Sabtu, Juli 27, 2024

Kecil-kecil Cabe Rawit

Pemakaian palet kayu membuat rumah ini tampak alami sekaligus lapang/JOSEP FERRANDO BRAMONA/ADRIA GOULA
Pemakaian palet kayu membuat rumah ini tampak alami sekaligus lapang/JOSEP FERRANDO BRAMONA/ADRIA GOULA

Rumah selebar 6 meter tapi berfungsi maksimal.

San Cugat adalah sebuah kota di utara Barcelona. Kota dengan banyak sekali peninggalan monasteri era medieval, sekolah arsitektur, dan juga pabrik cokelat. Karena itu, San Cugat termasuk dalam salah satu kota destinasi wisata terkenal di Barcelona.

Seperti banyak kota tujuan wisata terkenal lain, harga tanah di San Cugat pun melambung tinggi. Hal ini masih ditambah dengan keterbatasan lahan, karena tak sembarang bangunan bisa dibangun agar tak merusak keaslian kawasan.

Arsitek lokal Josep Ferrando punya kiat menarik untuk mengatasi keterbatasan lahan dan sempitnya ruang itu. Dia membangun sebuah rumah hanya selebar 6 meter. Rumah ini “terimpit” di antara dua bangunan lain.

Alih-alih dibangun tinggi, rumah yang diberi julukan 176 House E+M ini dibikin memanjang
ke belakang. Hal ini jelas membutuhkan kejelian arsitektur untuk membuat rumah ini terasa lapang dan tak sumpek.

Hal yang sedikit merepotkan adalah letaknya yang berdekatan dengan sebuah monasteri era
pertengahan. Josep harus mencari cara agar bangunan rumah tak mengganggu estetika kawasan itu.

“Karena berlokasi di kawasan bersejarah San Cugat, rumah ini adalah proyek yang sensitif bagi kota dan para penghuninya,” ujar Josep. “Rumah ini adalah contoh kompleksitas kondisi urban: ada monasteri, peninggalan budaya di fasad jalan, juga topografinya.”

Dari depan, rumah ini sudah tampak berbeda. Jika bagian depan rumah umumnya adalah pintu utama atau pagar, maka 176 House E+M tidak. Bagian depan adalah pintu dorong untuk garasi. Pintu ini berada tepat di pinggir jalan.

Barulah dari sana, ada tapak tangga menuju rumah. Di bagian samping ada taman kecil.

Memasuki rumah, bukan ruang tamu yang menyambut, melainkan dapur dan ruang makan. Bagian dindingnya terbuat dari kayu yang masih tampak kasar dan belum dipoles. Desain ini memunculkan kesan alami dan cerah yang menyenangkan.

Di bagian samping dapur, ada lorong kecil untuk menuju ruang tamu utama. Bagian ini juga
menarik. Karena kontur tanah yang menurun di bagian belakang, maka ruang utama ini berada lebih rendah dari permukaan tanah di bagian dapur.

Ruang tamu utama, masih tetap dengan dinding berbahan palet kayu yang tidak diampelas. Di bagian belakang ini ada sebuah meja besar untuk berkumpul keluarga atau tamu. Lagi-lagi, untuk menonjolkan kesan alami, nyaris semua perabotan berbahan kayu.

Dari ruang utama ini ada jalan menuju lantai dua. Di bagian samping, ada tempat bermain anak, sekaligus perpustakaan keluarga. Di tempat ini para anggota keluarga berkumpul.

Sedangkan lantai dua lebih dipakai untuk tempat beristirahat. Yang unik, ada tiga ruangan kecil berbentuk rumah, lengkap dengan desain bagian bawah persegi dan ujung lancip. Tiga ruangan ini berfungsi sebagai kamar mandi, kamar anak-anak, dan juga ruang serba guna yang difungsikan untuk ruang belajar dan kerja.

Tiga ruangan ini tersambung dengan sebuah lorong kecil yang berakhir di bagian teras atas. Di sini, penghuni rumah bisa duduk santai sembari melihat jalanan yang ramai dengan wisatawan.

Di kamar anak-anak ada sebuah jendela putar yang memberikan pemandangan ke ruang utama dan dapur.

Dari tanah sempit selebar 6 meter, dengan luas total tanah 225 meter persegi ini, Fernando terbilang berhasil dalam mengakali keterbatasan ruang. Rumah ini memberikan kesan lapang, sama dengan rumah normal lain.

Fernando mengakui gaya bangunan ini terinspirasi gaya arsitek modern Adolf Loos dan juga teorinya yang terkenal: raumplan. Teori ini banyak berbicara tentang penerapan volume ruang yang sering kali mengejutkan karena tak mengikuti pakem arsitektur.

Komposisi ruangan, menurut Loos, harus bisa berfungsi sebagai tempat penyimpanan sekaligus ruangan normal, dan harus saling berhubungan.

“Papan kayu horizontal itu mengadaptasi sistem raumplan yang fleksibel terhadap topografi dan bentuk rumah,” ujar Josep.

Penerapan teori raumplan muncul dalam dinding kayu. Lembaran palet kayu itu tidak sekadar dinding. Ada ceruk yang berfungsi sebagai rak penyimpanan buku atau mainan. Selain itu, di ruang antara dinding melekat rak kayu yang difungsikan sebagai penyimpanan barang. Rak kayu yang melintang ini bagus secara estetis, pun maksimal secara fungsi.

“Secara konstruksi, rumah ini unik. Seakan kita dikelilingi lembaran kayu, tapi masih ada celah untuk cahaya, sekaligus memberikan sensasi lapang dan kosong pada interior dan eksteriornya,” tutur Josep. [*]

Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.