Kesempatan menelitinya merupakan hal langka. Sekali seumur hidup.
Pada 14 Juli nanti New Horizons mencapai orbit planet Pluto. Pesawat milik lembaga badan antariksa Amerika Serikat (NASA) ini akan mencapai planet terjauh dari sistem tata surya setelah menempuh perjalanan selama 9 tahun, 5 bulan, dan 25 hari.
Proyek New Horizons dimulai pada 2001. Pesawat ruang angkasa tak berawak ini mengemban misi observasi di Pluto dan satelitnya, Charon.
Wahana berbobot hampir 500 kilogram ini berbentuk segitiga dengan penampang sinyal di tengahnya. Seluruh badan dilapisi kertas gold foil serta dilengkapi 7 instrumen untuk mendata keadaan permukaan Pluto, susunan dalam, serta atmosfernya.
Sejak ditemukan pada 1930 oleh Clyde Tombaugh, pembuat teleskop, Pluto masih menyimpan sejumlah misteri yang belum terpecahkan. Planet kerdil yang diberi nama oleh gadis Inggris, Venetia Burney, ini menjadi tempat terdingin di tata surya dengan temperatur -225 derajat Celsius.
Pluto juga memiliki orbit yang tak lazim dengan bentuknya yang elips. Planet berukuran 20 persen lebih kecil dari Bumi ini diyakini para ilmuwan memiliki lautan di bawah permukaan. Ini mungkin karena Pluto terdiri atas 30 persen es nitrogen dan 70 persen batu.
Atmosfer Pluto hanya setebal 3.000 kilometer. Komposisinya meliputi nitrogen, metana, dan karbon monoksida. Planet yang pernah akan dinamai Minerva ini memiliki empat bulan sebagai satelit, yakni Charon, Nix, Hydra, dan P4. Ukuran Charon yang separuh Pluto membuat Pluto dan Charon dijuluki bintang kerdil ganda oleh para astronom.
Dari Bumi, Pluto berjarak sekitar 5 miliar kilometer. Perjalanan ke sana memakan waktu sekitar 4,6 jam dengan kecepatan cahaya (300 ribu kilometer/detik). Sedangkan untuk mendapatkan sinyal balasan dari Pluto, perlu menunggu selama 9,2 jam kecepatan cahaya.
New Horizons menjadi ekspedisi pesawat antariksa pertama ke ujung tata surya. Wahana yang diluncurkan menggunakan roket Atlas V AV-010 ini sukses mengangkasa pada 19 Januari 2006 dari stasiun peluncuran roket NASA di Florida, Amerika Serikat.
Pesawat antariksa ini menggunakan generator termoelektrik radioisotop sebagai penggerak. Mesin bertenaga nuklir ini pernah digunakan pesawat antariksa Voyager dan Apollo.
Pertama kali terbang, kecepatan New Horizons hanya 58.000 km/jam atau sekitar 20 km/detik. Kisaran waktu tempuh itu meningkat saat bergerak menjauhi Matahari, yakni 160.000 km/jam atau 44 km/detik.
Pergerakan New Horizons kembali melambat memasuki orbit Jupiter, menjadi 83.000 km/jam. Selama melintasi Jupiter, pesawat ruang angkasa ini melakukan serangkaian tes terhadap instrumen yang dibawa, sekaligus mempelajari struktur atmosfer dan cincin Jupiter.
Setelah mencapai jarak 105 juta km dari Pluto, New Horizons akan melakukan pemetaan. Saat ini pesawat tersebut sudah mengirimkan gambar pertama yang dipotret dengan perangkat Multicolor Visible Imaging Camera.
Foto yang diambil pada 29 Mei hingga 3 Juni memperlihatkan wajah Pluto dan Charon. Pluto tampak berwarna oranye seperti jeruk, sedangkan Charon berwarna abu-abu.
Kumpulan gambar yang dijadikan video itu memperlihatkan pergerakan Charon mengitari Pluto. Setiap tujuh hari kutub di Pluto mengalami rotasi. Waktu yang sama dibutuhkan Charon untuk berputar di orbitnya.
Ketika berada lebih dekat dari Charon dengan jarak 12.500 km hingga 28.800 km, New Horizons akan mencari sinar ultraviolet yang dipancarkan Pluto, untuk melakukan pemetaan menyeluruh terhadap Pluto dan Charon.
Peredaran New Horizons di Pluto dibatasi hanya 6 bulan. Selanjutnya, misi yang menghabiskan dana sekitar Rp 9 triliun itu akan meneliti sabuk Kuiper. Kuiper merupakan sabuk yang mengelilingi sistem tata surya kita.
Kawasan ruang angkasa yang luas ini menampung lebih dari 70.000 benda langit. Benda-benda itu adalah sampah antariksa yang dihasilkan selama proses pembentukan planet. Untuk menelitinya merupakan kesempatan langka.
“Mengunjungi sabuk Kuiper adalah peluang yang muncul sekali seumur hidup, bahkan kenyataannya lebih jarang,” kata Cathy Olkin, anggota tim ilmuwan New Horizons, seperti dikutip Spiegel.
Namun, misi lanjutan itu tampaknya harus menunggu 10 tahun lagi. Sebab, jarak antara Pluto dan sabuk Kuiper hampir sama dengan jarak Pluto ke Matahari (5,87 miliar km).[*]