Agar korban tak bertambah. Kesigapan Thailand patut dicontoh.
Hingga Juni 2015 Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat jumlah pasien terinfeksiMiddle East Respiratory Syndrome di 26 negara mencapai lebih dari 1.300 orang dengan angka kematian hampir 500 pasien. Risiko kematian paling tinggi pada anak-anak.
MERS telah meluas ke beberapa negara Asia Tenggara, yaitu Thailand, Malaysia, dan Filipina. Penyebaran penyakit pernapasan ini ke Thailand meningkatkan kesiagaan negara-negara sekitarnya.
Diperkirakan penyakit ini akan menyebar ke lebih banyak negara. Penyebaran MERS tergolong mudah karena dapat menular dari kontak langsung antarmanusia. Karena penyebaran mudah, MERS telah menyebabkan kematian pada 25 dari 170 pasien hingga akhir Juni 2015.
Di Korea Selatan, penyakit yang mengakibatkan gangguan pernapasan ini menyebar lewat seorang pasien yang baru kembali dari Arab Saudi. Menurut WHO, penyebaran MERS di Korea Selatan akibat kecerobohan petugas kesehatan yang menangani pasien.
Untuk menghindari penyebaran lebih luas, Korea Selatan mengarantinakan 6.729 pasien dan sempat menutup sekolah selama beberapa hari. Seluruh klinik diisolasi dan ruang publik diamankan dengan proses desinfektasi, bus kota diberi desinfektan, dan anak-anak di sekolah diukur suhu badannya secara berkala.
Penyebaran MERS yang semakin cepat ditanggapi sangat serius di Negeri Ginseng itu. Presiden Park Geun-hye membatalkan kunjungan ke Amerika Serikat. Park berkomitmen menangani wabah penyakit asal Arab Saudi itu secara serius.
Virus MERS berasal dari unta. Pada tahun 2012 untuk pertama kali diketahui virus ini menginfeksi manusia. Pasien MERS menunjukkan gejala pneumonia dan flu, namun bukan flu biasa. Penyakit ini menyerang paru-paru.
Setahun lebih dunia sempat bergolak dan disibukkan oleh wabah Ebola hingga akhirnya MERS mewabah dan tak lagi dianggap sebagai isu ringan yang bisa diabaikan.
Korea Selatan masih terus memonitor dan memantau secara intensif perkembangan MERS. Pemerintah memberi edukasi pada seluruh warga agar memahami penyakit tersebut hingga bisa melakukan tindakan preventif agar tak terinfeksi. Tim medis dan profesional pun disiapkan untuk menangani setiap kasus yang ditemukan serta menjaga ketersediaan fasilitas pengobatan bagi pasien yang terinfeksi.
WHO menyatakan kondisi MERS di Korea Selatan sebagai epidemi yang berpotensi menjadi wabah penyakit infeksi tak terkendali. Karena itu, wabah ini harus segera diatasi dan dicegah penyebarannya.
Penyebaran MERS di Korea Selatan mungkin tidak akan sebanyak sekarang jika pemerintahnya melakukan tindakan tanggap darurat ketika pertama kali MERS ditemukan di negara tersebut. Seperti yang dilakukan Thailand.
Penanganan cepat terhadap penyebaran MERS dilakukan Thailand ketika seorang pasien dideteksi terinfeksi MERS pada 15 Juni 2015. Pasien bernama Oman ini tiba di Thailand untuk berobat. Dari bandara, pasien langsung menuju rumah sakit.
Setelah dinyatakan positif terinfeksi MERS, pasien ini segera diisolasi. Tim medis segera mengarantinakan 59 orang yang pernah melakukan kontak dengan Oman. Di antaranya keluarga pasien dan petugas kesehatan yang menanganinya. Pemerintah Thailand juga segera mengaktifkan Emergency Operations Center.
Korea Selatan diharapkan kembali bersih dari MERS pada Juli nanti. Para ahli berpendapat penanganan MERS di Timur Tengah adalah langkah paling penting yang harus dilakukan. Apalagi MERS masih menyebar hingga ke luar kawasan itu. [*]