Sabtu, Mei 4, 2024

Pelajaran dari Tol Cipali

Sejumlah kendaraan melintasi Jalan Tol Cikopo-Palimanan (Cipali) di Subang, Jawa Barat, Selasa (16/6). Jalan tol terpanjang se-Indonesia dengan jarak 116, 75 kilometer tersebut telah dibuka untuk umum dan diharapkan mampu mengurangi kemacetan di jalur pantura pada saat mudik lebaran / ANTARA FOTO/Prasetyo Utomo
Sejumlah kendaraan melintasi Jalan Tol Cikopo-Palimanan (Cipali) di Subang, Jawa Barat, Selasa (16/6). Jalan tol terpanjang se-Indonesia dengan jarak 116, 75 kilometer tersebut telah dibuka untuk umum dan diharapkan mampu mengurangi kemacetan di jalur pantura pada saat mudik lebaran / ANTARA FOTO/Prasetyo Utomo

Menjelang arus mudik Lebaran 1436 H, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan mengatakan Tol Cikopo – Palimanan (Cipali) siap dioperasikan. Namun di sisi lain, masih banyak masalah membelit tol sepanjang 116,75 kilometer ini. Timbul pertanyaan apakah tol ini sudah benar-benar siap untuk memberikan rasa aman bagi para penggunanya?

Menurut seorang pejabat Kementerian Pekerjaan Umum, Tol Cipali akan mengurangi kemacetan di jalur Pantai Utara Jawa hingga 50%. Ini memberikan kesan bahwa Tol Cipali ini dibangun hanya untuk mengejar target arus mudik Lebaran yang hanya sesaat. Volume kendaraan besar bukan menjadi alasan dalam pembangunan infrastruktur. Pembangunan jalan tol itu sendiri bukanlah solusi kemacetan Pantai Utara Jawa yang kronis.

Infrastruktur dan aspek penting yang dimiliki Tol Cipali masih kurang dan butuh penyelesaian lebih lanjut. Contohnya, di beberapa titik masih ada jalan yang rusak dan penuh dengan batu kerikil. Lampu penerangan dan pembatas jalan masih banyak yang belum terpasang sehingga membahayakan pengguna.

“Ada beberapa bagian yang belum rampung seperti rest area, rambu-rambu pemberitahuan kepada pengendara,” kata Jonan.

Selain itu, masalah yang cukup serius adalah angka kecelakaan yang masih tinggi. Semenjak tol ini diresmikan Presiden RI, Joko Widodo pada 13 Juni 2015, ada 37 kasus kecelakaan yang terdiri dari 13 kali kecelakaan yang terjadi di jalur A, yakni ruas jalan Jakarta­-Palimanan dan 24 kali di jalur B atau arah Palimanan-Jakarta.

Kecelakaan-kecelakaan tersebut mengakibatkan 3 orang meninggal, 4 orang luka berat, dan 32 orang luka ringan.

Keselamatan menjadi sesuatu yang harus diperhatikan dalam pembangunan jalan tol. “Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat harus segera melakukan audit teknis terkait keselamatan di tol ini,” ungkap Wakil Ketua Komisi V DPR RI, Yudi Widiana Adia. Ia memaparkan, audit teknis perlu dilakukan mengingat sejumlah keadaan misalnya kondisi tanah yang belum stabil, datangnya arah angin, sudut tikungan, dan jalan bergelombang.

Pembangunan jalan tol tidak bisa diselesaikan hanya dalam waktu singkat tanpa memperhatikan aspek-aspek penting di dalamnya. Keterlambatan fasilitas umum yang ada seperti rest area dan SPBU harus dibereskan terlebih dahulu sebelum diresmikan. Aspek penting lainnya seperti lampu penerangan, pembatas jalan, dan kondisi jalan pada umumnya juga harus diselesaikan terlebih dahulu.

Jalan tol menjanjikan perjalanan yang lebih ringkas: misalnya 1,5-2 jam Jakarta-Bandung via Tol Cipularang. Janji itu tidak selamanya sukses karena penyempitan jalan dan banyaknya volume kendaraan di Tol Cipularang membuat perjalanan tetap 4-5 jam seperti sebelum ada jalan tol.

Jalan tol banyak digunakan oleh kendaraan pribadi, bukan jenis transportasi publik massal yang seharusnya menjadi prioritas pemerintah. Dengan jalan tol baru Trans-Sumatera yg hari ini mulai dibangun, Sumatera dinilai akan meniru kesalahan Jawa. [*]

Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.