Laporan penelitian Amerika Serikat mengatakan, Tiongkok membangun landasan pacu sepanjang 3.000 meter di pulau buatan di perairan sengketa Laut Tiongkok Selatan saat ketegangan dengan negara tetangganya hampir selesai.
Pusat Kajian Strategis dan Internasional (CSIS) hari ini mengatakan bahwa gambar satelit, yang diambil pada Minggu, menunjukkan Tiongkok menandai landasan pacu di pulau buatan tersebut.
Kegiatan Tiongkok membangun landasan pacu tersebut langsung memicu silang pendapat di kawasan Asia dan Amerika Serikat.
Amerika Serikat mempertimbangkan mengirim kapal perang dan pesawat pengintai dari jarak 12 mil di sekitar landasan pacu Tiongkok tersebut.
CSIS menyatakan Tiongkok juga membangun sebuah danau di tengah-tengah landasan pacu itu dan mencoba mengembangkan sembilan dermaga bongkar.
Selain itu, tampak juga terlihat beberapa personel sedang berjalan, dua helipad, 10 satelit komunikasi antena dan kemungkinan satu tower radar dalam landasan pacu tersebut.
Peneliti CSIS Bonnie Glaser mengatakan Amerika Serikat menginginkan Tiongkok untuk menghentikan pembangunan dan aktivitas militernya di sana.
Bonnie berharap Tiongkok dapat menghentikan sementara pembangunan karena pada musim panas nanti angin topan akan melewati Laut Cina Selatan.
Sementara itu, Presiden Tiongkok Xi Jinping kemungkinan akan berkunjung ke Amerika Serikat pada September mendatang dan Tiongkok berharap pertemuan tersebut dapat berjalan sukses.
Menurut CSIS, pulau ini sekarang memiliki panjang sekitar 2,74 kilometer. Tiongkok telah mereklamasi tanah di tujuh karang yang berbeda dengan total sekitar 12,8 kilometer.
Pada salah satu laman, CSIS mengatakan Tiongkok juga telah menambahkan pelabuhan kecil di sekitar South Johnson Reef Laut Cina Selatan dengan dua helipad di karang dan tiga antena satelit komunikasi.
Selain itu, Tiongkok diklaim sedang berusaha menciptakan fasilitas militer berskala besar dengan kemungkinan membangun dua menara radar, enam menara pengawas keamanan dan empat instalasi senjata.
Tiongkok mengklaim hampir seluruh wilayah di Laut Tiongkok Selatan berpotensi menimbulkan konflik dengan beberapa negara tetangganya, khususnya Filipina dan Vietnam.
Selain itu, Jepang juga memiliki klaim atas beberapa pulau yang berada di Laut Cina Timur sehingga juga berpotensi menimbulkan konflik.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Hua Chunying mengatakan pada Selasa lalu bahwa beberapa reklamasi tanah di Kepulauan Spratly telah selesai sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
“Pada tahap berikutnya, pihak kami akan memulai pembangunan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan fungsional yang relevan,” katanya kepada wartawan dalam konferensi pers harian.
Menurut Hua, pembangunan tersebut untuk tujuan sipil, namun berbagai persyaratan militer yang diperlukan juga akan terpenuhi. (Antara/AFP)