Jumlah titik panas atau “hotspot” yang indikasi kebakaran lahan dan hutan di Provinsi Riau menurun drastis setelah satu hari sebelumnya turun hujan di sejumlah daerah.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Pekanbaru, Sugarin mengatakan jumlah titik panas berdasarkan pantauan Satelit Terra & Aqua pukul 07.00 WIB menunjukan tinggal dua titik panas di Provinsi Riau. Jumlah itu jauh menurun dibandingkan satu hari sebelumnya yang terdeteksi ada 12 titik panas.
“Dua titik panas yang tersisa ada di Kabupaten Pelalawan,” katanya di Pekanbaru, siang tadi.
Senin sore kemarin, sejumlah daerah yang sempat dilanda kebakaran dan polusi asap telah diguyur hujan seperti di Kota Pekanbaru, Pelalawan, dan Indragiri Hilir. Hal tersebut cukup untuk menghapus kabut asap yang sekitar sepekan terakhir mencemari udara.
Informasi dari alat Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) di Kota Pekanbaru juga menunjukan level “Baik”, yang artinya kualitas udara makin membaik dari pengaruh polusi asap kebakaran.
“Jarak pandang di Kota Pekanbaru kini mencapai lima kilometer,” ujarnya.
Ia mengatakan kondisi cuaca Riau cerah berawan dengan peluang hujan dengan intensitas ringan dan tidak merata berpeluang terjadi di Riau wilayah selatan, timur, barat dan tengah.
Tapi Riau masih berpeluang mendapatkan asap kiriman dari daerah lain. Sebab, kebakaran juga terjadi di Provinsi Bangka Belitung ada enam titik, Lampung ada tiga titik, Jambi dua titik, dan Sumatera Selatan satu titik.
“Angin secara umum dari arah Tenggara hingga Barat Daya dengan kecepatan 09-16 knots (09-29 kilometer per jam).
Berdasarkan data Satuan Tugas Siaga Bencana Asap Riau, luas kebakaran sejak Juni sudah mencapai lebih dari 1.000 hektare.
Sementara itu, sebanyak 1.022 orang warga menderita penyakit yang timbul akibat polusi asap. Sebanyak 757 warga sakit terkena Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA). Kemudian, banyak juga warga terkena iritasi kulit, 160 orang, iritasi mata 50 orang, pneumonia 26 orang dan asma 29 orang. (Antara)