Korea Utara, hari ini menanggapi keras pemberitaan media Korea Selatan mengenai pembelotan tingkat tinggi serta pembunuhan akhir-akhir ini. Korea Utara menyebutnya sebagai propaganda gaya Nazi untuk memburukkan citra Pyongyang.
Pemberitaan di sejumlah media itu juga diwarnai spekulasi bahwa pembelotan tersebut adalah sinyal peningkatan keguncangan di Korea Utara di bawah kepemimpinan Kim Jong-Un.
Dalam tanggapan panjang, kantor berita resmi Korea Utara KCNA membantah pemberitaan itu dan menyebutnya sebagai rumor liar dan “kebohongan belaka”.
“Propaganda keliru … adalah lelucon konspirasi yang bermotif politik dan tolol” bertujuan memberi gambaran “ketidaknyamanan dan horor” dalam jajaran pejabat puncak Korea Utara, katanya.
KCNA secara spesifik menyebut laporan mengenai pembelotan seorang jendral papan atas ke Korea Selatan sebagai laporan sampah.
Channel A perpanjangan dari harian konservatif Dong-A Ilbo pekan lalu melaporkan bahwa Letjen Pak Sung-Won, wakil kepala staf angkatan darat Korea Utara telah lari ke Seoul melalui Moskow.
KCNA mengatakan laporan itu “sama sekali tidak masuk akal” dan menyatakan bahwa Pak saat ini memimpin sebuah proyek konstruksi di resor Masikryong Ski, sebuah proyek kesayangan pemimpin tertinggi Korea Utara.
Tanggapan itu juga menyinggung pemberitaan mengenai eksekusi, sepertinya eksekusi terhadap dua pelajar Korea Utara karena menonton pornografi.
Media Korea Selatan menjadi begitu mahir menceritakan kebohongan dan menjadikannya lebih mahir dari Nazi, tambah dia.
Stasiun penyiaran Korea Selatan YTN baru-baru ini melaporkan pembelotan tiga pejabat dari Kantor 39 divisi rahasia pemerintah yang ditugasi mendapatkan dana tunai untuk rejim itu.
Kantor berita Yonhap juga mempublikasikan sejumlah artikel mengenai pembelotan sekitar 10 pejabat menengah hingga tinggi.
Tidak ada satupun dari laporan itu yang secara resmi dibenarkan oleh otoritas Korea Selatan.
Namun, Badan Intelijen Nasional Korea Selatan (NIS) pada Mei melaporkan bahwa menteri pertahanan Korea Utara Hyon Yong-Chol telah disingkirkan dan kemungkinan besar dieksekusi karena membangkang dan tertidur saat acara resmi militer.
Menurut NIS, Kim sejauh ini telah memerintahkan eksekusi terhadap lebih dari selusin pejabat sepanjang 2015, diduga karena mempertanyakan otoritasnya.
Dalam forum di Seoul, Kamis ini, Menteri Luar Negeri Korea Selatan Yun Byung-Se mengatakan Kim membawahi “pemerintahan teror” yang mendorong sejumlah warga Korea Uraea yang bekerja di luar negeri untuk membelot.
“Sebagian di antara mereka, tentu saja, datang ke Korea Selatan,” kata Yun seperti dikutip kantor berita Yonhap.
Namun demikian, menteri juga mengakui bahwa beberapa dari laporan media belakangan ini mengenai pembelotan warga Korea Utara tidak benar. (Antara/AFP)