Kamis, Oktober 10, 2024

Kebakaran Gunung Guntur Diduga Akibat Kemarau

 

Ilustrasi: Asap solfatara menyembur dari Gunung Raung terlihat dari Desa Sumber Arum, Songgon, Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu (4/7). Aktivitas gunung yang masuk ke dalam wilayah Banyuwangi, Bondowoso, Situbondo dan Jember itu tercatat mengalami peningkatan gempa tremor dengan amplitudo antara 23-32 mm sejak status ditetapkan menjadi Siaga Level III pada 29 Juni 2015. ANTARA FOTO/Budi Candra Setya
Ilustrasi: Asap solfatara menyembur dari Gunung Raung terlihat dari Desa Sumber Arum, Songgon, Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu (4/7). Aktivitas gunung yang masuk ke dalam wilayah Banyuwangi, Bondowoso, Situbondo dan Jember itu tercatat mengalami peningkatan gempa tremor dengan amplitudo antara 23-32 mm sejak status ditetapkan menjadi Siaga Level III pada 29 Juni 2015. ANTARA FOTO/Budi Candra Setya

Tanaman ilalang kering di lahan hutan kawasan Konservasi Gunung Api Guntur, Kabupaten Garut, Jawa Barat terbakar pada Minggu (19/7). Kebakaran tersebut diduga akibat cuaca panas musim kemarau dan kelalaian manusia.

Kepala Saksi Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut, TB Agus, pada Minggu (19/7) mengatakan, kebakaran hutan di Gunung Guntur itu dilaporkan terjadi pada Minggu siang. Menurutnya, penyebab kebakaran tersebut bisa saja merupakan faktor alam seperti teriknya panas matahari atau adanya aktivitas manusia yang secara tidak sengaja membakar ilalang sehingga terjadinya kebakaran hutan. Lebih lanjut, Agus mengatakan bahwa kebakaran hutan di Gunung Guntur selalu terjadi setiap tahun saat musim kemarau.

Imbas kebakaran yang terjadi di Blok Rejeng, Kawasan Gunung Guntur tersebut, mengakibatkan puluhan pendaki terjebak. Menurut Tati Karwati, Petugas Pos Gunung Guntur pada Minggu (19/7), terdapat puluhan pendaki yang berasal dari rombongan dari Jakarta, Bekasi, Tasikmalaya yang terjebak di Gunung Guntur saat akan menuruni gunung.

Sebelumnya, Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data dan Informasi dan Humas BNPB di Jakarta, pada Senin (29/6) mengatakan bahwa situasi kekeringan yang kini sedang terjadi di Indonesia selanjutnya dapat berdampak kepada peningkatan potensi kebakaran hutan dan lahan. Contohnya saja saat ini, BNPB telah mencatat telah terdapat 207 titik api di Sumatera.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 71 titik api berada di Riau dan mengakibatkan 142 hektar luas lahan terbakar. Sutopo juga mengatakan, bahwa curah hujan di Riau yang rendah merupakan salah satu penyebab meningkatnya titik api dalam beberapa hari terakhir.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) juga telah menyatakan bahwa Indonesia akan mengalami kekeringan yang paling parah selama 5 tahun terakhir pada tahun 2015 ini. Anggota Tim Variabilitas Iklim Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer pada LAPAN, Erma Yulihasti pada Jumat (10/7) turut memprediksi El Nino akan terus menguat hingga bulan Desember 2015 mendatang. [*]

Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.