaim perairan lepas pantai wilayah Essequibo.
Maduro menyatakan bahwa Guyana memprovokasi Venezuela dengan dukungan Amerika Serikat.
“Semuanya adalah bagian dari rencana provokasi yang mendapatkan dukungan kuat serta pendanaan dari perusahaan minyak, Exxon Mobil, pelobi-pelobi ulung di Washington, dan badan-badan Amerika, termasuk Pentagon,” kata Maduro dalam pidato di televisi mengenai konflik tersebut.
Sengketa itu muncul menjelang pemilihan anggota parleman pada Desember dengan Maduro menghadapi penurunan tajam ketenaran, melonjaknya inflasi, dan kelangkaan bahan kebutuhan pokok. Ia seringkali menuding Amerika Serikat berkonspirasi melawannya.
Guyana dan Venezuela saling tuduh atas kawasan Essequibo yang disengketakan, yang mencakup dua pertiga dari wilayah Guyana seluas 215 ribu km persegi.
Venezuela mengklaim wilayah yang membentang dari ujung timur negara itu hingga sungai Essequibo, dan semua wilayah perairan lepas pantai itu.
Guyana yang merupakan bekas koloni Inggris mengatakan sengketa perbatasan itu telah diselesaikan pada tahun 1899 oleh mahkamah arbitrase.
Setelah Venezuela menggambar ulang perbatasan di kawasan itu untuk memasukkan sumber minyak yang ditemukan di lepas pantai dari Georgetown, Guyana pun meminta PBB untuk menyelesaikan konflik itu.
Jika Venezuela menang, mereka bisa mengambil alih lebih dari setengah wilayah Guyana. (Antara/AFP)