Jumat, Oktober 11, 2024

Israel Anggap Kesepakatan Nuklir Iran sebagai Bencana

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif (tengah) duduk di sebelah Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan Federica Mogherini saat bertemu dengan menter luar negeri dari AS, Perancis, Rusia, Jerman, Tiongkok dan Inggris di sebuah hotel tempat pertemuan pembahasan nuklir Iran di WIna, Austria, Senin (6/7). Zarif mengatakan beberapa perbedaan masih ada antara Iran dan keenam kekuatan dunia mengenai program nuklir Iran menjelang tenggat waktu hari ini untuk mencapai kesepakatan mengakhiri sengketa selama 12 tahun. ANTARA FOTO/REUTERS/Carlos Barria
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif (tengah) duduk di sebelah Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan Federica Mogherini saat bertemu dengan menter luar negeri dari AS, Perancis, Rusia, Jerman, Tiongkok dan Inggris di sebuah hotel tempat pertemuan pembahasan nuklir Iran di WIna, Austria, Senin (6/7). Zarif mengatakan beberapa perbedaan masih ada antara Iran dan keenam kekuatan dunia mengenai program nuklir Iran menjelang tenggat waktu hari ini untuk mencapai kesepakatan mengakhiri sengketa selama 12 tahun. ANTARA FOTO/REUTERS/Carlos Barria

Kesepakatan yang dicapai antara Iran dan enam negara besar dunia di Wina pada Selasa kemarin dipandang sebagai bencana dan kegagalan kebijakan luar negeri Israel selama bertahun-tahun belakangan.

Setelah hampir satu dasawarsa perundingan dan peringatan tanpa akhir oleh para pemimpin Israel, Iran mencapai kesepakatan mengenai program nuklirnya dengan enam negara besar dunia. Meskipun Israel makin keras melontarkan penentangannya, Iran mengumumkan prestasi besar.

Dr. Ephraim Sneh, mantan jenderal dan politikus Israel, meramalkan negara regional yang tidak berada di bawah pengaruh Iran “akan sangat menderita” sebagai konsekuensi dari kesepakatan tersebut.

“Iran akan terus mendorong aksi teror dan menegakkan hegemoni regionalnya sementara mempersenjatai dirinya dengan senjata strategis,” kata Sneh.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang berkuasa sejak 2009 tampaknya telah gagal dalam apa Sneh definisikan sebagai tantangan yang paling mendesak buat Israel.

Menurut Dr. Sneh, pendahulu Netanyahu, Ehud Olmert bergerak di arah yang benar dengan secara serentak meningkatkan pertahanan Israel dan memperingatkan masyarakat internasional mengenai bahayanya Iran yang memiliki nuklir, tapi membuat kemajuan dalam masalah lain yang mendesak.

Kegagalan Netanyahu dalam perundingan dengan Palestina makin mengungkung Israel di wilayah pendudukan Palestina, Tepi Barat Sungai Jordan, menjauhkan Presiden Amerika Serikat Barak Obama, dan sangat membuat lemah posisi Israel, kata Dr. Sneh, mantan politikus “dovish”.

Obama menganggap Netanyahu bertanggung-jawab besar atas kebuntuan dalam perundingan dengan Palestina mengenai penyelesaian akhir dengan Isrel.

Netanyahu, katanya, “100 persen benar” mengenai peringatannya berkaitan dengan Iran. Tapi kebijakannya mengenai masalah lain membuat Israel terkucil.

Selama kampanye pemilihan umum saat ia berusaha terpilih kembali pada Maret 2015, Netanyahu melakukan penampilan kontroversial di Kongres Amerika Serikat padahal itu bertentangan dengan keinginan Pemerintah Obama.

Itu adalah salah satu titik paling rendah dalam hubungan yang sudah goyah antara kedua pemimpin tersebut, yang menimbulkan bayang gelap pada hubungan antara kedua negara mereka.

Desakan Israel untuk berusaha mengalihkan pendapat masyarakat Amerika dan Kongres AS agar menentang kesepakatan dengan Iran menempatkan Israel pada posisi yang lebih lemah lagi.

Setelah kunjungan Netanyahu ke Kongres Amerika Serikat, para pejabat Israel tersisih dari informasi penting berkaitan dengan pembicaraan itu dan mereka tak berdaya dalam mempengaruhi pembuat keputusan di Amerika Serikat saat mereka duduk berhadapan dengan para pejabat Iran di meja perundingan

Netanyahu pada Selasa lalu, dengan keras mengecam kesepakatan itu, dan menyebutnya “kekeliruan bersejarah yang mengejutkan”, serta menyatakan Israel “tak terikat” pada kesepakatan tersebut. (Antara/Xinhua)

Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.