Jumat, Mei 3, 2024

Mengenang Sineas Gotot Prakosa

Salah satu adegan dalam Kantata Takwa/ARSIP KANTATA TAKWA
Salah satu adegan dalam Kantata Takwa/ARSIP KANTATA TAKWA

Representasi penting pada genre film eksperimental Indonesia.

“Kita putar sekaligus untuk mengenang sang sutradara (Gotot Prakosa) yang baru-baru ini meninggal. Film ini sangat fenomenal. Tak hanya berbujet besar pada saat itu karena menghabiskan 600 rol film dan baru selesai setelah tiga kali ganti presiden,” kata Bambang Supriyadi, Wakil Dekan Fakultas Film dan Televisi, Institut Kesenian Jakarta.

Bambang perlu menegaskan hal itu kepada publik di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki Jakarta, akhir Juni lalu, saat pemutaran film Kantata Takwa untuk mengenang kepergian Gotot Prakosa. Acara ini sekaligus ulang tahun ke-45 Institut Kesenian Jakarta.

Bambang adalah salah satu orang yang terlibat dalam pembuatan Kantata Takwa.Film ini  merupakan karya mendiang Gotot Prakosa bersama Eros Djarot. Film yang sarat nilai sejarah ini tercatat sebagai 10 film dokumenter musik terbaik versi majalahRolling Stones Indonesia.

Gotot Prakosa adalah sineas film eksperimental Indonesia berbakat. Karena itu, sebagai bentuk penghormatan atas pencapaian dan karya-karyanya, pekan lalu Kineforum mengadakan pemutaran film program fokus. Ya, film-film eksperimental terbaik Gotot dalam film seluloid seperti Kantata Takwa (2008), Dialog (1975), Meta-Meta (1975), Impuls (1975), Jalur (1977), dan  A=Absolut, Z=Zen (1983).

Jika dicermati, tak banyak representasi film eksperimental di Indonesia. Namun, jenis film ini berhasil terkenal berkat keberagaman yang kaya serta kelenturannya yang tinggi. Menurut kritikus film Marselli Sumarmo, Gotot adalah representasi penting pada genre film eksperimental Indonesia.

Gotot menggagas pendirian Kineforum — dulu Art Sinema — saat menjabat sebagai Komite Film Dewan Kesenian Jakarta 2002-2006. Kala itu ia merasa perlu dibentuk wadah atau media khusus pemutaran film alternatif, selain yang berorientasi sebagai dagangan semata.

Film-film yang diputar di Kineforum adalah beberapa karya-karya lama Gotot hasil kerja sama dengan seniman Indonesia ataupun Eropa.

Lingkup karya-karya Gotot meliputi spektrum yang luas: seni lukis, multimedia, radio, dan surat kabar. Dengan pengalaman yang kaya dan beragam, ia juga menciptakan film animasi hingga film eksperimental.

Kantata Takwa adalah satu dari film-film terakhir yang Gotot selesaikan. Film ini merupakan hasil kolaborasi keduanya dengan Eros Djarot. Dialog, Impuls, Meta-Metaadalah bagian kelompok pertama karya Gotot, berbentuk abstrak yang desain warnanya dibentuk menggunakan film seluloid 16 mm sebagai medium artistik baru. Seni lukis tercemin kuat memengaruhi kelompok film ini.

A=Absolut, Z=Zen adalah film karya Gotot bergenre animasi. Film ini menggunaan teknik kartun klasik dengan sosok dan struktur bergerak. Gotot memadukan foto-foto yang difilmkan yang kemudian di sebagian sekuennya membentuk gerak yang dinamis.

Penanganan eksperimental tampak jelas pada gambar-gambar audiovisual yang digunakan. Bidikan seperti candi, patung Buddha, hewan, samurai diperlihatkan dalam sekuen yang berubah-ubah, tidak terstruktur secara dramaturgis. Ini tergolong animasi eksperimental.

Jalur termasuk kelompok ketiga. Bidikan nyata (real shot) menjadi ciri menonjol film ini. Penggambaran perjalanan mengendarai mobil dari perspektif pengemudi, dikemas melalui gerakan cepat, overexposure, dan gerakan kamera tiba-tiba. Gambar terdistorsi, sehingga mata tak lagi mengenali benda-benda nyata yang difilmkan.

Karier film Gotot dimulai pada 1974. Setelah lulus pendidikan tinggi seni lukis di Yogyakarta, ia melanjutkan studi ke Insitut Kesenian Jakarta, Fakultas Film dan Televisi, hingga 1981.

Dalam membuat film,  Gotot tak hanya menggunakan medium film. Ia juga mencari kaitan antara seni rupa dan film. Seni rupa, terutama seni lukis, adalah pijakan pertamanya sebelum terjun ke film. Seni rupa begitu kuat dan di kemudian hari memengaruhi karya film animasi dan eksperimental Gotot.

Minimnya apresiasi dan partisipasi masyarakat Indonesia tak lantas membuat film eksperimental terbuang. Film jenis ini justru dapat diterima sebagai sub-kategori film oleh para profesional dan merupakan salah satu bentuk kesenian independen, ataupun bagi perkembangan bahasa dan estetika film.[*]

Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.