
Pemerintah Yunani (10/7) memberikan proposal reformasi ekonomi kepada Eurogroup, jelang tenggat waktu. Akan tetapi, sebelum keputusan mengenai nasib Yunani ke depan dibentuk, para kreditur perlu memerhatikan surat terbuka yang diberikan para ahli ekonomi kepada Angela Merkel.
Sebelum pemerintah Yunani kembali membuka diskusi, sejumlah ahli eknomi berupaya “membujuk” kanselir Jerman, yang memiliki andil besar dalam perundingan mengenai nasib Yunani. Para ahli ekonomi berupaya memengaruhi Kanselir Jerman dan para petinggi Troika (IMF, Bank Central Eropa, Komisi Eropa) untuk memaklumi keadaan ekonomi Yunani.
Himbauan para ahli Ekonomi tersebut dituangkan dalam surat terbuka yang digagas oleh Thomas Piketty (profesor ekonomi di London School of Economics), Jeffery Sachs (Universitas Columbia), Dani Rodrik (Harvard Kennedy School), dan Simon Wren-Lewis (Universitas Oxford). Surat tersebut tidak hanya digagas para ahli ekonomi, tetapi juga mantan menteri keuangan Jerman, Heiner Flassbeck.
Dalam surat tersebut kelima ahli ekonomi memaparkan penderitaan yang dialami Yunani. Pengangguran massal, ambruknya sistem perbankan , 40 persen anak-anak tinggal dalam kemiskinan, serta meningkatnya jumlah kematian bayi mewarnai kehidupan masyarakat Yunani selama krisis berlangsung.
Selain memberikan himbauan mengenai kasus Yunani, keenam ahli ekonomi memberikan “teguran” kepada Eropa, terutama Jerman akan pengalaman yang pernah dilalui setelah Perang Dunia II.
“Pada tahun 50-an Eropa didirikan atas dasar pengampunan akan utang masa lalu, terutama Jerman,” tulis surat tersebut. Menurut David Henderson peneliti ekonomi dari Universitas Stanford, pada tulisan berjudul “German Economic Miracle”, setelah Perang Dunia II, Jerman Barat mendapatkan bantuan dari sejumlah negara Eropa dan Amerika Serikat.
Akan tetapi, tahun 1953 jadi momen penting bagi Jerman untuk bisa “bernapas lega”. Eduardo Porter, kolumnis ekonomi New York Times mengkiritik Jerman, yang menurutnya pernah mendapatkan keuntungan dari pemotongan kewajiban bayar hutang.
“Taka ada yang lebih mengerti dari Jerman”, tulis Eduardo Porter mengenai potongan pembayaran hutang yang wajib dibayar Jerman . Setelah Perjanjian London 1953, hutang Jerman sebelum dan sesudah Perang Dunia II dipotong mencapai 50%.
Melihat hal tersebut keenam ahli ekonomi menghimbau agar pelajaran yang pernah didapat Jerman setelah Perang Dunia II jadi bahan pertimbangan Merkel dan petinggi Troika untuk dapat melangkah lebih bijak.
Melalui surat terbuka tersebut para ahli ekonomi mengharapkan kebijakan pengurangan hutang yang diterima Jerman melalui Perjanjian London 1953, juga dapat diterapkan pada kasus Yunani.
“ Sejarah akan mengingat Anda (Merkel) akan perbuatan Anda pada minggu ini”, tulis surat tersebut.[*]
*Judul Surat : Austerity Has Failed:An Open Letter From Thomas Piketty To Angela Merkel