Presiden Joko Widodo, Minggu (5/7), tegaskan Indonesia lirik sumber pembangkit listrik panas bumi sebagai sumber energi ramah lingkungan. Hal ini disampaikan presiden saat peresmian pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi di Kamojang, Kabupaten Bandung.
Potensi panas bumi Indonesia sebagai mencapai 40% potensi geotermal di dunia. Hanya saja pemanfaatannya belum dimaksimalkan. Pemanfaatan geotermal dari potensi yang ada baru mencapai empat persen.
Bila dibandingkan dengan Amerika Serikat, Indonesia masih kalah dalam besarnya jumlah proyek geotermal. Menurut data Geo Energi Association, Amerika Serikat memiliki 182 proyek pemanfaatan geotermal. Sedangkan Indonesia baru memiliki 52 proyek.
Akan tetapi, walaupun masih kalah dalam jumlah proyek, sumber tersebut juga memberikan data lain bahwa dari 52 proyek tersebut , Indonesia dapat menyediakan daya sebesar 4.500 megawatt. Di sisi lain Amerika Serikat sebagai pemilik proyek terbanyak, menghasilkan daya sebesar 2.500 megawatt.
Walaupun potensi yang dimiliki Indonesia besar, Indonesia harus memikirkan proses transisi yang karena pembiayaan pengembangan energi terbarukan terbilang mahal. Bila berkaca pada pada data Energy Development Index, indeks yang mengukur kemajuan sebuah negara dalam transisi pemakaian bahan bakar, Indonesia berada pada peringkat 33 Indeks Pembangunan Energi. Pada Indeks tersebut tampak Indonesia masih di bawah negara tetangganya, seperti Malaysia, Filipina, dan Thailand.
Di sisi lain, Indonesia meluncurkan Visi Energi 2025. Pemerintah menargetkan energi terbarukan dalam bauran energ nasional sebesar 25%. Dari sector energi panas bumi ditargetkan 12.000 megawatt, dari total 30.000 keseluruhan sumber energi.
Presisden Jokowi mengatakan akan memberikan insentif untuk proyek panas bumi. “Nantinya insentif khusus pembangkit listrik yang ramah lingkungan rate, dinaikkan sedikit biar orang berbondong-bondong masuk ke sini. Kalau semua konsentrasi ke batu bara, begitu habis bingung nanti,”.