Pelemahan saham Tiongkok dapat menjadi peringatan bagi Indonesia. Pasalnya Indonesia memiliki kepentingan ekonomi kuat melalui jalur ekspor hasil bumi ke Tiongkok.
“Buat saya krisis Yunani itu hanya psikologi market (pasar) saja. Saya lebih takut kejadian di Tiongkok, market turun 30%. Dan Tiongkok merupakan emerging market terbesar. Itu yang harus kita perhatikan,” kata Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI),Tito Sulistio.
Menurut Tito pelemahan bursa efek dapat memengaruhi perekonomian Indonesia. Bila ekonomi Tiongkok mengalami masalah, maka terjadi pelambatan laju ekspor Indonesia Tiongkok. Indonesia mengekspor hasil bumi, seperti kelapa sawit dan batu bara.
Pada tahun 2014 misalnya, salah satu negara tujuan ekspor kelapa sawit Indonesia adalah Tiongkok, selain India dan Uni Eropa.
Total ekspor kelapa sawit ke Tiongkok pada 2014 mencapai 2,4 juta ton. Selain kelapa sawit, andalan ekspor Indonesia ke Tiongkok adalah batu bara mencapai 70 juta ton, pada 2014.
Menurut sejumlah peneliti Indef, ekonomi Indonesia berpotensi besar terimbas krisis dari negara lain. Hal tersebut diakibatkan ekonomi makro Indonesia yang mengandalkan komoditas ekspor sumber daya alam.
Konsekuensinya, apabila keadaan ekonomi negara lain terguncang, maka laju ekspor sebagai andalan perekonomian melambat.
Anjloknya Indeks Shanghai Composite dan Indeks Shenzen Composite mengalami penurunan , masing-masing 7% dan 4%. Penurunan persentase saham di Tiongkok ini merupakan dampak lenyapnya 30% nilai pasar sejak pertengahan Juni. [*]