Badan Pengawas Pemilihan Umum menyatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan pelaksanaan pemilihan gubenur, bupati dan wali kota akan memanas dan berpotensi konflik tiga kali lebih besar dibandingkan pemilu legislatif dan pemilihan presiden 2014.
Ketua Bawaslu Muhammad mengatakan, akan ada tiga arus besar yang bergerak, yakni para elit, kelas menengah, dan akar rumput. Mereka akan bergerak bersamaan untuk memenangkan calon kepala daerah masing-masing.
“Dibandingkan dengan Pileg dan Pilpres, tiga arus besar itu akan bergerak secara massif dan terstruktur karena kompetisi sudah terkonsentrasi ke tingkat lokal,” kata Muhammad di Jakarta, Sabtu (11/7).
Selain itu, kata dia, Komisi Pemilihan Umum sudah memutuskan bahwa Pilkada hanya dilakukan satu putaran saja. Bisa dibayangkan potensi konflik yang mungkin muncul jika selisih antara calon kepala daerah sangat signifikan.
“Beda satu suara saja, maka sudah bisa ditetapkan sebagai pemenang. Ini memicu kompetisi dengan tensi yang tinggi,” kata Muhammad. “Meski demikian, kami tetap akan menggunakan pendekatan pencegahan untuk meminimalisasi potensi kekacauan dalam Pilkada.
Seberapapun angka penindakan pelanggaran yang inkrah di pengadilan itu bukan prestasi. Tapi upaya pencegahan kami menjadi upaya penting Bawaslu menyukseskan pilkada ini, kata Muhammad.
Johny Mangasi Samosir, Wakabareskrim Mabes Polri, menilai suhu panas Pilkada akan dimulai sejak tahapan pencalonan. Karena itu, ia meminta aparat penegak hukum dan Pengawas Pemilu harus mencermati benar-benar perkembangan pencalonan, dan mengambil langkah antisipatif.[*]