Senin, Mei 20, 2024

Harga Rumah Kelas Bawah Naik

Ilustrasi Deretan perumahan berjajar rapi terlihat dari udara di Kota Pekanbaru, Riau, Kamis (3/4). Kajian Departemen Statistik Bank Indonesia menyatakan, secara tahunan atau year on year (yoy), kenaikan harga properti residensial pada triwulan I-2014 diperkirakan melambat mencapai 9,10 persen dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 11,51 persen. ANTARA FOTO/FB Anggoro
Ilustrasi Deretan perumahan berjajar rapi terlihat dari udara di Kota Pekanbaru, Riau, Kamis (3/4). Kajian Departemen Statistik Bank Indonesia menyatakan, secara tahunan atau year on year (yoy), kenaikan harga properti residensial pada triwulan I-2014 diperkirakan melambat mencapai 9,10 persen dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 11,51%/ANTARA FOTO/FB Anggoro

 

Hasil riset Cushman&Wakefield Indonesia, mencatat bahwa harga rumah kelas bawah di kawasan Jabodetabek pada semester pertama di 2015 mengalami kenaikan. Harga tersebut telah mencapai angka Rp 200 juta hingga Rp 335 juta per unitnya. Harga rumah untuk kelas ini sebelumnya adalah Rp 161 juta. Sementara, harga rumah kelas menengah saat ini mencapai harga Rp 900 juta hingga Rp 1,3 miliar dan harga rumah kelas menengah atas juga mengalami perubahan menjadi Rp 1,5 miliar hingga Rp 1,6 miliar.

Menurut peneliti Cushman&Wakefield Indonesia, Anindya Prayascitta Samesti pada Rabu (8/7), perubahan harga tersebut dapat terjadi karena dipicu harga lahan yang semakin mahal, sementara pasokannya kian terbatas.

Transaksi properti pada 2014 juga mengalami perlambatan karena harga tanah ataupun lahan yang tidak stabil, bahkan mendekati over-price. Misalnya saja harga tanah di Menteng pada 2014 mencapai Rp 150 juta per meter persegi. Kenaikan harga tanah tidak hanya terjadi di sekitar kawasan Jabodetabek, namun juga di daerah lainnya. Harga lahan di daerah Kuala Namu, Deli Serdang, Sumatera Utama juga melonjak hingga 500%, menjadi Rp 5 juta per meter persegi. Padahal pada 2013, harga di daerah tersebut hanya Rp 1 juta per meter persegi.

Kenaikan harga rumah dan lahan tersebut selanjutnya berdampak kepada tingkat belanja masyarakat di sektor properti. Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan dari Kementerian Pekerjaan Umum, Maurin Sitorus pada Senin (6/7) di Jakarta mengatakan, alokasi anggaran untuk sektor perumahan saat ini masih sangat kecil, yakni hanya 0,1% dari produk domestik bruto. Jumlah tersebut juga jauh lebih kecil dibanding negara-negara di Asia seperti, Thailand dengan 2,21% dan Filiphina sebesar 0,31%.

Lebih lanjut, Maurin juga mengatakan bahwa kecilnya alokasi anggaran tersebut menjadi salah satu penyebab terjadinya kekurangan perumahan di Indonesia. Data dari Badan Pusat Statistik tahun 2014 juga turut mencatat, kekurangan pasokan jumlah rumah di Indonesia mencapai 15 juta unit. (Baca juga: Anggaran Sektor Perumahan Masih Rendah)

Sementara, Presiden Joko Widodo pada Rabu (29/4) telah meresmikan Program Sejuta Rumah untuk menanggulangi kebutuhan rumah. Melalui program tersebut, Presiden Jokowi menetapkan target guna membangun satu juta rumah selama satu tahun, dengan pembangunan 103.135 rumah yang dibangun pada tahap pertama. [*]

Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.